Chapter 2 "Mau nggak?"

5.7K 455 3
                                    

Our Family

Ayah
Bunda
🦊
🐶
🐻
🐰

Hari sudah malam saat Ana memasukkan mobilnya ke garasi, sudah ada mobil sang suami di sana, jam tangannya menunjukkan pukul 9 malam untungnya dia sudah mengisi perutnya dijalan tadi jadi dia berniat akan sholat isya lalu memejamkan matanya mengarungi alam mimpi.

"Assalamualaikum" salamnya dan meletakkan sepatu yang ia kenakan di rak sepatu.

"Wa'alaikumsalam, tumben telat banget kamu pulangnya? Aku khawatir tau" Ana menoleh dan mendapati wajah tampan suaminya senyumnya mengembang saat merasa sepertinya keadaan suaminya mulai membaik. Tanpa bicara Ana berjalan dan langsung memeluk suaminya itu membuat Jeffri menautkan alisnya karena serangan tiba-tiba itu.

"Kenapa? Hari ini banyak kerjaan? Capek banget kayaknya kamu" Ana diam, Jeffri
berinisiatif untuk membawa istrinya duduk di sofa masih dengan posisi saling memeluk bahkan tangannya sekarang sudah mengelus lembut punggung istrinya itu. Ana menghela nafas lelah tetapi bibirnya malah menampilkan senyum senang dan itu tak luput dari pandangan Jeffri.

"Hari ini aku capek banget, tapi capeknya bikin seneng" Ana mulai bercerita, suaminya itu diam mendengarkan

"Jam 10 tadi aku ada janji sama klien tapi ternyata beliau nggak bisa dateng, dan nyuruh aku ke rumahnya untuk lanjutin pembicaraan tentang desain gaun yang dia mau. Alhamdulillah setelah sampai sana ternyata aku bukan cuman diminta untuk ngerjain 1 gaun aja tetapi 20 gaun untuk acara 5 bulan lagi. Nah, sebelum sampai di rumah klien aku nggak sengaja liat panti asuhan dan rencananya pulang dari tempat klien aku mau singgah dulu kesana ngasih sumbangan kecil. Sampe sana entah kenapa hati aku kayak adem, tenang banget" Tangan besarnya yang awalnya mengelus punggung Ana terhenti. Jeffri mendatarkan ekspresinya, dia kembali kepikiran dengan kata-kata dokter kemarin dan rasa bersalah itu kembali hinggap di hatinya.

"Meskipun mereka berisik tapi malah bikin aku seneng, kamu tau kan dari dulu aku
kebagian tugas ngurus ponakan aku jadinya liat anak-anak itu bikin aku seneng. Di sana aku ketemu balita lucu banget mukanya chinese pipinya bulet pengen aku uyeng-uyeng tapi takutnya nangis" ada tawa kecil yang keluar dari mulut Ana

"Abis itu ternyata ada anak yang sakit juga umurnya sama kayak anak chinese tadi, ibu panti bilang anaknya emang sering sakit. Jadinya tadi aku nawarin buat cek kerumah sakit dan ternyata imunnya dia emang rendah banget. Aku jadi inget waktu aku kecil dulu yang sering banget keluar masuk rumah sakit"

"Jadi kamu telat karna nganterin dia kerumah sakit?" tanya Jeffri dan diangguki oleh Ana

"Iya, tapi lucu banget tau mas. Anak yang sakit itu punya temen umurnya juga sama masih sekitar 1 tahunan anaknya anteng banget, kalem, pendiem juga. Kata ibu panti kalau temennya sakit dia pasti diem disampingnya bahkan waktu aku nganter temennya ke rumah sakit dia nangis karna mau ikut.

Terus tau nggak anak chinese pertama tadi juga ada kejadian lucu masa temennya nangis malah dia pukul wajahnya jadinya aku juga nenangin temennya yang nangis eh tau-taunya malah tidur" jeffri diam tangannya memupuk bahu Ana lembut.

"Aku sih seneng-seneng aja kalau kamu niat baik bantuin mereka sayang" katanya, Ana mendongak, menatap langsung ke arah mata suaminya itu. Dia masih bisa melihat ada sedikit rasa kecewa di sana, tapi dia memberanikan diri untuk mengutarakan isi hatinya karena mungkin saja ini merupakan salah satu solusi untuk mereka.

