Chapter 33 "Pesta '2"

1.9K 219 10
                                    

Our Family

Ayah
Bunda

🦊
🐶
🐻
🐰





Setelah perkenalan antar keluarga itu para anak-anak mulai menjauh dari para orang dewasa dan berkumpul untuk mengobrol bersama di dekat area makanan. Mereka juga ketambahan personil yaitu Mahesa, Keisha, dan Riana yang baru terlihat wajahnya oleh yang lain. Para gadis memilih untuk mengobrol di tempat lain, dan tersisalah para laki-laki yang menempati satu meja bulat di pojok ruangan.

"sempit sekali dunia ini" kata Mahesa tiba-tiba.

"apaan?" balas Hendra

" ya itu, ternyata orang tuanya Andi kenal sama orang tua kalian"

"Dalam dunia bisnis sih wajar kalo punya banyak koneksi. Apalagi Opa kan salah satu business man lama dan juga berpengaruh. Kalau banyak yang kenal sama beliau sih udah gak heran" Jelas Jendra.

"Kak Nan gitu banget liatin akunya" Kalimat itu membuat mereka menolehkan pandangan kepada Nandra dan Andi.

"Udah dibilangin jangan nempel-nempel" Rendra yang kebetulan duduk disamping Nandra menarik kerah jas belakang milik adiknya itu.

"apasih Mas Ren, gue nggak nempel kok" Kesal Nandra. Andi yang melihat itu hanya bisa tersenyum canggung. Bukan masalah bagi dirinya sebenarnya tapi kadang dia juga agak risih kalau Nandra sudah mendekati dirinya sambil senyum-senyum begitu.

"Nanti dikira jeruk makan jeruk lo" ujar Hendra santai

"Heh! Mulut!" Hendra mengendikkan bahunya acuh sedang Andi memasang wajah horror, dia menoleh dengan pelan kearah Nandra. Merasakan tatapan yang tak menyenangkan membuat Nandra menoleh.

"Nggak gitu Ndi, kakak cuman bener-bener seneng aja sama kamu. Sebagai adek kok! jangan didengerin omongannya dia emang nggak bisa di filter mulutnya" Elak Nandra dengan cepat.

"Ha ha ha nggak papa kok kak" bilangnya sih nggak papa tapi nada bicaranya tidak meyakinkan. Nandra menatap tajam ke arah Hendra, hancur sudah reputasi Nandra dihadapan Andi.

"Hai" ke enam pemuda itu serempak menoleh kepada seorang wanita yang tiba-tiba saja mendatangi mereka.

"Mamih" panggil Andi. Yumna memberikan senyumnya pada Andi kemudian memandang kearah yang lain.

"Tante ganggu ya?"

"nggak kok tante, nggak sama sekali" balas Nandra. Pandangan Yumna beralih kepada Nandra. Mungkin karena baru kali ini bertemu Nandra merasa sedikit canggung berbeda sekali kalau bersama tante Tiara.

Ada yang aneh menurut Nandra, dia merasa kalau Yumna tengah memandang intens pada dirinya peraasaannya tak nyaman ketika mata mereka saling bertatapan.

"Andi sering cerita tentang kamu sama tante. Andi itu anaknya pemalu jadi waktu dia bilang punya kakak kelas yang dekat sama dia tante seneng dengernya, Makasih ya udah temenan sama Andi"

"Andi anaknya baik kok Tan, banyak yang suka sama dia. Kita semua juga seneng temenan sama dia" balas Nandra

"Kalo tante boleh tau Nandra suka apa? Itung-itung buat tanda terima kasih tante. Yang lain juga boleh kok sebutin aja" Sebagai seseorang yang baru dikenal dan tiba-tiba saja mendatangi lalu menawarkan hadiah membuat mereka merasakan keanehan dan canggung yang menerpa. Semuanya serempak menggeleng sebagai jawaban.

