Our Family
Ayah
Bunda🦊
🐶
🐻
🐰Suara celotehan seorang pemuda menggema di seluruh kamar ruang ICU.
"Ngeselin banget kan bu mas Rendra. Sabar banget aku"
Sesuai saran dari psikolog yang di rekomendasikan Tama. Mahendra mencoba lebih dekat dengan ibunya. Rasa trauma, bersalah, takut menumpuk jadi satu dalam hati Ratna dan untuk mengatasi itu peran Hendra sebagai anak sangatlah di butuhkan.
Hendra harus meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja yang mana tidak membuat bu Ratna khawatir.
"Ibu harus sehat biar kita berdua bisa kumpul, bisa jalan-jalan, tenang aja Hendra udah bisa bawa motor kok di ajarin ayah" Ratna tersenyum. Siapa yang tidak mau menikmati hari bersama anaknya dari dulu itu adalah keinginan Ratna.
Tangan Ratna tergerak mengelus punggung tangan Hendra yang menggenggam tangannya. Rasa syukur tak pernah putus ia ucapkan di dalam hati. Dia sudah takut kalau kalau Hendra akan menghindarinya karena rasa marah tapi yang ia dapatkan malah sebaliknya. Mereka yang tak pernah bersama dan baru bertemu bisa menjadi sedekat ini.
"Maaf... Hen" Suaranya terdengar lirih tapi karena ruangan ini sangat tertutup Hendra bisa mendengarnya dengan jelas. Pemuda itu mengerti dengan jelas maksud dari ibunya.
"Nggak perlu minta maaf. Udah jalannya begitu, kita berdua cuman harus lanjutin dengan baik mulai sekarang"
Ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka. Tama datang dengan seorang suster.
"Operasinya udah di jadwalkan ulang besok hari" Ucap Tama setelah selesai memeriksa kondisi Ratna.
Hendra merasa genggaman tangannya menguat mengelus dengan pelan tangan ibunya. "Nggak papa"
Tama tersenyum ketika melihat betapa Hendra menjaga ibunya. Sebagai seorang sahabat Tama tentu saja mengetahui seluruh cerita tentang keluarga Jeffry. Awalnya dia ragu dengan masa depan mereka, mengingat banyak sekali persoalan tentang anak angkat yang berlaku buruk pada orang tua angkat mereka. Tetapi ketika melihat keempat anak ini Tama jadi sadar kalau itu adalah masalah didikan yang didapatkan mereka.
Jeffri dan Ana merupakan segelintir orang yang berhasil mendidik anak-anak mereka menjadi sebaik ini, tidak ada perlakuan yang berbeda antar orang tua kandung maupun orang tua angkat. Yang melihat mereka mungkin bahkan tidak akan sadar kalau mereka tidak memiliki ikatan darah sama sekali.
"Saya keluar dulu. Permisi"
"Makasih om" Balas Hendra. Tama mengangguk kecil sebelum keluar dari ruangan.
.
.
.
0.0
.
.
."Hendra senin masuk?" tanya Mahesa
Nandra yang tengah sibuk mencatat materi yang ditulis di papan tulis oleh sekertaris kelas menghentikan kegiatannya.
"Nggak tau. Dia nggak ada pulang kerumah juga" jawab Nandra
Mahesa menoleh tatkala mendengar jawaban Nandra. "Dia nginep di rumah sakit"
"Gue mau jenguk tapi kek nggak ada hubungannya gitu, kan yang sakit ibunya bukan dianya"
Mahesa memang tau perihal keempat anak itu yang bukanlah anak kandung Ana dan Jeffri, begitu juga dengan Keisya dan Riana. Tapi hal itu tidaklah menjadi alasan mereka untuk tidak berteman dengan keempat anak itu, apapun status keempat anak itu yang pasti mereka semua sudah berteman sejak kecil dan apabila hanya karena itu mereka enggan berteman maka picik sekali pikiran mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Family
Fiksi PenggemarTak sedarah tapi tumbuh bersama. Tak seibu tapi saling bergantung. Tak seayah tapi saling sayang. Lahir dari rahim yang berbeda tetapi di rawat oleh orang tua yang sama. Mereka ada untuk melengkapi satu sama lain.