Chapter 9 "Selesai UN"

4.5K 369 0
                                    

Our Family

Ayah
Bunda
🦊
🐶
🐻
🐰

(Panggilan mereka disini udah mulai agak gaul dan santai ya. Supaya enak aja buat di baca)











Ujian Nasional, sebuah ujian akhir yang diadakan untuk menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar. Hanya 4 hari tapi membuat semua siswa dan siswi kewalahan juga takut, bagaimana tidak 4 hari itu menentukan apakah mereka akan lulus atau tidak.

Tidak terkecuali keempat bersaudara ini meskipun keempatnya merupakan jajaran 10 besar paralel disekolah terlebih Jendra yang selalu berada di peringkat pertama tetap saja rasa gugup itu selalu ada.

Hari ini adalah hari terakhir ujian dan keempatnya sudah diperjalanan untuk pulang, memilih jalan kaki dibandingkan dijemput oleh supir atau kedua orangtuanya.

Karna kebiasaan mereka ini tidak banyak yang tahu bahwa mereka berasal dari keluarga Adhitama yang kaya raya. siswa lain pikir marga "A" di seragam mereka hanyalah nama keluarga biasa tak sedikit dari mereka yang sering mengejek keempat saudara itu berhubung sekolah mereka termasuk sekolah elit yang biasanya dimasuki oleh anak-anak orang kaya membuat para anak-anak orang kaya itu merasa ponggah dengan statusnya.

Dengan semua prestasi yang didapatkan oleh keempat Adhitama semakin membuat mereka yakin bahwa mereka itu hanyalah siswa yang diterima karna kepintarannya dan bukanlah berasal dari kalangan atas.

Kalau bertanya apakah saat pengambilan rapot tidak ada yang melihat Ana atau Jeffri jawabannya adalah tidak, Jeffri dan Ana terbiasa untuk mengambil rapot anak mereka lebih siang dari yang lain dikarenakan sibuk tapi pasti mereka sempatkan untuk datang dan membawa keempat anak itu untuk family time setelah mengambil rapot.

Para guru pun tak masalah dengan itu biasanya hanya wali kelas yang akan bertahan disekolah bersama dengan keempat anak itu sambil menunggu kedua orang tuanya.

Fakta bahwa mereka merupakan anak dari Jeffriandra Bagaswara Adhitama itu menjadi nilai plus kenapa para guru tidak pernah bermasalah dengan permintaan dari dirinya. Sebagai donatur utama dia mendapat perlakuan yang spesial dari pihak sekolah.

"Kepala gue ngebul" celetuk Hendra dengan wajah lesu dan langkah lunglai melewati trotoar

"Mana ada. Nggak ada asapnya tuh" balas Nandra sambil menggenggam tali tasnya

"lo tau hiperbola nggak sih Nan?" tanya Hendra, sedangkan Nandra menjawabnya dengan gendikkan bahu, dia tau apa itu hiperbola dan itu adalah makanan sehari-hari kalau hidup dengan Hendra.

"gue tuh capek" lagi hendra kembali berucap mengeluh

"Bukan lo doang ya tem" balas Rendra yang mulai jengah karna sedari tadi mendengar
keluhan saudaranya itu.

"Ngatain gue, mentang-mentang putih. Main makanya dekem mulu dikamar" Hendra yang tak terima kembali membalas ucapan Rendra

"Ogah sih lo aja, lagian suka banget keluar panas-panas main layangan bingung gue"

"lo nggak tau sih perasaan menggebu saat mengejar layangan putus tuh atau main gundu" Rendra mengernyitkan dahinya merasa heran dengan saudaranya yang satu itu.

"Ehh ngomong-ngomong soal gundu, Jen jadi latihan boxing di tempatnya uncle Jo"

"Main gundu sama boxing di tempat uncle Jo apa hubungannya??" Bukan Jendra yang menjawab melainkan Rendra dan hal itu memancing helaan nafas dari Hendra.

"Diem nggak usah ikut-ikut. Gue ngomong sama Jendra" Hendra menaruh jari telunjuknya tepat di depan wajah Rendra yang mana langsung di tepis oleh Rendra.

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang