Ketiga nya hanya duduk termenung, memandangi bangunan putih itu pikiran kacau serta tak tenang membuat ketiga nya enggan berbicara.
Ceklekkkk
Saat dokter choi keluar ketiga gadis kim itu langsung berdiri dengan wajah penuh tanda tanya.
"Sepertinya adik kalian mengalami kekerasan nona, banyak sekali ruam didaerah dada dan perut nya, ia juga mengalami cedera limpa akibat pukulan keras yang ia dapat di daerah perut" ketiga nya tercengang, mereka tidak menyangka akibat nya akan seperti ini, terutama jennie yang gemetar takut.
"Apa cedera nya parah?" Tanya jennie membuat kedua gadis kim itu menatap dirinya.
"Cederanya tidak terlalu parah, robekan pada limpa nya akan merapat dalam waktu beberapa hari, asalkan dia tetap menjaga tubuh nya agar tidak terkena pukulan lagi pada bagian perut" ketiganya mengangguk tenang mendengar penjelasan dokter choi.
"Dia masih belum sadar, kalau kalian ingin masuk kalian bisa melihatnya sekarang, apa tuan kim tau? " Mendengar itu jennie membulatkan matanya lalu menatap jisoo yang enggan menatap nya.
"Jangan beri tau appa dokter, ku mohon, besok biarkan kami pulang" dokter muda itu hanya bisa mengangguk pasrah, jika tidak menuruti perintah putri kim pasti nama nya tidak akan lagi terdaftar sebagai dokter besok.
"Baiklah, jika ada sesuatu kalian bisa hubungi aku" choi siwon pun membungkuk kan badan meninggalkan ketiganya.
Tanpa basa basi jisoo pun berjalan duluan membuka knop pintu ruangan lisa, sedangkan rose memilih kembali duduk dan menunggu diluar, dan kucing mandu itu hanya berdiri merutuki dirinya yang bodoh.
"Sejak kapan?" Mendengar suara rose jennie membalikan badan nya menatap bingung adik nya itu.
"Mworago?"
"Sejak kapan kalian tau tentang ini?" Jennie memejamkan matanya, ia baru ingat jika perdebatan nya dengan jisoo tadi disaksikan oleh rose.
"Aku baru mengetahui nya semalam, dan jisoo eonni sudah tau sejak awal Lisa dirumah kita" rose tidak merespon sama sekali, matanya memerah, ada rasa kesal, kecewa, sakit. Dirinya merasa hidup dengan kebohongan.
"Aku ingin pulang, aku tidak mau terlibat dalam perdebatan" melihat rose yang mulai beranjak jennie langsung menahan tangan nya.
"Wae?"
"Kau tidak ingin melihat nya chaeng?" Mendengar itu rose hanya tersenyum miring.
"Setelah aku tau semua, jangan kan melihat wajah nya, mendengar suara nya pun aku tidak sudi" terkejut bukan main ketika melihat respon adiknya yang begitu kasar .
"Kenapa kau jadi seperti ini" tanya jennie heran.
"Jangan egois eonni, bahkan setelah kau mengetahui fakta nya kau juga semakin membencinya bukan bahkan kau ingin membunuhnya kan? Aku tidak akan pernah membuka hati ku untuk nya, sedikit pun tidak akan pernah " rose melepas paksa tangan jennie dan pergi begitu saja .
Jennie kembali menoleh kearah pintu lisa dan berjalan memasukinya. Kaki tangan nya terasa kaku saat mendapati jisoo yang tengah memberi minum lisa.
"Dimana rose" ujar dingin jisoo
"Dia pulang"
Lisa yang sedari tadi diam kini mulai menunduk takut karena melihat keberadaan jennie.
"Dimana ponsel mu? " Tanpa banyak basa basi lisa langsung mengeluarkan ponsel nya dan menyerahkan pada jisoo.
"Aku akan bilang pada appa jika malam ini kau akan menginap dirumah teman mu, aku tidak ingin berurusan dengan nya karena kondisi mu ini " jelas jisoo sambil mengetik pesan untuk jiyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa "sorry"
Fanfiction"Kau hanya berpura-pura, aku tau kau begitu terpukul, kamar kita berdekatan, setiap malam aku bisa mendengar tangisan mu itu bodoh" Rose menggerutu setelah melihat lisa dari balkon nya "Kenapa kau begitu mengharapkan kasih sayang ku Lisa" Jisoo memb...