Sudah 2 minggu lisa berada di mansion, hari ini semua orang kembali meninggalkan nya sendiri di mansion.
Matanya yang baru terbangun dari tidur langsung membelalak saat rasa sakit itu kembali menghujami jantung nya. Tangan kurus itu mencengkram kuat dada nya, dia meringkuk diatas kasur karena rasa sakit yang luar biasa.
"Akhhhhhhh, aku lelah tuhan dengan rasa sakit ini, jika aku tidak bisa sembuh maka bawa aku sekarang tuhan, aku tidak sanggup " isak nya tersedu-sedu, dia memukul dada nya berkali-kali berharap rasa nyerih itu hilang.
Entah apa yang dipikirkan oleh keluarga nya hingga terus-menerus mengabaikan lisa, mereka sibuk dengan urusan masing-masing, entah tugas ataupun pekerjaan yang lain.
Sudah berapa hari ini lisa mencoba terlihat baik-baik saja didepan kakak nya, ternyata semakin lisa baik-baik saja semakin kakak nya terlihat acuh.
"Eonni apa kalian hanya menyayangi ku ketika sakit?" Fikiran lisa berputar, wajah kakak dan kedua orang tuanya terus muncul didalam otaknya.
"Pabbo Lisa pabbo, jangan bergantung pada orang, ini tubuh mu, ayo berusahalah sendiri" Lisa terus menangis dan merintih kesakitan, hingga akhirnya mata hazel itu kembali terpejam dan tak sadar kan diri.
............
Jennie baru saja pulang jam 4 sore ini, dia pergi mengatar kai ke bandara untuk terbang ke paris petang ini, sejak pagi dia menghabiskan waktu dengan sang kekasih mengingat jika kai akan pergi lama meninggalkan nya.
Kaki jenjang putih itu menapaki mansion, mata nya terus menelusuri mansion mencari sosok adik bungsu nya, tapi mansion itu terlihat sangat sepi.
"Bik, dimana Lisa?" Tampak raut wajah bibik jung menjadi takut saat pemilik suara itu bertanya padanya .
"Nona lisa masih diatas non, bibik sudah berulang kali membangunkan nya tapi nona lisa tidak merespon sama sekali"
"Dari pagi? " Tanya nya kesal, bibik jung hanya mampu mengangguk takut.
Jennie langsung beranjak menaiki lantai atas, dia merogoh tas nya mencari kunci cadangan. Saat kamar lisa berhasil terbuka, mata kucing nya langsung tertuju pada si bungsu yang yang masih terpejam diatas kasur.
"Kenapa semakin hari kau semakin susah diatur hah" teriak jennie dengan wajah emosi.
"Buka matamu sebelum aku menyiram kan air di wajah mu" teriak jennie tanpa henti.
Lisa pun mencoba mengembalikan kesadarannya saat suara itu terus melengking ditelinga nya.
"Lihat, kau melupakan obat pagi dan siang, kau sungguh keterlaluan" Jennie menarik paksa lisa agar duduk dan menatapnya.
"Eonni mianhae ak___"
"Lepas ! " Ucap jennie menunjuk tangan Lisa yang menggenggam jari telunjuk nya.
"Kenapa kau seperti ini hah? Kau ingin aku mengurus mu setiap hari seperti bayi? Iya ! " Lisa hanya tertunduk mendengar ceramah sang kakak, tak ada kesempatan untuk nya menjelaskan jika dia baru saja pingsan.
"Kau sudah besar Lalisa, aku pun ada waktu lain, tidak harus 24 jam aku selalu bersama mu ! Aku muak jika terus seperti ini, kau sudah 16 tahun, belajar lah seperti Rose yang mengerti keadaan, belajar dewasa. Lihat kau melewatkan jam sarapan dan jam makan siang, begitu pun obat, apa otak mu tidak bisa berfikir hah? Sekedar untuk makan saja kau tak mampu mengurus itu? "
Kali ini lisa memberanikan dirinya menatap sang kakak, sekarang Lisa tau kenapa keluarga nya semakin terlihat acuh.
"Kau muak eonni? Kalau begitu biarkan aku mati ! " Jennie menekan pelipis nya frustasi saat mendengar jawaban lisa, apa adiknya tengah mengancam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa "sorry"
Fanfiction"Kau hanya berpura-pura, aku tau kau begitu terpukul, kamar kita berdekatan, setiap malam aku bisa mendengar tangisan mu itu bodoh" Rose menggerutu setelah melihat lisa dari balkon nya "Kenapa kau begitu mengharapkan kasih sayang ku Lisa" Jisoo memb...