worry

1.3K 167 14
                                    

"eonni apa lisa baik-baik saja? Bukan kah dia belum terlalu pulih" tanya rose yang sedang bersandar pada jisoo.

"Kita berdoa saja yang terbaik untuk uri Lisa" rose pun mengangguk, sudah 4 hari mereka menjalani aktifitas tanpa lisa, belum ada satu pun dari mereka yang terbiasa, jisoo yang selalu menangis dikamar, rose yang selalu mengamuk, dan jennie yang lebih pendiam.

"Eonni ku lihat diberita eomma lisa memeluk dan mencium mu kemarin" ujar rose yang kembali teringat berita kemarin .

"Hmmm, aku pun terkejut saat dia melakukan nya padaku"

"Kenapa tidak mengajak ku untuk bertemu Lisa?"

"Aku pun tidak akan tau jika seokjin tidak menjemput ku secara tiba-tiba" jelas jisoo pada adiknya.

"Apa lisa biasa saja eonni?"

"Dia dibius chaeng, itulah kenapa dia terlihat tenang, sebelum seokjin membius nya lisa memberontak seperti orang gila" mendengar penjelasan sang kakak rose kembali menitihkan airmata nya, ternyata disini bukan cuman mereka yang tertekan melainkan lisa juga.

"Boleh aku bergabung?" Suara serak itu berasal dari jennie membuat keduanya menoleh.

"Kemarinlah" ajak jisoo menepak tempat kosong disampingnya.

"Apa kalian ingat kita pernah melakukan ini juga dulu saat pertama kali lisa datang?" Tutur jennie membuat jisoo terkekeh masam.

"Kau benar, kita disini merasa tak suka karena kedatangan nya, namun sekarang kita kembali duduk disini seperti orang gila karena dia yang pergi meninggalkan kita"

"Dia tidak meninggalkan kita eonni, jika pun dia bisa memilih dia pasti akan memilih kita" ujar rose diangguki keduanya.

Tangan rose merogoh sakunya mengambil kotak merah, dia membuka nya dan menyodorkan kearah kakaknya.

"Ambilah, semuanya sama" mereka pun mengambil cincin itu dan memasang kan nya dijari manis.

"Apa ini untuk kita bertiga?" Tanya jennie yang langsung dijawab gelengan.

"Aku sudah memasangkan nya pada lisa saat dia baru sadar kemarin, aku harap dia terus memakai nya dan mengingat kita" ucap rose mengusap lembut nama mereka yang terukir disana.

"Eonni, setelah lulus ini aku akan mendaftarkan diri sebagai idol"

"Jadi kau akan meninggalkan rumah ini juga? " Tanya jennie cemas.

"Iya, tapi kalian bisa menjenguk ku, kalian bisa mengunjungi ku kapan saja, aku janji takkan lama, aku hanya ingin membuat adik ku senang, dia sudah berjanji akan menjadi fans pertama ku"

...............

14 jam perjalanan, tentu membuat Tiffany dan juga min kyu terasa sangat pegal dan lelah, kini lisa masih terlelap, sudah 3 kali Tiffany memberikan obat bius pada anak nya agar tenang dan tidak mengamuk dalam pesawat.

"Bawa dia ke kamar min kyu" suruh Tiffany, pria itu pun menggendong lisa menuju lantai atas.

Perasaan Tiffany kini tak tenang, dia merasa Lisa sangat tertekan, setiap obat bius nya habis dia selalu berteriak memanggil ketiga kakak nya, terutama nama jisoo, anak nya selalu meraung-raung menyebutkan nama putri sulung jiyong itu.

"Maafkan eomma sayang, eomma hanya tidak ingin berpisah dari mu" lirih nya mengusap setitik air mata yang jatuh.

"Nyonya aku sudah membaringkan nona lisa dikamar nya, kau bisa beristirahat, biar aku yang mengurus barang-barang kita" ucap bodyguard itu yang langsung diangguki Tiffany.

Min kyu sangat beruntung bisa bertemu dengan Tiffany, hidupnya dulu bukan lah apa-apa, ditambah kakaknya yang memiliki penyakit tumor otak, namun Tiffany datang seperti malaikat, menawarkan pekerjaan dengan gaji yang sangat besar, alhasil bantuan itu dapat membuat sang kakak bisa sembuh seperti sekarang.

Lalisa "sorry"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang