Hampa, itulah yang dia rasakan. sudah 2 hari Lisa sendirian, tak ada satupun keluarga yang datang untuk menjenguk nya, hal itu membuat Lisa terus bertanya-tanya kenapa?
hari ini seokjin akan memindahkan Lisa dari ICU ke ruang rawat biasa, selang makan dan ventilator gadis itu sudah dilepas sejak kemarin, hal itu tentu membuat seokjin kesusahan karena lisa yang selalu bertanya keberadaan ketiga kakak nya.
"Ayo kita pindah ruangan" ajak seokjin diangguki lisa.
"Oppa sebenarnya kenapa? Kenapa eonni tidak pernah datang lagi?"
"Mereka sedang banyak urusan, jisoo eonni sudah menjadi hakim, pasti dia sangat sibuk" balas seokjin gugup.
"Ahhh nde aku melupakan nya, pasti eonni kecewa padaku karena aku tidak bisa datang pada saat acara wisudanya, padahal aku sudah berjanji untuk memotret nya" seokjin memejamkan matanya, dia tidak tau harus berbuat apa, pasalnya Lisa tidak mengetahui apa pun tentang kejadian ini.
"Ani, dia justru bangga padamu karena sudah bertahan"
"Jika pun jantung ini tidak ada, mungkin aku tidak bisa bertahan sampai sekarang" seokjin kembali meringis, bagaimana jika gadis itu tau bahwa jantung nya dibayar dengan mengorbankan ketiga kakak nya, apa Lisa akan tetap bersyukur.
"Nde Lisa"
Mereka pun masuk keruangan mewah itu, lisa tersenyum menatap semua foto keluarga yang ada disana, bahkan sekarang jiyong sudah memasang foto keluarga saat mereka di hawai kemarin.
"Oppa aku ingin menghubungi jisoo eonni, boleh?" Seokjin mendadak bergetar, dia tidak mungkin menolak lisa, lagi pula tak ada alasan yang tepat.
"Nde, tapi sebentar saja"
Lisa mengagguk riang, sudah lama dia merindukan kakak nya, terutama jisoo, entah kenapa saat ini lisa sangat membutuhkan jisoo.
"Ada apa?" Tanya jisoo singkat.
"Li_lisa mencari mu, dia ingin bicara" Jisoo tampak shock mendengar ucapan seokjin.
Belum mendapatkan jawaban dari sang kekasih, namun seokjin sudah memberikan ponsel itu pada calon adik ipar nya.
"Jisoonieeee" mata jisoo bergetar, perasaan nya mulai tak keruan ketika mendengar sapaan itu, sapaan yang selalu dia rindukan, dengan sekuat tenaga jisoo menahan air matanya dan tetap biasa saja.
"Jisooonie, kalian sibuk? Kenapa belum datang? Lisa menunggu eonni disini, Lisa rindu eonni" ucap lisa yang tiba-tiba terisak, sedari pagi bawaan lisa ingin sekali menangis tapi dia tak punya alasan kenapa harus menangis.
"Jangan menangis, eo_m_mma akan datang nanti" sahut jisoo gugup.
"Sudah dulu nde? Eonni ada persidangan, sampai jumpa lagi, dah sayang" lanjutnya lalu memutuskan sambungan telpon itu.
Tut
"Ini oppa terimakasih" Lisa mengembalikan ponsel seokjin dengan lesu, dia tidak tau kenapa perasaan nya menjadi tak enak.
"Isti___"
Ceklekkkk
"Sayang___" keduanya menoleh kearah pintu yang baru saja terbuka, menampakkan seorang wanita yang lisa takuti, pikirannya berkecamuk tak mengerti.
"Aniyo jangan mendekat, oppa tolong aku" lisa langsung menarik jas seokjin dan memeluknya, pria itu hanya bisa menahan sesak menyaksikan semua ini.
"Lisa ya mianhae, tugas ku hanya seorang dokter" ujar seokjin perlahan melepaskan tangan lisa dari tubuhnya.
Dia pun menjauh dan cukup mengawasi adik ipar nya dari ambang pintu.
"Sayang ini eomma, tenang lah" Tiffany merentangkan kedua tanganya membekap tubuh lisa yang sedang mengamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa "sorry"
Fanfiction"Kau hanya berpura-pura, aku tau kau begitu terpukul, kamar kita berdekatan, setiap malam aku bisa mendengar tangisan mu itu bodoh" Rose menggerutu setelah melihat lisa dari balkon nya "Kenapa kau begitu mengharapkan kasih sayang ku Lisa" Jisoo memb...