"Nggak usah tante jangan repot-repot. Kita temenan sama Andi tulus kok tan" Jelas Rendra

"Jangan gitu sebutin aja" Mereka saling melempar pandang, tidak biasa bagi mereka diperlakukan seperti ini, pertemanan mereka didasarkan ketulusan tanpa adanya maksud lain dibalik itu apalagi mengharapkan sebuah hadiah seperti ini.

"Nandra sukanya apa? Ngomong aja" Nandra ingin menolak kembali tapi rasanya ia seolah tak menghargai Mamihnya Andi, dia menatap kearah Rendra sebentar seolah meminta bantuan. Rendra menggeleng kecil kepada adiknya itu.

"Nggak usah tante, beneran" Balas Nandra lagi

"Andi bilang kamu suka fotografi ya? Kamu perlu sesuatu yang berhubungan sama itu nggak? Mungkin kamera atau sejenisnya"Layaknya tak putus asa Yumna kembali menawari anak-anak itu. Nandra mengernyitkan dahinya kemudian menatap kearah Andi, bukan masalah sebenarnya kalau Andi menceritakan hobinya kepada orang tuanya.

"Nggak usah tante, kalo masalah itu Nandra bisa beli sendiri atau ngomong sama Ayah sama Bunda" Melihat adiknya yang terlihat terpojok Jendra yang sedari tadi diam mulai berbicara.

"Kita berterima kasih sama tawarannya tante, tapi kalau tante ngasih kita sesuatu kesannya kayak kita berteman sama Andi karena mengharapkan sesuatu" lanjutnya

Yumna seperti tersadar akan perbuatannya ketika mendengar itu, dia menatap kearah mereka semua.

"Astaga, maaf tante nggak sadar. Kayaknya tante jadi kayak ganggu kalian maaf ya"

"Nggak sama sekali tante, kita terima niat baiknya tante aja. Terima kasih" ucap Jendra.

Setelah itu Yumna mulai menjauh pergi dari mereka. Nandra menghela nafas panjang dia merasa cukup tertekan dengan kehadiran Mamih nya Andi. Melihat itu Andi merasa tak enak pada Nandra.

"Maafin Mamih ya kak. Mamih cuman mau berterima kasih kok soalnya Andi jarang punya temen deket makanya waktu Andi cerita tentang kakak Mamih keliatan seneng banget" Nandra mengusap rambut Andi pelan.

"Nggak papa kok, itu artinya Mamih kamu sayang sama kamu" balas Nandra. Entah apa yang terlintas di pikiran Andi yang pasti ekspresinya berubah menjadi datar sebelum membalas kata-kata Nandra dengan sebuah senyuman.

.
.
.
0.0
.
.
.

"Diem doang dari tadi kesambet ntar" Nandra mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamar menuju pintu kamar. Disana berdiri abangnya dengan dua gelas keramik berisikan minuman teh chamomile, mungkin karena sedari kecil Ana sering memberikan mereka chamomile tea membuat keempat pemuda itu selalu mengonsumsinya sebelum tidur.

"Gue kira kak Hen tadi. Dia kan sering ngomong gitu" Nandra merubah posisi menjadi duduk dan menerima uluran gelas dari Jendra.

"Masih kepikiran yang tadi?"

Nandra meniup minuman yang masih mengeluarkan asap itu dan dengan perlahan menyesapnya. Jendra tidak salah dengan dugaannya, Nandra memang kepikiran tentang sesuatu yaitu jawaban yang diberikan Opanya. Ternyata lensa kamera itu bukan lah pemberian Opa maupun Omanya. Yang artinya orang lain mengirim itu untuk Nandra.

"Gak usah mikir macem-macem, anggap aja pemberian dari hamba tuhan" kata-kata Jendra berhasil membuat Nandra melirikkan matanya.

"Sumpah kata-kata lo ga guna bang" Jendra tertawa sendiri dengan candaannya. Sedang Nandra menatap abangnya itu dengan pandangan datar. 



0.0



With Love

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang