Dara, Jennie, dan Rose berjalan pelan dibelakang jiyong dan jisoo yang sedang bergandengan. Jujur sangat berat bagi mereka untuk menghadiri acara ini tanpa sosok Lisa.
Jisoo tak merasakan senang sedikit pun, dia terus memikirkan adiknya yang tengah menjalani operasi pagi ini, ini adalah hal tergila dihidupnya, disaat operasi besar itu dilakukan semua keluarga nya justru tak ada. Jisoo sudah berulang kali meminta pada jiyong untuk membatalkan wisuda nya, namun ayah nya malah marah dan meminta untuk tetap melanjutkan wisuda ini. Apa gelar nya lebih berharga dari pada nyawa sang adik?
Jika bisa memilih , jisoo lebih baik tidak wisuda cepat dari pada harus meninggalkan lisa, tapi untung nya ada seulgi dan joy yang bebesar hati ingin menunggu Lisa disana.
Acara pun dimulai, jisoo benar-benar gugup, dia selalu membayangkan jika Lisa akan hadir dan memotret nya dengan sempurna, namun itu hal yang sangat mustahil.
"Lisa ya, aku melakukan ini demi mu, maka dari itu kau harus bangun dan sembuh, setidaknya jika kita tidak bisa bertemu lagi, kau harus tau jika aku sangat menyayangimu dan aku melakukan ini semua karena mu."
Lirih Jisoo dalam hati, mata nya terasa perih, dada nya terasa sesak. Dihari yang luar biasa ini adiknya justru tidak bisa hadir, jisoo tidak masalah jika itu hanya sekedar kendala kecil, tapi kendala ini membuatnya takut, bagaimana tidak ! adiknya sedang berusaha mempertahankan nyawa, pilihan hanya dua, hidup atau mati.
.............
Seokjin dan dokter choi kini sedang terfokus dengan pembedahan, rasa gugup dan takut menjadi satu, seokjin terus meyakinkan diri jika semuanya akan baik-baik saja.
"Seokjin fokus, kau bisa membahayakan Lisa jika terus melamun seperti itu" tegur dokter choi membuat seokjin tersadar.
"Mianhae" mereka kembali terfokus, namun pikiran seokjin terus saja terbayang-bayang dengan tawa lisa, entah kenapa gadis itu terus muncul dalam otak nya.
"Aisssss apa kau tidak ingin hidup huh, jangan ganggu aku sekarang, pergilah" batin seokjin mengerjapkan matanya berkali-kali.
"Seokjin fokus" tegas dokter choi sedikit geram. Seokjin langsung menarik tangannya menjauh kan diri dari tubuh Lisa, semua orang disana tampak terkejut bukan main.
"Apa yang kau lakukan, kita tak pun___"
"Dokter tekanan darah nya melemah" suara perawat itu menghentikan ucapan dokter choi. Seokjin yang semula diam kini kembali mendekati lisa dan melanjutkan tugasnya.
"Pabo Lisa, jangan mengganggu ku seperti itu, kau membuat ku takut" ujar seokjin mencoba melupakan bayangan lisa tadi dan tetap terfokus.
"Dokter detak jantung nya menghilang"
"Pabo lisa ya, kembali atau aku akan bunuh diri" teriakan seokjin itu seperti didengar oleh nya, entah keajaiban dari mana, dia belum menyentuh defibrillator tapi detak jantung nya kembali.
"Ayo lisa, ini bukan waktu nya untuk bermain, eonni mu akan gila jika kau tidak selamat " tutur seokjin terus meracau tak jelas.
............
"Ayo kita berangkat"
"Angkat tangan kalian" suara lantang itu berasal dari jhope, dia menyodorkan pistol kearah mobil Tiffany, lalu dibelakang nya disusul oleh anak buah jungkook yang langsung memborgol Tiffany.
"Ikut kami ke kantor polisi, kami menangkap mu atas tindak paksa dalam hak asuh anak" Tiffany menggeretakan giginya geram, dia tidak menyangka akan dijebak oleh jiyong.
"Ini tidak akan mempan jiyong, aku sudah bisa membaca akal busuk mu" gumam nya lalu beralih masuk kedalam mobil tahanan itu.
Jhope langsung meraih HT nya dengan wajah tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa "sorry"
Fanfic"Kau hanya berpura-pura, aku tau kau begitu terpukul, kamar kita berdekatan, setiap malam aku bisa mendengar tangisan mu itu bodoh" Rose menggerutu setelah melihat lisa dari balkon nya "Kenapa kau begitu mengharapkan kasih sayang ku Lisa" Jisoo memb...