Chapter 50 "Takkan mengganggu"

1.9K 239 7
                                    

Our Family

Ayah
Bunda

🦊
🐶
🐻
🐰







Bel pulang sekolah yang berdenting nyaring disambut bahagia oleh para murid. Mulai hari ini hingga 2 minggu kedepan bel akan berbunyi lebih awal dibanding biasanya karena sudah memasuki minggu ujian kenaikan kelas.

Oleh karena itu pula Nandra tidak bisa meliburkan diri meski perasaannya masih belum stabil. Dia tidak berminat ikut ujian susulan.

Keempat anak Adhitama ditambah Mahesa sudah berada di parkiran sepeda mumpung pulang lebih awal rencananya Mahesa akan ke rumah mereka dulu untuk belajar bersama, mereka juga mengajak Riana walau berbeda sekolah materi yang dipelajari pasti lah sama.

"Nyari cemilan dulu yuk" Usul Hendra

"Cemilan banyak di rumah bunda udah nyetok" Tolak Rendra. Membuat Hendra mendelik kearah Masnya itu, padahal niatnya ingin jalan-jalan dulu sebentar.

"NT banget kak, udah tau mas Ren itu kalo ujian berubah jadi instruktur militer" Ucap Nandra yang berdiri tepat disamping Hendra.

Rendra memang begitu kalau sudah masuk masa ujian maka dia akan menerapkan sistem belajar terstruktur untuknya dan adik-adiknya. Berusaha mengurangi jadwal keluar rumah dengan meminta Bunda menyediakan makanan dan cemilan yang banyak dirumah.

Mereka berjalan keluar dari sekolah sambil menuntun sepeda masing-masing. Ditengah asiknya mengobrol ringan Nandra harus menghentikan langkah nya. Karena jalannya di halangi oleh seseorang yang tak ia kenal.

"Tuan Kenandra" Nandra mengangguk kaku

"Tuan besar menunggu anda di dalam mobil" Ucap pria itu.

"Siapa?"

"Anda akan tau sendiri" Nandra menoleh pada saudaranya. Rendra mengangguk kecil, toh mereka masih ada disekolah tidak mungkin ada yang melakukan macam-macam.

Diapun memasuki mobil itu, ada seorang pria tua disana dengan canggung dia duduk disamping pria itu.

"Kamu mirip sekali dengan Yasmin" Tubuhnya menegang tatkala mendengar nama ibu kandungnya disebutkan.

"Saya Heru, ayah Yasmin dan Yumna"

"Saya yakin kamu tidak memiliki keinginan untuk bertemu dengan saya setelah kamu mengetahui semuanya"

Nandra hanya diam bahkan menoleh pun tidak. Walau orang di sampingnya ini adalah kakek kandungnya bagi Nandra beliau hanyalah orang asing.

"Saya menyadari keputusan saya waktu itu salah, memisahkan ibu dan anak tapi jujur saja ketika melihat kamu, saya dan istri saya sama-sama tak suka. Keberadaan kamu mengingatkan kami dengan pria brengsek itu"

"Bukan salah saya terlahir didalam keluarga kalian" Balas Nandra, suaranya terdengar rendah menahan emosi

"Ya saya tau. Kami yang memang tidak bisa menerima"

"Saya tak akan minta maaf Nandra, karena saya sadar saya tak berhak mendapat maaf dari kamu. Saya hanya berharap kamu kehidupan yang baik bersama orang yang kamu kasihi dan tenang saja Yumna tidak akan pernah menganggu kamu lagi"

Di luar mobil keempat anak laki-laki yang menunggu Nandra menerka apa yang tengah dibicarakan oleh adik mereka didalam sana.

"Kalo Nan di ajak balik sama keluarganya gimana?" Tanya Mahesa

"Nggak bakal bisa mereka udah nggak punya hak sama Nandra" Jawab Jendra

"Maksudnya?"

"Kita semua diadopsi dari kecil dari balita, sesuai aturan hukum orang tua atau keluarga kandung kita udah nggak punya hak" Lanjut Jendra.

"Terus lo? Bukannya lo balik ke orang tua lo ya?" Jendra menoleh pada Mahesa.

"Gue nggak balik ke mereka, gue cuman menjaga hubungan baik sama ortu kandung gue. Sepenuhnya gue masih anak Bunda sama Ayah" Mahesa mengangguk mengerti.

Pintu mobil itu akhirnya terbuka, Nandra keluar darisana dan berjalan kearah mereka. Supir yang tadi menunggu diluarpun akhirnya juga masuk kedalam dan tak lama mobil itu menjauh pergi meninggalkan kawasan sekolah.

"Siapa?" Tanya Hendra

"Ayahnya nyokap gue" Balas Nandra

"Kakek lo dong" Nandra mengangguk

"Ngomongin apaan?" Sekarang Rendra yang bertanya

"Nggak ada, beliau cuman pamit dan bilang kalo nggak bakal ganggu gue atau keluarga gue yang sekarang"

"Sakit hati?"

"Nggak juga, gue nggak kenal sama dia" Rendra menepuk bahu adiknya beberapa kali seolah menyemangati.

"Dah yuk pulang. Ntar kesorean" Kelima remaja itupun menaiki sepeda mereka dan berjalan pulang.

.
.
.
0.0
.
.
.

Andi menatap ke arah mobil yang mulai menjauh dari rumahnya dengan perasaan sedih. Disampingnya Edgar berdiri dengan tegap.

Pria dewasa itu menghembuskan nafas pelan, Yumna sudah dibawa pergi oleh orang tuanya. Mulai hari ini dia tidak akan tinggal di rumah ini lagi.

Walau sudah sadar dengan perbuatannya Yumna belum sepenuhnya sembuh, orang tuanya akan membawa Yumna untuk bertemu dengan psikolog guna memperbaiki mentalnya. Dikondisinya sekarang berperan sebagai ibu pun akan sulit karena banyak kemungkinan Yumna akan kembali melakukan hal yang sama seperti kemarin.

Walau berat Andi menyetujui perpisahan kedua orang tuanya, Papihnya tidak melarang kalau dia ingin bertemu Mamihnya mau bagaimanapun keduanya masihlah ibu dan anak. Tapi untuk sekarang Yumna harus fokus dengan penyembuhannya.

"Nggak papa kan kita berdua aja?" Tanya Edgar.

"Gak papa Pih"

"Papih usahain untuk lebih banyak menghabiskan waktu sama kamu mulai sekarang" Andi tersenyum kecil dan mengangguk.

Sekarang yang dipikirkannya adalah memperbaiki hubungan dengan Nandra. Mamihnya adalah orang yang memisahkan dia dengan ibu kandungnya dan Papihnya menyembunyikan fakta itu walau dia sudah tau dari lama bahkan sebelum Nandra dan Papihnya bertemu.

Apa setelah ini Nandra masih mau berteman dengannya? Apa yang lain juga masih mau menjalin hubungan baik dengannya. Keluarga itu sudah sangat baik dengan Andi disaat dia merasa selalu sendirian keempat pemuda itu seolah berperan menjadi kakaknya mengajarinya banyak hal, Bunda juga begitu baik padanya. Rasanya Andi tidak bisa kalau disuruh menjauhi mereka.

Mungkin dia akan mendatangi mereka untuk minta maaf dan perlahan kembali membangun hubungan baik.





0.0



With Love ❤

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang