Our Family
Ayah
Bunda
🦊
🐶
🐻
🐰"Iya nda, nggak lama kok ini kita mau masuk ke bis nya...
Iya daerah situ...
Nggak papa nda...
Iya bunda mas paham kok, yaudah mas tutup dulu ya nda, assalamu'alaikum... "
Rendra menaruh kembali telpon umum itu di tempatnya dan berbalik menuju adik-adiknya, ia habis meminta izin pada sang bunda untuk pulang telat hari ini beserta adik-adiknya. Untung saja di dekat halte pemberhentian mereka ada telpon umum jadi dia bisa menghubungi Bundanya dulu.
Rendra yang awalnya tertidur di dalam bis sambil mendengarkan musik dibangunkan olen Hendra yang ada disampingnya. Ia kira sudah sampai di halte dekat rumahnya tetapi ternyata tidak.
Hendra menjelaskan bahwa ada seorang anak SD yang menanyakan alamat dan dia juga Nandra berinisiatif untuk mengantarkan bocah itu.
Rendra melirik bocah yang tengah berdiri di samping Nandra sedang aduk cekcok dengan adiknya itu, dapat ia dengar bahwa Nandra menyuruh si bocah untuk duduk di kursinya dan bocah itu menolak. Setelah dijelaskan oleh Hendra akhirnya Rendra mengiyakan dan memutuskan untuk meminta izin pada Ana.
Disinilah mereka di bis yang menuju alamat yang di berikan oleh Andi bocah SD kelas 6 yang meminta pertolongan. Duduk sejejer di kursi belakang.
Jendra berada di ujung dekat jendela entah kenapa dengan anak itu dari tadi dirinya lebih banyak diam berbeda dengan Nandra yang tiba-tiba aktif bukan aktif dalam fisik ya hanya saja mulutnya dari tadi tidaklah bisa diam, mengobrol bersama dengan Andi dan Hendra yang sibuk dengan nintendo yang ia selipkan dalam tasnya.
"Lo kenapa jen?" Tegur Rendra yang sudah tidak sanggup melihat adiknya itu
"Hah? Ohh nggak papa mas" Jawab jendra dia sedikit terkejut karna tengah melamun
"Jujur" Ucap Rendra lagi
Jendra menggaruk dahinya, sebenarnya mungkin hanya sepele tapi dari tadi pikirannya tidak bisa beralih dari sesuatu yang ia lihat saat keluar dari sekolah.
"Tadi waktu kita masuk bis yang pertama dijalan gue nggak sengaja liat anak kucing yang udah nggak bernyawa ada di pinggir jalan. Badannya udah kaku gitu, kotor juga gue sedih aja liatnya"
Rendra menghela nafas, tangannya terulur untuk mengusap bahu adiknya itu. Di antara yang lain mungkin bisa di bilang Jendra lah yang paling sensitif karena itu bahkan hal kecil sekalipun bisa membuat dia emosional.
"Udah nggak papa, mungkin itu emang takdir nya dia. Toh mungkin itu lebih baik baik dibandingkan harus hidup tetapi sering dapat kekerasan dari manusia"
Wajah Jendra muram tapi dia juga membenarkan ucapan mas nya itu, lebih baik mati sekarang daripada harus mendera kelaparan di jalan dan mendapat animal abuse dari orang yang nggak bertanggung jawab.
Perasaan Jendra lebih baik sekarang ia berterima kasih pada mas nya itu "makasih mas, perasaan gue lebih baikan sekarang"
"Anytime"
Suara decitan rem terdengar di telinga para penumpang bis, sebagian orang mulai turun dari bis setelah bis itu berhenti di depan halte. Empat bersaudara bersama satu bocil SD juga ikut turun karna memang itu adalah pemberhentian mereka menuju rumah tantenya Andi.
"Ini jalannya kemana lagi hen?" Tanya Rendra, alasannya karna yang tahu jalan hanyalah Hendra.
"Seinget gue pertigaan di depan belok kiri, terus masih harus lurus lagi sampe ke komplek nya"
![](https://img.wattpad.com/cover/356191435-288-k582427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Family
FanfictionTak sedarah tapi tumbuh bersama. Tak seibu tapi saling bergantung. Tak seayah tapi saling sayang. Lahir dari rahim yang berbeda tetapi di rawat oleh orang tua yang sama. Mereka ada untuk melengkapi satu sama lain.