7 tahun sudah berlalu, namun luka itu masih terukir abadi di hati mereka, tak ada canda tawa didalam rumah itu, bahkan bisa dibilang hubungan ketiganya merenggang. semua nya disibukan oleh kegiatan masing-masing, jisoo yang selalu sibuk dengan berkas-berkas nya, jennie yang seharian dirumah sakit tanpa berniat pulang, sedangkan rose dia sudah menjadi seorang idol, dia menjadi trainee selama 1 tahun dan kini namanya sudah dikenal banyak orang karena debut nya yang hampir 4 tahun.
sedangkan jiyong dan dara memilih untuk bolak balik keluar negeri mengurus perusahaan dan bisnis mereka, tak ada yang harus diperhatikan lagi, ketiga putri nya sudah dewasa, bahkan untuk pulang kerumah pun mereka sulit.
kehidupan mereka tak ada yang istimewa, jisoo yang selalu bergelut dengan orang-orang jahat, jennie yang selalu hidup bersama pasien nya, dan rose yang selalu dikejar fans saat berada dimana pun . itu lah kehidupan mereka sekarang, tak ada yang istimewa semuanya sibuk dengan pekerjaan masing masing
Lisa ! mereka tidak akan pernah lupa dengan nama itu, seseorang yang selalu mereka rindukan, selama 7 tahun tidak pernah sekali pun mereka bertemu atau pun menghubungi satu sama lain, satu dibenak mereka, apa lisa melupakan mereka? atau justru membenci mereka?
.............
gadis surai hitam itu duduk diruang kerja nya seorang diri sembari mengusap foto sang adik yang sangat dia rindukan dalam beberapa tahun ini.
"kau melupakan jisoonie huh? kenapa kau tidak berniat mencari eonni sayang, kenapa tidak pernah pulang, apa sesulit itu untuk mu kembali? kau pasti tumbuh menjadi wanita yang cantik, apa lisa baik baik saja sayang? kapan kita akan bertemu, eonni sudah tidak sanggup lagi menahan rindu ini lisa"
seperti ini lah pemandangan jisoo setiap hari, dia selalu menangisi adiknya jika sedang sendiri, dan dia akan berpura-pura kuat saat berada didepan semua orang.
terkadang ada beberapa rekan kerjanya yang tak sengaja memergoki jisoo menangis, hal itu membuat mereka merasa sedih terutama lee jong suk, wendy, yeri, dan song hye kyo. mereka menjadi saksi bagaimana hakim ketua memberi hak asuh itu kepada Tiffany, tapi jisoo tidak pernah marah atau pun membenci mereka, jisoo justru berteman baik .
sulung kim itu dikenal sebagai hakim yang bijak, dia tidak pernah salah dalam memutuskan perkara, bahkan nama nya sedang melanjung tinggi di korea karena kejujuran serta kebijakan yang ia punya, masyarakat selalu berbondong bondong menyoraki nama nya dengan bangga, mereka selalu puas dengan keputusan jisoo .
"jisoo yaaa" trobos wendy masuk kedalam ruangannya.
"yakk, kenapa kau selalu mengagetkan ku seperti itu, kau ini hakim atau hantu?" gerutu jisoo seraya menghapus kasar air matanya.
"mianhae, aku hanya ingin mengajak mu makan siang, ayoo" cengir nya tanpa dosa.
"bukan maksud ku untuk menolak, tapi seokjin sudah mengajak ku lebih dulu untuk makan siang bersama, kita akan lakukan besok okay?" wendy pun tersenyum memaklumi teman nya itu.
"gwencana, aku duluan ya byeee" wendy pun menutup kembali pintu kantor nya , jisoo hanya hisa menggeleng seraya tersenyum tipis.
kini jisoo sedang bersiap-siap merapihkan pakaian nya dan memperbaiki make up nya sedikit yang luntur karena tangisan nya tadi.
hubungan jisoo dengan seokjin berjalan baik, bahkan dalam waktu 6 bulan lagi mereka akan segera melangsungkan pernikahan nya, keduanya telah mapan, seokjin sudah berhasil meraih gelar profesor nya, pria itu dengan gigih bekerja tanpa mengenal waktu, tapi dia tidak pernah melupakan jisoo, dia selalu menyempatkan waktu 1 atau 2 menit untuk bertukar kabar, jika ada waktu luang yang banyak maka dia akan mengajak jisoo makan seperti sekarang ini contoh nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa "sorry"
Fanfiction"Kau hanya berpura-pura, aku tau kau begitu terpukul, kamar kita berdekatan, setiap malam aku bisa mendengar tangisan mu itu bodoh" Rose menggerutu setelah melihat lisa dari balkon nya "Kenapa kau begitu mengharapkan kasih sayang ku Lisa" Jisoo memb...