Chapter 34 "Andi"

2.3K 220 3
                                        

Our Family

Ayah
Bunda
🦊
🐶
🐻
🐰







A little flashback.







Namanya Andrian Winata, tetapi karena sewaktu kecil dia belum fasih mengucapkan huruf 'R' maka pengucapannya berubah menjadi Andi. Banyak yang mengira Andi adalah anak yang beruntung karena dilahirkan oleh orang tua kaya dan harmonis.

Tapi siapa yang tahu kalau hidupnya tidaklah seindah itu. Andi kecil terbiasa hidup dalam kekangan dan ekpektasi ayahnya. Menjadi anak laki-laki sempurna yang diajarkan sebagai penerus tanpa bisa mengeksplor hal lain. Selalu berharap kasih sayang ibunya yang bahkan tak pernah ia ingat karena sejak kecil dirinya lebih biasa di asuh oleh nanny dibandingkan sang ibu.

Di umur 4 tahun dimana anak-anak kecil masih sering bermain dan mengacau dirumah dengan celotehan tak henti, maka Andi berbeda di umur itu dia sudah memiliki tutor untuk mengajari tentang hal sehari-hari dan pelafalan kalimat yang sempurna.

Ketika anak-anak lainnya pada saat TK baru belajar mengenal huruf dan angka Andi sudah bisa membaca, menulis bahkan menghitung. Terkadang guru yang mengajar kebingungan harus mengajarkan apa kepada anak itu mengingat kemampuannya yang lebih unggul dari yang lain. Dikarenakan hal itu Andi bisa langsung masuk ke kelas 1 SD meskipun umurnya lebih muda satu tahun dari anak kebanyakan.

Hampir setiap tes atau ujian Andi selalu mendapat nilai sempurna, banyak yang mengagumi anak itu guru-guru pun sangat memujinya. Sayangnya hal itu malah membuatnya tidak terlalu memiliki waktu untuk bermain dengan teman seumuran, setiap kali pulang sekolah Andi tidak bisa berdiam lama disekolah karena dirinya harus langsung istirahat, dan saat sore dia juga tidak bisa bermain dengan teman-teman disekitar rumah karena harus les sedang malam hari dia harus kembali mengulang pelajaran.

Ketika waktu istirahat, disaat teman-temannya bermain Andi harus menyelesaikan PR yang diberikan oleh guru lesnya, membuat ia benar-benar tak punya waktu sama sekali. Awalnya anak-anak lain masih mengajak Andi untuk bermain atau jajan bersama tapi karena selalu ditolak oleh Andi membuat anak-anak itu menyerah dan tak pernah mencoba lagi. Satu-satunya orang yang bermain dengan Andi hanyalah kakak sepupunya.

Semakin besar Andi mulai menyadari apa yang ia lakukan selama ini tidak sepenuhnya benar hingga akhirnya pada kelas 5 SD dia mulai mempertanyakan kenapa.

Ketika itu seluruh keluarga Winata tengah makan malam, ada Edgar, Yumna dan Andi sendiri. Tepat ketika semua selesai makan Andi memberanikan diri untuk berbicara.

"Papih Mamih" panggilnya

Kedua orang yang di panggil hanya melirik sekilas sebelum kembali melakukan aktivitas mereka yaitu, Edgar dengan berkas kerjanya dan Yumna yang menikmati tehnya. Meski tak ada jawaban Andi mencoba untuk mengungkapkan hal yang mengganggu pikirannya.

"Besok Andi boleh nggak libur les dulu" kegiatan Edgar terhenti ketika mendengarnya dia mengangkat kepalanya untuk menatap sang anak.

"Emang besok ada apa?" tanyanya

"Nggak ada apa-apa tapi Andi cuman mau main ke taman komplek sama anak-anak yang lain"

Edgar menaruh berkasnya di atas meja dan menatap tajam kearah anaknya.

"Kamu tau kan kalo itu nggak berguna. Lebih bermanfaat bagi kamu buat belajar dibanding main"

Pupil mata Andi bergetar, Papihnya memang tidak membentak nya tetapi setiap kata yang dikeluarkan oleh Papihnya itu entah mengapa penuh penekanan.

"Tapi Andi nggak pernah main sama anak-anak lain selama ini Pih. Cuman sebentar kok lagipula tempatnya dekat" Andi kembali berbicara tetapi wajahnya ia tundukkan.

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang