Prolog

1.3K 140 35
                                    

Pagi ini, terlihat seorang gadis berambut hitam sepinggang sedang duduk di depan cermin kamarnya. Ia sedang bersiap-siap untuk berangkat menuju sekolah. Namanya Yolanda Melviana. Gadis berusia 17 tahun itu bersekolah di SMA Angkasa. Salah satu sekolah elite di daerah rumahnya.

"Yolan! Cepetan turun, Davin udah nungguin kamu", teriak mamanya dari bawah.

"IYA SABAR MAA", sebagai anak berbakti, tentu saja teriakan dibalas teriakan.

Bergegaslah ia turun ke lantai bawah. Menenteng tasnya yang seringan bulu kapas, serta tangan kanannya yang membawa paperbag berisi baju ganti olahraga.

"Cepetan napa, lelet banget jadi cewe!", seru Davin Januartha. Adik satu-satunya dari Yolanda yang hanya terpaut satu tahun.

"Berisik lo!", ketus Yolanda.

"Udah udah, ini dimakan cepet. Keburu siang nanti", lerai mamanya.

Mereka sudah biasa sarapan tanpa papa mereka. Papanya sangat sibuk sebagai salah satu pembisnis sukses tahun ini. Jadwalnya terlalu padat untuk menjelajahi dunia.

"Ini kan lauk kesukaan gue, kok udah abis sih? Pasti lo kan!", tuduh Yolanda kepada adiknya.

"Lah salah sendiri turunnya kelamaan, ya udah gue makan dong", saut Davin santai.

"Tapi lo tau diri dikit kek! Gini-gini gue masih jadi kakak lo", omel Yolanda.

"Udah udah ihh, mau mama masakin lagi, Yolan?", tawar mamanya yang sudah hafal tabiat anak pertamanya itu.

"Nggak usah, Yolan mau berangkat aja. Assalamualaikum", pamit Yolanda mencium punggung tangan sang mama.

"Nggak barengan aja sama Davin nak?", teriak mamanya saat Yolanda berjalan semakin jauh.

Ia hanya sempat minum susu sebagai sarapannya pagi ini. Senin yang sudah sial. Setiap harinya memang begitu jika ia dan adiknya bertemu. Tetapi hari ini adalah hari pertama ia menstruasi, wajar kan jika ia maunya dimengerti?

"Sebel banget gue sama si kampret Davin, apa-apa semaunya sendiri terus elahh", omel Yolanda kepada dirinya sendiri.

Ia bukan anak yang terlalu berada, bukan juga anak tidak mampu. Ekonomi keluarganya termasuk yang pas-pasan. Jadi, ia memilih untuk menaiki angkot menuju sekolahnya. Padahal kalau bareng sama Davin kan bisa hemat ongkos. Tapi beginilah Yolanda, gengsi itu nomor satu!

Perjalanan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Jarak rumah dan sekolahnya memang terbilang dekat, bahkan jika berjalan kaki hanya butuh waktu 15-20 menit saja. Tapi, Yolanda terlalu malas untuk berjalan kaki. Apalagi kesabarannya sudah diuji pagi-pagi oleh adik tercintanya.

Ia turun di dekat sekolahnya persis. Ia tak perlu malu jika bernagjat menaiki angkot. Itung-itung mengurangi polusi udara di kota besar.

"Pagi pak!", sapa Yolan kepada pak Amri. Satpam SMA Angkasa.

"Pagi neng Yola, cantik amat neng", sahut pak Amri.

"Kalo manggil sekalian aja napa pak? Nama saya teh Yolanda, dipanggilnya Yolan bukan cuma Yola", protes Yolanda tak terima namanya dipotong-potong.

"Hadeh neng, yaudah deh neng Yolan! Tumben berangkat pagi", ujar pak Amri.

Jam memang baru saja menunjukkan pukul 06.35. Termasuk masih pagi untuk anak SMA Angkasa berangkat ke sekolah.

"Pengen aja sih pak. Yaudah saya masuk duluan ya!", pamit Yolanda.

Senin ini cuaca cukup cerah. Walaupun perasaannya sedang tidak menyenangkan, Yolanda tetap berusaha untuk ceria dalam menjalani hari-hari. Oh iya fyi, Yolanda adalah anak kelas 11 IPS 2. Ia mengambil IPS karena tidak mau menghitung fisika dan kimia.

MY CUPU BOYFRIEND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang