Our Family
Ayah
Bunda🦊
🐶
🐻
🐰Hari pameran sudah tiba. Seluruh pengunjung yang datang terlihat menikmati bermacam karya ditampilkan kali ini. Bermacam jenis dan tema lukisan terpampang rapi beserta penjelasannya di samping setiap frame.
Dari mulai lukisan abstract, sebuah scenery, bahkan lukisan tempat-tempat bersejarah dan terkenal yang ada di Indonesia. Walaupun Art Exhibition yang diadakan ini hanya acara kecil dan diisi oleh para seniman baru ataupun seniman yang kurang terkenal, nyatanya sangat banyak pengunjung yang berdatangan.
Tak terkecuali seluruh keluarga Rendra. Jeffri dan Ana melipir untuk melihat beberapa lukisan scenery yang menarik perhatian Ana sedang anak-anaknya lebih memilih untuk melihat lukisan abstract.
Sejak datang tadi mereka langsung mencari lukisan milik Rendra tapi anehnya tak ada satupun nama anak itu tertulis disebuah lukisan yang tengah di pamerkan.
Ketika menikmati karya-karya itu sekaligus mencari karya milik Rendra, suara dentingan microphone membuat mereka dan para pengunjung lain memusatkan perhatian mereka pada seorang pria dewasa dengan setelan jas lengkap yang tengah memegang mic.
"Selamat siang semuanya" Sapa pria itu.
"Mungkin beberapa dari kalian sudah mengenali saya, tapi bagi yang belum tau izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Bramasta pemilik klub seni sekaligus kolektor seni"
"Bagi yang sudah pernah datang ke art exhibition saya mungkin akan merasa janggal pada pameran kali ini. Karena biasanya saya tidak akan muncul secara langsung seperti ini" Sambungnya.
"Tapi kali ini akan sedikit berbeda, karena ada permintaan dari salah seorang seniman yang tergabung pada pameran kali ini" Seluruh pengunjung mulai berbisik.
"Dia adalah seorang seniman muda yang sangat berbakat. Jujur saja saya juga tidak tahu apa yang akan ia tunjukkan tapi mari kita nikmati bersama, karena saya yakin dia akan menampilkan sesuatu yang menakjubkan" Tangan pria itu terangkat kedepan seolah mengarah pada sesuatu di belakang para pengunjung.
Semuanya berbalik dan melihat ada seorang pemuda yang berdiri diam menatap ke arah mereka, wajahnya kentara sekali kalau dia benar-benar gugup saat ini.
Hendra bergerak pelan untuk lebih maju kedepan dan ketika matanya bertemu dengan manik mata milik masnya dia tersenyum dan hal itu juga membuat Rendra ikut tersenyum.
Sebuah kamera disiapkan khusus untuk menyorot apa yang akan dilakukan pemuda itu dan secara live tampil di sebuah layar putih besar yang berada tak jauh darisana agar seluruh pengunjung dapat melihat apa yang dilakukannya.
Tangannya mengambil kuas besar dan mencelupkannya kedalam cat hitam, setelahnya dia mulai mewarnai seluruh kanvas putih besar yang sedari tadi berada di sampingnya, menutupi seluruh permukaan kanvas itu dengan warna hitam.
Rendra bukanlah anak yang pandai dalam mengekspresikan diri dan perasaannya, dia terbiasa untuk menahan semuanya dan bersikap dewasa dihadapan orang lain. Tapi bukan berarti dia baik-baik saja selama ini.
Banyak hal yang dirasakan Rendra tapi tak bisa ia katakan, sebagai remaja yang baru memasuki masa pubertasnya dia mempertanyakan banyak hal dari mulai kelahirannya hingga apa arti keberadaannya sekarang.
Setelah kanvas putih itu dipenuhi warna hitam dia mengambil kuas yang lebih kecil dan mencelupkannya kedalam cat putih, menggambar beberapa garis di kanvasnya yang membentuk sebuah persegi panjang berdiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Family
Fiksi PenggemarTak sedarah tapi tumbuh bersama. Tak seibu tapi saling bergantung. Tak seayah tapi saling sayang. Lahir dari rahim yang berbeda tetapi di rawat oleh orang tua yang sama. Mereka ada untuk melengkapi satu sama lain.