Chapter 42 "Kabar Gembira"

2.1K 234 13
                                    

Our family

Ayah
Bunda

🦊
🐶
🐻
🐰






Kelimanya melongo tak percaya dengan apa yang baru saja dijelaskan oleh ayah mereka.

Ibu hendra sudah dibawa menuju ruang ICU dan Tama datang memberitahu mereka kalau bunda berada dalam salah satu kamar VIP yang ada di rumah sakit ini.

Awalnya mereka begitu khawatir apa yang tengah terjadi pada Bunda mereka sampai harus dirawat inap segala dan ketika mereka sudah sampai di ruangan Bunda mereka yang ada disana adalah Ayah mereka yang tengah tersenyum aneh sambil menatap kearah Bunda yang tidak bisa menyembunyikan wajah gumohnya pada sang suami.

Para pemuda itu mendekat dengan cepat dan menanyai Bunda mereka dengan rentetan pertanyaan yang membuat Ana kewalahan.

"Jangan deket-deket dulu, kasian Bundanya" ucap Ayah mereka.

"Ya Ayah jawab dong Bunda kenapa sampe harus dirawat inap gini" bukannya menjawab Jeffri malah mengembangkan senyumnya yang sangat terlihat aneh.

"Nda ayah kepentok tembok apa gimana?" tanya Nandra, Ana hanya bisa menggeleng atas pertanyaan anaknya itu. Kalau saja suaminya tidak melarang dia untuk memberitahu kondisinya mungkin anak-anaknya tidak akan sebingung ini.

"Jadi....." ada jeda disana yang mana membuat mereka semakin penasaran

"Bunda..."

"Yah kesabaran Rendra tipis lo Yah, jangan sampe Rendra jadi anak durhaka cuman gara-gara Ayah bikin kita penasaran"

Jeffri mencibir sebelum kembali mengeluarkan suaranya.

"Bunda itu lagi....."

Entah ada yang mendorong atau apa yang pasti kelima pemuda itu mendekat kearah jeffri.

"lagi...."

"Lagi?"

"Lagi hamil!!!" mereka semua terdiam di tempat, mencerna segala kata yang baru saja dikeluarkan oleh ayah mereka.

Jeffri tersenyum sumringah ketika memberitahu anak-ananknya, sedang Ana menatap khawatir pada anak-anaknya yang terdiam tak bergerak sama sekali. Dia tentu saja senang sekali ketika dokter umum memintanya untuk memeriksakan kondisi pada dokter kandungan dan semakin senang ketika hasil menunjukkan bahwa dia tengah dalam fase hamil 5 minggu.

Jujur saja dia hampir mengikhlaskan kalau memang dia tidak akan bisa punya anak untuk selamanya tapi ternyata tuhan malah menitipkan satu lagi malaikat untuk dirinya.

Rendra mendekat kearah Bundanya dan tersenyum lembut. "Mas kaget banget"

"Jangankan kamu, Bunda juga masih kaget sampe sekarang"

"Selamat ya nda, penantian Bunda sama Ayah akhirnya membuahkan hasil" entah mengapa Ana seperti mendengar nada sedih disana.

"Entah kenapa Bunda bisa nebak pikiran kamu. Jangan khawatir nggak ada yang berubah. Eh ada deh kamu punya adek lagi. Jangan mikir macem-macem, selamanya kamu tetap anak Bunda" bertahun-tahun hidup bersama anak-anaknya tentu saja Ana sangat mengenal sifat masing-masing dari mereka.

Setelahnya anaknya yang lain juga ikut mendekat kearah Ana dan Mahesa juga langsung menelpon orang tuanya untuk memberitahu kabar ini yang mana tidak sempat di cegat oleh Ana. Pandangan Jendra tidak beralih dari perut Ana, Nandra dan Hendra bertanya tanpa henti dan Ana harus menjawab itu semua.

Jeffri menatap kearah mereka, 15 tahun jeffri diam-diam menantikan hal ini, menantikan anaknya yang akan dikandung oleh istrinya. Tapi meskipun begitu tidak akan ada yang berubah diantara keluarganya. Dia tidak akan membedakan antara empat anaknya yang lain dengan anak yang tengah dikandung Ana, mereka menempati posisi yang sama dalam hidup Jeffri. Lagipun berkat mereka berempat Jeffri menjadi berpengalaman sebagai seorang Ayah.

Dia mendekat dan tiba-tiba saja memeluk Hendra dan Nandra yang masih sibuk bertanya pada Ana.

"Yah! Apaan sih" keduanya mencoba melepaskan pelukan Jeffri tetapi pelukan Jeffri terlalu kuat hingga tak bisa mereka singkirkan.

"Tapi Bunda emang harus di rawat inap ya?" tanya Nandra

"Nah itu yang mau Ayah kasih tau. Bunda kan udah nggak muda lagi meski wajahnya Bunda nggak ada bedanya sama mahasiswi baru tapi kan umurnya nggak, di umur segini kandungan Bunda itu agak rentan makanya sebagai orang yang tiap hari sama Bunda kita harus perhatiin Bunda lebih lagi. Bisa kan Ayah minta tolong?" mereka menatap Ayah mereka dengan pandangan datar yang mana membuat Jeffri agak bingung.

"Ngapain minta tolong sih Yah. Udah wajib kali kalo kita jagain Bunda" senyum mengembang hingga menimbulkan lesung pipi manis milik Jeffri atas jawaban yang diberikan Jendra. Iya juga sih, tanpa dirinya suruh sekalipun anak-anaknya pasti akan menjaga istrinya bahkan lebih darinya.

"Bunda, Papah sama Mamah katanya mau langsung kesini dibolehin nggak?" Ana hanya bisa tersenyum canggung, padahal dia ingin menyembunyikannya dulu apalagi kedua orang tuanya dan orang tua Jeffri belum sempat diberi kabar.

"Besok aja kayaknya Sa, Bunda mau istirahat dulu hari ini" Mahesa mengangguk dan kembali berfokus pada handphonenya. Jeffri memandang Ana dengan ekspresi bertanya.

"Orang tuamu sama orang tuaku belum di kasih tau, aku takut mereka nganggep macem-macem kalo temen kita jenguk duluan" Jeffri pun mengangguk yang diucapkan istrinya ada benarnya.

Karena itu Jeffri dengan segera menghubungi kedua orang tuanya, meninggalkan istrinya bersama dengan anak-anaknya takut kalau dia terlalu excited dan malah berteriak di dalam rumah sakit, karena saat Ana pingsan tadi saja Jeffri paniknya bukan main sampai harus di tenangkan oleh perawat jaga.

"Oh iya Hen ibumu gimana?" 

"Operasinya berjalan lancar Nda. Katanya tinggal liat perkembangannya, terus buat detailnya nanti di kasih tau sama Om Tama" Balas Hendra, Ana mengangguk kecil.

"Kalo ada apa-apa kasih tau Bunda sama Ayah ya" 

"Iya Nda"

"Bunda" panggil Nandra

"kenapa?"

"Kata Ayah tadi udah 5 mingguan kan" 

"Iya, kenapa?" 

"Kapan bikinnya Nda?" Bukan jawaban yang diterima Nandra melainkan tepukan keras pada bahunya yang berasal dari si sulung. Sedang Ana cukup terkaget karena pertanyaan anak bungsunya itu.

"Pertanyaan lo" hardik si sulung

"Yaa kan nanya" Meski begitu ternyata Jendra, Hendra dan Mahesa malah menatap ke arah Bundanya dengan pandangan penasaran. Pandangan mereka membuat Ana tak nyaman, dia berdehem singkat.

"Ya nggak tau, udah ahh ngapain nanya gituan masih kecil kalian nggak usah kepo" Balas Ana, siapa sih yang tidak malu di tanya seperti itu oleh anak sendiri.

Ana merebahkan diri dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Lo sih nanya aneh-aneh" Bisik Hendra

"Tapi lo juga kepo, ngapain natap Bunda kayak gitu" 

Rendra hanya bisa menggeleng dengan kelakuan adik-adiknya ini.




0.0



With Love ❤

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang