Our Family
Ayah
Bunda🦊
🐶
🐻
🐰Rasa dingin dari AC menerpa kulit pucatnya, tubuhnya sedikit bergetar karena kedingingan. Tapi, rasa dingin itu berubah menjadi hangat saat ada sesuatu yang menutupi tubuhnya dan menggenggam tangannya.
Mata cantiknya perlahan terbuka, langit-langit berwarna putih menjadi pemandangan pertama bagi dirinya. Sebuah usapan terasa di punggung tangannya, Ana menolehkan kepalanya kesamping dan mendapati sang suami yang tengah menatap kearah dirinya.
"Hai" sapa Jeffri
Ana tidak bisa menjawab dia hanya memberikan senyum lemah pada suaminya itu.
"Kids, Bunda udah bangun" Panggilan itu langsung mendapat reaksi dari keempat remaja yang sedang selonjoran di sofa. Keempatnya bangun dan mendekat kearah sang Bunda.
"Bunda udah bangun?" tanya Nandra. Ana hanya bisa menatap kearah anak laki-laki bungsunya itu.
Yang lain hanya memperhatikan, bersyukur didalam hati kalau sang Bunda sudah sadar.
"Bun jari Hendra ada berapa?" tanya Hendra sembari mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya tepat didepan wajah sang Bunda.
Bukannya mendapat jawaban dari sang Bunda tangannya malah ditepis oleh si kakak sulung, menyebabkan dia mengerucutkan bibirnya dan mengusap tangannya yang kena tepis.
"Bener dikit sehari bisa, Bunda baru sadar" ucap Rendra.
Jeffri hanya bisa terkekeh kecil, sangat terbiasa dengan kelakuan anak-anaknya.
"Du..a" Ana menjawab dengan lemah
"Nggak usah dijawab Nda" ucap Jendra, dia mengusap tangan Bundanya yang lain. Ana membalasnya dengan tersenyum.
Suara ketukan membuat mereka menoleh, seorang dokter dan juga beberapa suster masuk kedalam kamar guna mengecek keadaan Ana. Keempat anak remaja itu menyingkir tetapi pandangannya tak lepas dari sang Bunda.
Setelah mengecek keadaan vital Ana, sang dokter mengatakan kalau keadaan Ana sudah stabil hanya saja keadaannya masih cukup lemah akibat pendarahan pasca melahirkan.
"Adek bayinya akan diantar kesini sebentar lagi ya" mendengar hal itu keempat remaja itu menegakkan tubuh mereka, merasa bersemangat saat mendengar kalau mereka akan segera bertemu dengan sang adik.
"itu bujang 4 anaknya pak?" tanya sang dokter. Jeffri mengangguk sembari tersenyum.
"Iya anak saya semua"
"Banyak yang jagain ya, anaknya udah pada gede semua"
"Iya dok" balas Jeffri sembari tersenyum kecil.
"Yasudah kalau gitu, saya permisi ya pak. Nanti suster yang nganterin adeknya" Jeffri mengangguk kecil. Dokter dan suster itupun keluar dari ruangan Ana.
Ana tersenyum lebar, jantungnya berdegup begitu kencang ketika mendengar bahwa dia akan segera bertemu dengan anaknya.
"Kids cuci tangan dulu ya, biar adek bayinya nggak terkontaminasi" ucap Jeffri, mereka semua mengangguk dan segera menuju kamar mandi.
"Ayah juga" ucap Hendra
"Gantian lah"
Mereka bergantian masuk kedalam kamar mandi dan ketika giliran Hendra, Rendra nyeletuk.
"Yang bersih Hen. Takut adeknya terkontaminasi sama virus lo" Hendra yang tengah membersihkan sela-sela jarinya langsung menoleh.
"Emang gue bawa virus apaan" protesnya tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Family
FanfictionTak sedarah tapi tumbuh bersama. Tak seibu tapi saling bergantung. Tak seayah tapi saling sayang. Lahir dari rahim yang berbeda tetapi di rawat oleh orang tua yang sama. Mereka ada untuk melengkapi satu sama lain.