"Mas" panggilnya,

Jeffri menatap Ana dengan tatapan bertanya karena dia merasa istrinya itu ingin membicarakan sesuatu yang penting.

"Mau nggak? kita adopsi aja?" Jeffri tak bisa menyembunyikan raut terkejutnya hingga dia tidak bisa mengatakan apapun selama beberapa saat. Ana tiba-tiba merasa tak enak saat tak mendapat respon dari suaminya.

Diapun menunduk "nggak jadi deh" Ucapnya dengan nada kecil hampir tak terdengar.

"Kenapa?" Ana mendongak saat suaminya itu bertanya "maaf, kalau nyinggung perasaan kamu" Jeffri tersenyum yang membuat kedua lesung pipinya terlihat dia menangkup kedua pipi Ana dengan tangan besarnya

"Nggak kok aku sama sekali nggak tersinggung, aku terserah aja tapi kita harus omongin dulu ke keluarga" senyuman Ana mengembang dan semakin memeluk suaminya itu, mungkin memang ini jalan yang diberikan tuhan kepada dia dan istrinya saat dia terpuruk karna diagnosis dokter, tuhan menuntun istrinya untuk menemukan panti asuhan itu, dia percaya bahwa tak ada kebetulan di dunia ini dan semuanya sudah tertulis oleh sang maha kuasa.


0.0


Beberapa hari setelahnya pasangan suami istri itu terlihat sibuk lebih dari biasanya, Ana dengan butiknya dan Jeffri dengan urusan kantornya hingga pembicaraan tentang adopsi menjadi tertunda, dan saat jumat malam baru keduanya bisa berbicara lebih lanjut.

Mereka sudah berkumpul dengan keluarga Adhitama yaitu keluarga Jeffri untuk meminta pendapat tentang masalah adopsi ini dari kedua orang tua Jeffri. Karna keluarga Ana berada di Kalimantan membuat dia memutuskan untuk menghubungi mereka lewat telpon nanti.

"Kalo papah sih terserah kalian, karna kalian juga yang ngerawat" ucap ayah Jeffri sambil menyesap secangkir teh hangat yang menemani obrolan serius mereka malam ini.

"Kalo mamah juga setuju aja, asal kalian bisa tanggung jawab buat ngedidik dia mamah sih nggak masalah" senyum sepasang suami istri itu mengembang mereka berterimakasih.

Malam kembali berlanjut dengan obrolan ringan apalagi mereka juga tidak terlalu sering bertemu meskipun masih tinggal satu kota. Ana juga menjelaskan bagaimana keadaan panti tempat dia akan mengadopsi anaknya nanti.

"Sekarang sisa keluarga kamu" ucap Jeffri saat mereka sudah bersiap untuk tidur malam ini mereka memutuskan untuk menginap di kediaman Adhitama, Ana mengangguk dan merebahkan dirinya memeluk suaminya dari samping. Dia tersenyum sambil membayangkan anak-anak panti itu.

0.0

"Makasih Yah, Ma" ucap Ana dia sedang melakukan telpon dengan kedua orang tuanya, dia sudah mendapatkan izin untuk melakukan adopsi dan sekarang tinggal dia dan suaminya pergi ke panti asuhan untuk melihat anak-anak itu. Kalau dipikirkan lagi sepertinya sudah hampir 10 hari sejak dia mengunjungi panti itu.

"Gimana?" tanya Jeffri dia baru saja dari dapur membuatkan coklat panas untuk sang istri karna cuaca yang tengah dingin akibat hujan sore tadi

"Dibolehin" Jeffri tersenyum tangannya terangkat untuk mengusap surai hitam istrinya itu

"Yaudah lusa kita kesana buat ngurus" ucap pria itu sambil tersenyum.

"Makasih ya mas" Ana berucap tulus dan meminum coklat panasnya, malam ini mereka habiskan sambil menonton televisi dan berbincang kecil mengenai kedepannya ataupun pekerjaan yang tengah mereka kerjakan sekarang.


0.0



With love ❤

Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang