Our Family
Ayah
Bunda🦊
🐶
🐻
🐰
"Hati-hati pulangnya, cari jalan rame jangan kelayapan sok-sok an nyari jalan pintas" peringat Rendra. Yang di ceramahi hanya mengangguk-ngangguk saja. Kebetulan hari ini Hendra ada latihan futsal dan diantara seluruh saudaranya tidak ada jadwal yang sama, biasanya sih jadwal ekskul anak itu selalu sama dengan salah satu saudaranya yang mana kalau pulang nanti pasti mereka akan pulang bersama. Meskipun ada Mahesa, arah pulang keduanya hanya sama sampai pertengahan jalan dan selanjutnya Hendra akan pulang sendirian.
"Jangan ngangguk doang lo"
"Iya astaghfirullah nggak percaya banget ama gue. Udah gede ini sih mas" jawab anak itu, meski terkesan tak perduli dan lebih sering mengomel tentu saja Rendra juga sayang dengan adik-adiknya walaupun yang disayangi terkadang malah tak tau diri.
"Yaudah, gue sama yang lain pulang duluan"
"Ya ya ya sana" Hendra melakukan gestur tangan mengusir kepada ketiga saudaranya.
Ketika ketiganya sudah tak terlihat oleh mata Hendra berjalan kembali kedalam untuk mengganti pakaian.
"Udah pada pulang?" tanya Mahesa, dia sudah selesai berganti pakaian saat Hendra keluar tadi.
"Udah, gue ganti baju dulu" Mahesa mengangguk, dirinya pergi menuju lapangan lebih dulu berkumpul dengan anggota futsal lainnya.
.
.
.
0.0
.
.
.Cahaya matahari mulai berubah warna menjadi jingga ketika latihan selesai, Hendra melap keringat yang mengalir deras dari dahinya. Baju kaos anak itu sangat basah karena keringat yang mengalir dari tubuhnya.
Hendra melepaskan atasannya sebelum mendudukan diri dipinggir lapangan, sudah biasa anak-anak futsal begini bertelanjang dada di lapangan sekolah sambil menikmati angin sore.
"Langsung balik?" Mahesa mengambil tempat di sebelah Hendra dan melakukan hal yang sama
"Iya, diomelin nanti gue kalo pulang kemaleman" balas Hendra
"Btw Hen bukannya lo bisa pake motor ya?"
"Bisa kok emang napa?"
"Kenapa masih pake sepeda, kalo minta juga pasti dibeliin kan sama si Ayah"
"Dibeliin sih dibeliin tapi umur gue belum cukup, nanti aja kelas dua biar bisa bikin SIM"
Mahesa mengangguk mendengar itu. Dia juga sih orang tuanya juga mengatakan kalau dia diizinkan memakai kendaraan bermotor ketika kelas dua saat dia sudah memiliki SIM.
"Yok ganti baju, entar keburu maghrib baliknya" ajak Hendra, Mahesa berdiri dari duduknya dan mengikuti Hendra untuk mengambil tas mereka.
Mahesa yang sudah siap disepedanya harus berhenti ketika merasakan getaran di saku celananya.
"Ngerepotin aja nih anak" ucap Mahesa, Hendra yang tepat di sebelahnya menoleh kepada pemuda itu
"Kenapa?"
"Ini si Kei minta beliin martabak yang deket taman itu"
"Ohh, yaudah kesana dulu nanti"
"Lo mau ikut?"
"Ya lo mau sendirian?" Mahesa sebenarnya tak melarang kalau Hendra ikut menemaninya tapi nanti Hendra akan terlambat pulang karena kalau kesana dulu jarak menuju rumah Hendra semakin jauh sedangkan menuju rumahnya cukup dekat kalau lewat jalan pintas daerah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Family
FanficTak sedarah tapi tumbuh bersama. Tak seibu tapi saling bergantung. Tak seayah tapi saling sayang. Lahir dari rahim yang berbeda tetapi di rawat oleh orang tua yang sama. Mereka ada untuk melengkapi satu sama lain.