Setelah menghubungi jane untuk menjemputnya, Rose langsung mendial nomor kakak sulung nya.
"Eonni ayo angkat" gumam gadis blonde itu gemetar.
"Rose ada apa?" Setelah berkali-kali menelpon akhirnya jisoo menjawab panggilan.
"Eonni kalian besok harus kesini, uri lisa ada disini, kumohon" ujar rose dengan isakan nya, jisoo yang mendengar itu mendadak bungkam, dia tidak tau harus bereaksi apa.
"Nde eonni akan kesana besok bersama appa eomma dan jennie"
"Ani, jangan ajak eomma appa, cukup kita bertiga saja" tegas rose mencegah.
"Nde, kalau begitu eonni akan berangkat besok bersama jennie"
"Nde eonni" rose langsung memutuskan telpon nya, dan masuk kedalam mobilnya yang sudah terparkir didepan mata.
"Ros____"
"Batalkan semua acara besok sampai minggu depan, ada hal lain yang harus ku urus" jane mematung tak percaya, baru kali ini dia melihat rose mengabaikan pekerja nya.
Jane pun tak berniat ikut campur, dia hanya mematuhi rose, sedangkan gadis itu tengah bergulat dengan pikirannya, dia baru teringat kenapa tidak meminta nomor bambam .
"Jane kau punya nomor salah satu dari mereka?"
"Siapa? Orang orang yang ada di studio?" Dengan cepat rose mengagguk.
"Aku punya nomor pria ini" tunjuk jane pada foto bambam, rose pun tersenyum lebar.
Tidak sia-sia dia menjadikan jane sebagai manager nya.................
"Akhhhh bajingan, enyahlah dari pikiran ku" teriak lalice melempar bingkai-bingkai foto rose .
"Siapa sebenarnya kau hah, kenapa terus menghantui pikiran ku" teriak nya membabi buta, min kyu yang berdiri diluar pun tidak berani masuk jika sudah begini.
"Nona ten____"
"Diam kau brengsek, jangan coba-coba untuk membuka mulut mu jika tak ingin mati" tunjuk lalice dengan tangan yang sudah siap siaga akan melempar min kyu dengan vas bunga.
"Bajingan Dimana obat ku hah !!!! Aku akan gila karena mu" teriak nya mengacak-acak tas mencari obat penenang.
Saat sudah mendapatkan nya lalice tidak berfikir lagi dan langsung meminum 4 butir obat itu, dia meluruh kelantai dengan air mata yang mengalir deras, dia meraih rokok nya yang tergeletak di lantai dan menyesap rakus rokok mahal itu.
"Hahhh ini lebih baik" tuturnya seraya memejamkan mata.
Dia tidak mengerti apa yang terjadi, kenapa idola nya tiba-tiba datang dan berkata jika dia kakak lalice.
"Aku lalice, tidak ada yang boleh memanggil ku dengan sebutan yang lain, jika terjadi aku tidak akan segan-segan berbuat kasar padanya" gumamnya tak suka saat kembali teringat dengan rose yang terus memanggil nya dengan sebutan Lisa.
"Tunggu, dia mencium bibir ku tadi?" Ucap lalice dengan mata melotot seraya memegangi bibir nya.
"Astaga, berani sekali dia ! Berapa lama dia mencium ku ? 1 menit ? Aissssssss dasar idol cabul " gerutunya mengacak-acak rambut.
"Tunggu, bukan kah aku juga cabul? " Dia sedikit berfikir dan kembali terkekeh.
Entahlah, jika kalian berfikir lalice seperti orang gila, yahh dia memang hampir gila, dia akan mengamuk tiba-tiba, tenang tiba-tiba, menangis tiba-tiba, dan akan tertawa tiba-tiba, itu semua diluar kendalinya, dia pun tidak mengerti bagaimana cara mengontrol emosi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa "sorry"
Fanfiction"Kau hanya berpura-pura, aku tau kau begitu terpukul, kamar kita berdekatan, setiap malam aku bisa mendengar tangisan mu itu bodoh" Rose menggerutu setelah melihat lisa dari balkon nya "Kenapa kau begitu mengharapkan kasih sayang ku Lisa" Jisoo memb...