Chapter 10 "Truth to be Told"

4.2K 390 0
                                    

Our Family

Ayah
Bunda
🦊
🐶
🐻
🐰





Malam ini semuanya tengah berkumpul di ruang tamu, family time yang selalu dibiasakan oleh Jeffri dan Ana. Televisi di depan mereka saat ini tengah menampilkan sinetron yang terdapat di salah satu channel televisi. Empat anak Adhitama itu duduk lesehan di karpet bawah sedangkan ayah dan bunda mereka duduk di atas sofa. Yang tanpa di ketahui keempatnya tengah berpandangan seolah menyiratkan sesuatu.

Tepat saat matanya melihat tayangan televisi yang berganti Jeffri membuka suara.

"Kids, ayah mau ngomong" Keempat putra Adhitama itu mengalihkan perhatiannya, biasanya kalau Jeffri sudah seperti itu maka pembicaraan akan penting, contohnya membahas nilai sekolah, atau beberapa masalah yang pernah mereka buat.

Sekali lagi Jeffri mengelus lembut tangan istrinya untuk memberikan keteguhan pada Ana. Meskipun berat Ana menuruti suaminya, di ambilnya remote TV lalu ia matikan. Tanpa berkata dia berdiri menuju kamarnya membuat anak-anak keheranan.

"Tunggu bunda dulu ya" ucap Jeffri sambil tersenyum. Tak ada yang berbicara sampai sang bunda kembali dengan membawa sebuah map plastic yang cukup tebal berisikan berkas-berkas yang tak di ketahui isinya. Ana menatap suaminya dengan pandangan berat yang dibalas anggukan oleh Jeffri.

Jeffri tersenyum menghadap anak-anaknya, tangannya terulur untuk mengusap kepala keempat anaknya itu. "nggak kerasa banget kalian udah gede ya, udah bisa ngomong, jalan, lari, sekolah, bahkan sampe berantem" yang terakhir itu ditujukan untuk Hendra, Nandra
dan Jendra.

"padahal rasanya kemaren kalian masih kecil, masih nyoba-nyoba buat ngerangkak ke ayah" lanjutnya kemudian menghela nafas

"ayah......













minta maaf..." ucapan itu sontak membuat keempat anaknya heran

"sebenarnya ayah juga bingung harus darimana atau bagaimana. Terlalu berat buat ayah sama bunda. Tapi, ayah juga nggak bisa selamanya nyembunyiin rahasia ini dari kalian" lanjutnya, tangan ana terulur untuk mengusap bahu suaminya dan menatap keempat anaknya dengan senyum teduh.

"Narendra, Rajendra, Mahendra, Kenandra. Kalian tau kan ayah sama bunda sayang banget sama kalian. sampai hembusan nafas terakhir ayah sama bunda kalian itu tetap anak kita, kalian tetap bagian Adhitama"

Jendra yang mendengar kalimat itu langsung tersadar apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang tuanya. Dia menggigit pipi dalamnya untuk menahan rasa sesak yang tiba-tiba saja muncul.

"kalian berempat sebenarnya bukan anak kandung ayah sama bunda" Hendra
membulatkan matanya begitu juga Nandra dan Rendra. Jendra menunduk sambil memilin jarinya mencoba menahan rasa sakit hatinya. Air matanya yang menitik langsung dia usap dengan cepat.

Rendra menolehkan kepalanya kepada Jendra, ingatan saat di rumah oma tiba-tiba terlintas. Ia akhirnya sadar bahwa alasan kenapa Jendra berbicara aneh kala itu adalah karena dia sudah tahu tentang fakta ini.

"ayah minta maaf, maaf kalau buat kalian kecewa tapi meskipun nggak ada ikatan darah ikatan batin ayah bunda sama kalian sama kuatnya dengan keluarga lain di luar sana" lanjut jeffri saat melihat Hendra dan Nandra yang matanya sudah berkaca-kaca.

"Bunda kalo bercanda jangan gini" ucap Hendra dia ingin menyangkal ucapan ayahnya bahkan dia menampilkan senyumnya pada Ana, yang mana hal itu malah membuat Ana merasa sakit hati. Dia hanya bisa menggeleng dengan air mata yang mengalir.

Dalam pikiran mereka berdua ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang bahwa mereka bukanlah saudara kandung dan jawaban atas pertanyaan mereka sampai sekarang tentang perbedaan fisik yang begitu kentara akhirnya terjawab.

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang