Alice

2.4K 198 3
                                    

Jenjang kaki putih itu memasuki mansion mewah nya, hening ! Itulah yang menyabut jisoo malam ini, tidak ada satupun anggota keluarga yang menyambutnya pulang, mungkin karena ia terlalu larut pulang jadi semua orang sudah pergi ke alam mimpi masing masing.

Tanpa berfikir jisoo pun langsung menaiki anak tangga menuju kamarnya. Namun baru sampai di pertengahan matanya menangkap jennie yang tengah melamun di taman belakang mansion. Jisoo pun kembali turun menghampiri adik pertamanya yang masih terfokus pada lamunannya.

"Jendeuk" mendengar sapaan itu jennie menyeka air mata nya kasar .

"Eonni , kapan kau pulang, kenapa kau seperti hantu yang selalu saja mengagetkan" ujar jennie tanpa menatap jisoo yang berada dibelakang nya.

"Kau menangis?"

"Ani" jisoo hanya tersenyum tipis dengan tangan yang mengusap lembut surai adiknya.

"Boleh aku duduk?"

"Kenapa eonni bertanya, eonni bisa duduk disini menemaniku dan memeluk ku" kesal jennie yang tidak sadar dengan ucapan nya.

"Aigo, adik ku ini minta dipeluk ternyata" kekeh jisoo yang langsung duduk disamping jennie dan memeluk lembut adiknya.

"Kau ada masalah jen?"

"Aku hanya lelah eonni, belakangan ini banyak sekali pikiran yang mengganggu ku, dimulai dari tugas kuliah, kekasih ku, gadis itu, dan appa eomma " isak dalam rengkuhan jisoo.

"Kenapa kau harus memikirkan semua itu, kau hanya perlu menjalani dan mengikhlaskan apa yang sudah terjadi."

Jennie melepaskan pelukan mereka menatap mata hitam kakak nya dengan keseriusan.

"Pertama, tugas ku di kampus sangat menumpuk akhir akhir ini. kedua, kekasih ku Kim taehyung itu sama sekali tidak berniat untuk menghubungi ku apalagi pulang ke korea. Ketiga, gadis berponi itu terus mengganggu pikiran ku, aku tidak tau kenapa wajah nya selalu terlintas dipikiran ku. dan yang keempat, aku selalu memikirkan eomma dan appa yang terlihat tidak peduli dengan kita,  mereka selalu memperlakukan khusus anak adopsinya itu dan mengabaikan kita, oke jika alasan mereka karena kita sudah besar, tapi rose? Bukan kah umur mereka sama! Setidaknya mereka juga harus memperlakukan rose sama seperti memanjakan gadis berponi itu" oceh jennie tanpa henti, membuat jisoo merasa kasihan dengan adiknya itu.

"Sudah? Sekarang boleh aku menjawab semua keluhan mu jennie?" Gadis mandu itu hanya mengangguk kan kepala nya sebagai jawaban.

"Pertama, wajar jika tugas mu banyak, kau ingin menjadi dokter bukan? Dan ini sudah mulai memasuki semester 4 yang artinya kau akan segera lulus"

"Kedua, kekasih mu ! seharunya kau berfikir jernih, jika dia selalu mengabaikan mu , untuk apa kau mempertahankan nya, lebih baik lepaskan dan fokus pada kuliah mu"

"Ketiga dan keempat, aku akan menjawab nya secara bersamaan, tapi kau harus berjanji untuk tidak memotong ucapan ku" merasa kali ini jisoo agak serius, jennie menghadapkan seluruh badan nya kearah jisoo dan mengangguk patuh.

"Aku rasa waktu itu kau sudah cukup besar dan ingat apa yang pernah terjadi 16 tahun lalu" jennie hanya mengangguk ragu tanpa berniat melepas tatapan nya pada sang kakak.

"Malam itu, appa eomma bertengkar hebat, dan diantara pertengkaran mereka ada satu wanita yang berdiri dengan keadaan mengandung, sama seperti eomma ! Appa eomma tidak berhenti berteriak mengumpat satu sama lain, sedangkan wanita asing itu hanya menangis tersedu-sedu dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan" jennie pun memejamkan matanya mengingat bagaimana mansion mewah itu tiba tiba berubah menjadi seram karena teriakan kedua orang tuanya.

"Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan dan kau hanya bersembunyi dibalik eonni karena ketakutan. Setelah bertengkar hebat ada satu kalimat yang eomma ucapakan pada malam itu, dan di detik itu lah aku mengerti dan terus mengingat kalimat itu sampai sekarang"

Lalisa "sorry"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang