Chapter 54 "Mimpi"

1.3K 213 12
                                    

Our Family

Ayah
Bunda

🦊
🐶
🐻
🐰


Dia yang baru saja kembali dari jogging pagi berhati-hati saat berjalan melewati masnya yang tengah minum di meja dapur. Bukannya apa tapi akan sangat bahaya kalau dia melakukan kesalahan kecil saat ini.

Rendra melirik sekilas pada adiknya.

"Bangunin Nandra, suruh bikin sarapan" ucapnya kemudian pergi meninggalkan Hendra.

Kalau kalian berpikir keduanya sedang bermusuhan, maka jawabannya salah. 

Ingat tentang Rendra yang akan mengikuti pameran seni. Pemuda itu sedang berusaha untuk menyelesaikan lukisannya. 

Deadline lukisannya tinggal seminggu lagi dan dia harus memberikan hasilnya pada Mas Bram yang merupakan penyelenggara pameran itu tapi sampai hari ini Rendra baru mengerjakan garis awal, anak itu benar-benar tengah buntu ide.

Setiap malam Rendra pasti akan begadang sambil mencorat-coret kertas atau mengerjakannya secara digital melakukan revisi berulang kali pada konsep lukisannya. Akibatnya anak itu menjadi kurang tidur dan lebih sensitif. 

Mengapa Hendra menjadi berhati-hati didekat masnya ialah karena beberapa hari yang lalu dia tak sengaja menjatuhkan kanvas bersketsa yang tengah dikerjakan masnya itu ke lantai dan menumpahkan minumannya keatas kanvas itu.

Rendra yang baru saja masuk kedalam kamar menjadi terdiam didepan pintu tatkala melihat kanvasnya yang sudah ketumpahan minuman.

Hendra mungkin akan lebih memilih masnya berteriak dan mengomelinya kala itu dibandingkan dengan respon diam masnya.

Sulung Adhitama itu benar-benar tidak mengeluarkan satu katapun kecuali menyuruh Hendra keluar dari kamarnya. Tapi tanpa dijelaskan sekalipun Hendra tau bahwa Rendra sangat marah.

Setelah kejadian itu keduanya mulai diam-diaman dan Hendra memilih untuk bertukar kamar dengan Jendra agar tak semakin membuat kesal masnya. 

Kembali ke masa sekarang. Ketika masuk kedalam kamar, Rendra melihat Jendra yang baru saja selesai mandi.

"Mas tadi malem nggak tidur?" tanyanya

Rendra menggeleng pelan, dia memijat pangkal hidungnya kepalanya juga mulai berdenyut sakit.

"Jangan di paksain, tidur dulu mas. Kalo sakit lukisan lo malah nggak bakal jadi" ucapan Jendra memang benar, dia menatap kearah kanvas lukisnya yang berada di dekat jendela. Banyak kertas berhamburan di lantai yang tak sempat dia bereskan. Bukan Rendra sekali.

"Biar gue kasih tau Bunda sama Ayah kalo lo masih istirahat. Lagian kalo di terusin kayak gini Bunda sama Ayah pasti khawatir sama lo" Rendra mengangguk diapun menaiki kasurnya dan mulai merebahkan diri disana memposisikan dirinya senyaman mungkin.

.
.
.
0.0
.
.
.

Gelap

Dingin

Hampa

Rendra merasa tercekik di ruangan gelap dengan nafas yang memberat, dia panik karena keadaan yang membuatnya tidak bisa melihat apa-apa. Tangannya mencoba menjangkau apapun yang ada didepannya tapi dia tak menemukan apapun, tangannya terambang di ruang hampa.

Rendra terduduk dan memeluk lututnya dia merasa sangat takut, rasanya baru kali ini dia merasa begitu ketakutan.

Ditengah-tengah rasa takutnya dia mendengar suara langkah kaki seseorang pandangannya mengedar untuk mencari orang itu walau tak terlihat apapun karena keadaan yang gelap. 

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang