04(CdL)

1.1K 140 15
                                    

Ternyata sulit mencari cara untuk mati dengan tidak terlalu menyakitkan, semua referensi cara membunuh diri sendiri yg sudah di kumpulkan Avin terlalu rumit untuk bisa direalisasikan, maka tau tak mau. Hingga waktu demi waktu berlalu, sampai detik ini ia masih bisa bernapas.

Masih menjalani kehidupannya yg menyedihkan, masih menjadi mainan usang yg bisa di lempar sana-sini oleh seluruh makhluk hidup penghuni sekolah.

"Kerjain tugas gue dulu, baru Lo boleh keluar kelas.!" Titah Vani siang ini

Gadis itu melemparkan tiga buah buku tulis keatas meja Avin, tentu saja itu miliknya sendiri, juga milik kedua kroninya, Jenni dan Tania.

Sebenarnya itu bukan masalah untuk Avin, namun  dirinya sudah di tunggu oleh seseorang di ruang guru, lantas dengan gelisah pemuda itu mulai mengerjakan satu demi satu tugas yg seharusnya di kumpulkan siang ini setelah istirahat.

"Lelet banget.! Gue laper nihh.." omel Jenni

"Kita tinggalin aja deh, ke kantin dulu bentar. Lo juga bisa sambil nemuin lingga" kata Tania

Telinga Avin mendadak tajam, Vani dan lingga.? Mengerikan, sungguh kombinasi yg mengerikan. Kedua orang itu bisa membentuk gelombang mafia di sekolah ini jika disatukan.

"Capek gue, gue udah capek.! Udah pake segala cara buat tebar pesona, tapi dia malah cosplay orang bego.!" Jelas Vani

"Ya emang bego sih.!!" Tukas Tania

"Sayang banget gue udah cinta beneran sama dia.!" Jujur Vani

Avin menutup buku terakhir, meletakkan nya di hadapan Vani tanpa kata.

"Selesai.? Bagus, sekarang Lo boleh pergi.!" Vani menepi sedikit untuk memberi jalan pada Avin, sungguh mencurigakan. Apa dia—

Brughhh....

Benar, kan.? Gadis itu sengaja menjulurkan kaki nya didepan langkah Avin dan membuat pemuda itu tersandung sampai jatuh, di iringi tawa jahat. ketiganya beranjak pergi.

Tak ada waktu lagi, avin harus segera bangkit dan berlari ke kantor wali kelas untuk menyelamatkan tahun terakhir sebelum jam istirahat habis, pemuda itu kian mempercepat langkahnya menyusuri koridor demi koridor, menyesal sendiri mengapa sekolah ini begitu besar.?!

Sebentar lagi sam—

Srakkk....

Lagi-lagi Hoodie nya ditarik paksa, Avin bisa merasakan jahitan nya lepas entah dibagian mana.

"Mau kemana.? Buru-buru banget sampe ngga sempet permisi sama gue.!"

Lingga sedang duduk di atas meja dengan santai. Lagi-lagi seorang siswa laki-laki buru-buru pergi setelah menyerahkan Avin pada berandal tampan itu.

"Sini, Lo.!"

Tidak-tidak, Avin sudah terlambat. Pemuda itu membalikkan badan, bersiap untuk berlari pergi, tapi lingga lebih cekatan.

"Gue tanya, Lo mau kemana, bisu.?" Lingga menggeram marah, mempererat cengkraman tangan nya di rambut Avin

"Gue suruh Lo kesini, kenapa Lo malah Balik badan.? Lo berani banget ngelawan apa kata gue, ya.? Baru kali ini ada manusia yg ngga nurut sama gue, punya apa sih Lo.?"

Lingga menghentakkan tubuh kecil Avin sampai berhadapan dengan nya, kemudian ia terkejut sendiri melihat ekspresi baru selain muka datar yg biasa ia lihat. Avin menatapnya dingin penuh kemarahan, walau masih tak satupun kata keluar dari mulutnya

"Davian.." desis lingga penuh ancaman... "Lo pikir, Lo istimewa.?"

Lingga semakin mencengkram kerah baju milik Avin, menariknya lebih kuat hingga membuat kedua nya terlalu dekat, lingga menunduk menatap manik cokelat terang yg hanya setinggi lehernya.

"Lepas.."

Bola mata hitam legam milik lingga melebar, cengkeraman tangan nya lepas begitu saja tanpa ia sadari.

Apakah tadi ia mendengar sesuatu.?
Apakah bocah bisu dihadapan nya ini yg bersuara.?

Sementara itu Avin yg sedikit kaget, ternyata semudah itu melepaskan diri dari lingga, buru-buru Avin balik badan dan pergi dari hadapan lingga.

"Dia ngga bisu ternyata.?" Gumam yoongi sembari menatap kepergian Avin

Hanya satu kata. Namun entah mengapa, rasanya ia seperti tersihir. Lingga tidak pernah tertarik dengan orang lain sepanjang hidupnya, entah sudah berapa belas gadis yg rela melakukan apapun demi merebut hatinya. Termasuk Vani, gadis annoying yg kata orang berparas separuh bidadari, tapi justru lingga muak dan sama sekali tidak tertarik.

Dan sekarang, ia mendadak tolol hanya karena mendengar seucap kata.? BAH, MEMALUKAN.!! dan yg lebih memalukan nya lagi, seucap kata itu berasal dari seorang bocah laki-laki. LAKI-LAKI.! SAMA SEPERTI DIRINYA.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Lingga merasa dirinya sangat menyedihkan.!!

****

"Lo nunggu siapa bos.?"

Dari balik jendela Range Rover, lingga menoleh. Seseorang menyapanya.

"Lu duluan aja" ucap nya

"Ada yg perlu gue kerjain.?"

"Nope, Pergi Lo.!"

Seorang siswa yg menjadi salah satu pengikut setia lingga, mengangkat bahu kemudian berlalu menuju parkiran motor. Sementara lingga masih mengawasi dari balik kaca mobilnya.

Sore ini jam pulang sekolah, lingga Pradipta yg akan selalu pulang kerumah dengan dikawal oleh para geng nya, masih diam di parkiran mobil.

Sepenuh hati ia mengakui bahwa dirinya tolol, sampai rela membuang-buang waktunya yg berharga hanya demi mengawasi seorang bocah lusuh kurang gizi, yg saat ini tengah berjalan melintasi halaman menuju pintu gerbang.

Lingga menyipitkan mata untuk memperjelas pandangan nya, menatap Avin yg berjalan menunduk dengan menyandang tas yg sedikit terbuka disebelah bahunya. Mendengus keras, lingga menertawakan dirinya sendiri, bagaimana mungkin penampakan seperti itu bisa menyita perhatian nya.? Bocah itu terlalu kurus dan kecil untuk ukuran seorang anak laki-laki usia tujuh belas tahun.! Wajahnya yg selalu berekspresi sama, datar dan mendung, namun juga cantik, bukan hanya tampan.

Pemuda itu terus berjalan kearah pintu gerbang tanpa menuju parkiran, kali ini lingga mengernyit, jalan kaki.? Tentu saja untuk jenis manusia bermarga Pradipta yg seumur hidup selalu bergelimang harta, jalan kaki ke sekolah sama dengan lelucon.

Ternyata Avin benar-benar miskin.

Ternyata Avin benar-benar miskin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang