"Ani ini tidak mungkin" geleng jisoo yang kini mulai berteriak histeris sembari menjambak rambut nya.
Koridor itu mendadak menjadi seram saat jisoo mengamuk tiada henti, seokjin yang berada di ruang nya kini berlari sekencang mungkin untuk menemui jisoo.
Dia langsung mendekap tubuh mungil jisoo dan berusaha menenangkan nya.
"Bagaimana ini? eomma memberitahu ku jika Lisa tidak bisa lagi tinggal bersama kita" kini pria itu mulai menitihkan air mata mendengar suara gemetar jisoo, dia tau pasti jisoo sangat terpukul dengan keputusan ini.
Tak lama kemudian mata seokjin menatap sendu kearah dua gadis yang tengah berlari seperti orang gila, wajah yang sembab suara yang melengking berteriak menyebut nama Lisa tiada henti.
"Eonni ottoke, uri Lisa akan pergi" isak rose yang langsung disambut jisoo dengan pelukan. Sedangkan jennie langsung memukul mukul kaca ICU itu .
"Paboya bangun, ayoo bangun eonni merindukan mu" teriaknya histeris, seokjin tak kuasa menahan sakit di hatinya melihat ketiga wanita itu yang terus meraung raung .
"Oppa aku ingin masuk, biarkan aku masuk, aku ingin bicara pada adik ku" pekiknya memaksa, seokjin pun bergegas mengambilkan jennie atribut dan memberikan.
Pintu ICU yang ada di hadapannya membuat perasaan jennie semakin tak keruan, hatinya terasa seperti di iris-iris , setelah dirasa cukup tenang dia melangkah masuk menjumpai adik kesayangan nya.
Jennie raih tangan kurus lisa dalam genggaman nya, mata nya terpejam menahan sesak ketika mengingat kembali bagaimana dia memperlakukan lisa saat pertama kali.
"Sayang, lisa sudah sembuh kan? Ini yang lisa inginkan dari dulu bukan? "
"Terimakasih karena sudah terlahir menjadi adik eonni, adik eonni yang paling kuat" Bisik jennie dengan air mata yang terus mengalir.
Jennie masih tak percaya jika dia akan melepaskan Lisa dari hidupnya, bayang-bayang indah bersama lisa terus mengganggu pikiran nya.
"Jika waktu bisa diubah boleh kah aku egois? Aku ingin terus bersama mu lisa, selalu"
Brakkkk
Jennie sedikit tersentak saat rose tiba-tiba masuk dengan wajah yang terlihat kacau.
"Tampar aku eonni, katakan jika ini mimpi" pekik nya tak terima, jennie hanya mampu mengulum bibir dengan derai mata yang terus mengalir.
"Chaeng, kita harus bisa melepaskan nya" Rose menggeleng menyangkal semua ucapan kakaknya.
"Ani eonni, dia sudah berjanji padaku untuk menjalani hari bersama layak nya saudara kembar" jennie memejamkan matanya tak kuasa melihat Rose yang begitu tak terima dengan kenyataan.
"Ayo bawa lisa pulang eonni, ay__" jennie menarik rose kedalam pelukannya, mereka berdua langsung terisak dengan luka di hati yang tak kunjung reda.
................
Tangan kekar jiyong melingkar di punggung dara, dia bingung harus berbuat apa, keluarganya nampak kacau sekarang, bahkan untuk melangkah pun dia tak memiliki tenaga.
Semua nya tengah berada di ICU menatapi lisa, seokjin tak bisa melarang itu, dia tau pasti sakit rasa nya jika ada diposisi mereka.
"Aku ingin bicara pada lisa"ujar dara melepas pelukan nya pada jiyong.
Dia berlutut mengusap lembut pipi tirus putrinya, entah akan seperti apa hari-hari dara tanpa Lisa, sosok gadis yang sudah dia anggap seperti anak kandung sendiri, kini harus rela dia lepaskan.
"Uri lisa sudah sembuhkan? Tapi maaf sayang, eomma tidak bisa lagi melihat lisa beraktifitas dengan normal, lisa harus berjanji untuk selalu mendengarkan ucapan eomma Tiffany, lisa harus berjanji untuk terus sehat" Dara menggigit bibirnya tak kuasa menahan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalisa "sorry"
Fanfiction"Kau hanya berpura-pura, aku tau kau begitu terpukul, kamar kita berdekatan, setiap malam aku bisa mendengar tangisan mu itu bodoh" Rose menggerutu setelah melihat lisa dari balkon nya "Kenapa kau begitu mengharapkan kasih sayang ku Lisa" Jisoo memb...