41(CdL)

935 155 24
                                    

Lingga memandang kosong keluar jendela ruang dokter.
Menatap sang mami yg sedang menemani Avin duduk ditaman rumah sakit.
Cahaya keemasan mentari pagi jatuh menimpa rambut cokelat Avin, membuatnya tampak bercahaya dari kejauhan.

Setelah tidur selama dua belas jam lamanya, akhirnya Avin sadar.

"Tuan muda"

"Ahh, hallo dokter saga"

"Begini tuan muda, saya tidak tahu sebenarnya ada apa. Tapi kelihatanya, kehidupan sosial tuan muda Avin tidak terlalu baik.!"

"Sangat ngga baik, bukan ngga terlalu baik"

"Ahh begitu ya.? Apa selama ini, tuan muda Avin sering mengalami gejala panik yg berlebihan.?"

"Sering.! Kalau pas dia lagi kumat, sampe kelihatan susah nafas kek mau mati.! Dulu, saya ngga percaya sama apa yg di alami sama almarhum Danish, sampe saya melihat sendiri gimana menderita nya Avin"

"Seperti apa yg tadi saya katakan, kondisi psikis tuan muda Avin sangat tidak bagus.! Tapi tuan muda tidak perlu khawatir, ini bisa disembuhkan pelan-pelan."

Lingga mengangguk kecil.
Semua ini memang sudah ia duga, namun mendengar penjelasan dokter menggunakan bahasa ilmiah seperti itu, tetap terdengar mengerikan.

"Yg paling penting adalah peran keluarga atau orang terdekat. Obat-obatan hanya bisa meningkatkan progres beberapa persen saja, lalu bagaimana orang-orang terdekat tuan muda Avin membantu mengelola stress, itu yg paling berpengaruh."

Lingga hanya bisa mengangguk dan bergumam mengiyakan sampai dokter saga menyudahi kuliahnya beberapa saat kemudian.

Pemuda itu menyusul ketaman.
Mendapati sang mami yg memang susah diam, sedang bercerita kesana kemari pada Avin.
Entah apa yg di ceritakan.

"Mami.."

"Oh, My boy.! Everything is okay.? Gimana kata dokter.?"

Lingga memaksakan senyum nya.
Nanti akan ia sampaikan pada wanita ini perihal pembicaraan nya dengan dokter saga.
Nanti saja, tidak di hadapan Avin.

"Iya, semuanya oke kok. Mami ngga apa-apa ninggalin papi dikamar.?"

"Ngga apa-apa, papi udah selesai sarapan. Tapi kalau kamu mau berduaan sama your baby, mami akan pergi sekarang"

Lingga kini tersenyum tanpa paksaan.
Mami nya memang yg paling pengertian sedunia.
Wanita itu mengedipkan sebelah mata, sebelum meninggalkan putra-putranya berdua saja.

"Hai baby" sapa lingga saat ibunya sudah pergi

"Ngga biasanya Lo manggil gue begitu.!"

"Biar ngga monoton deh"

"Gue ngga suka gonti-ganti"

"Baiklah pacar, Apapun keinginan mu"

Lingga tersenyum lembut, membalas tatapan datar Avin.
Pemuda itu meraih jemari bocahnya dan menyimpannya dalam genggaman hangat.

"Feeling better.?" Tanya lingga

Avin menggeleng.

"What can i do.?"

Avin menggeleng lagi, membuat lingga mendesah frustasi.
Sepertinya, gelombang emosi Avin masih belum stabil.

"Lingga.."

"Iya, pacar.?"

"Nyokap gue udah ngga ada.! Dia bilang maaf sama gue pas udah di ujung hidupnya, gue ngga tau harus seneng apa sedih sekarang."

Lidah lingga seperti kelu, kehilangan rangkaian kata-kata.
Ia tahu jika ini pasti menyakitkan.
Mengingat apa yg tadi di sampaikan oleh dokter saga, tentu hal semacam ini bisa membuat depresi Avin semakin akut.

"Pacar... Sini peluk."

Avin tidak menjawab, namun juga tidak menolak.
Saat lingga membawa nya dalam dekapan hangat dan mengelus surai cokelat yg lembut itu.

"Makasih, Lo udah bertahan sampai sejauh ini." Bisik lingga lembut... "Gue tau ini ngga gampang. Tapi Lo bisa, kan.? Lo hebat.!"

"Lingga..."

"Gue minta maaf, gue turut berduka buat nyokap Lo. Lo harus maafin dia, oke.? It's over now, lepasin semuanya, itu akan bikin Lo ngerasa lebih baik"

"Lingga..."

"Gue disini.."

"Kenapa Lo sebaik ini sama gue.? Padahal gue cuma bisa ngebebanin Lo.!"

Lingga melepas pelukannya, tersenyum menatap manik hazel yg masih di selimuti kabut.

"Karena gue cinta sama Lo"

"Kenapa Lo cinta sama gue.?"

"Apa harus ada alasan.?"

"Ngga masuk akal kalau ada orang yg suka sama gue.!"

"Yg ngga masuk akal itu, kalau gue udah Deket sama Lo selama lima menit, tapi gue ngga jatuh cinta sama Lo.!"

Lingga melihat semburat merah pada pipi Avin.
Pemuda itu tersenyum.
Karena mulai sekarang, misinya hanyalah membuat mood dan semangat hidup Avin naik lagi.

"Vin, kalau Lo tanya kenapa gue cinta sama Lo.? Gue ngga tau jawaban pastinya apa. Gue cinta sama Lo karena emang Lo pantes buat gue cintai"

"Vin.." senyum lingga mengembang, ia menunduk membuat wajahnya sejajar dengan Avin, lalu berujar manis... "Selamat ulang tahun. Anggep aja, ini adalah ulang tahun Lo yg pertama, Lo bisa mulai lagi semuanya dari awal. sekarang Lo punya gue, kalau dulu Lo cuma jalan sendiri, sekarang ada gue yg bakal selalu genggam tangan Lo kemanapun Lo jalan, kita perbaiki yg rusak sama-sama"

Avin terkesima, ia sama sekali tidak ingat jika hari ini dirinya berulang tahun.
Sebelumnya, tak ada satu pun orang lain yg pernah mengucapkan, termasuk ibu nya.

"Ulang tahun yg pertama.?" Gumam avin tanpa sadar

"Bener.."

"Gue masih bayi kalau gitu.?"

"Baru sadar.? Lo selalu jadi bayi buat gue"

Avin mengedipkan matanya beberapa kali, tapi Hal itu membuatnya makin sangat menggemaskan.

"Aahh... Damn.! Kiyowo banget pacar, Wanna kisseu.?"

"Gue masih sakit, lingga.!"

"Ah oke, sorry.!"

"Tapi gue mau.!"

Lingga terlalu kaget dan belum sempat mengkonfirmasi.
Tapi Avin sudah menarik kerah bajunya, dan membuat bibir keduanya menyatu.

Tidak perduli jika mereka sedang berada ditaman rumah sakit
Yg walaupun sepi, tapi tetap berpotensi ketahuan banyak orang.
Lingga masih belum rela melepaskan bibir Avin begitu saja sebelum bocahnya itu mendorongnya menjauh karena mulai kehabisan nafas.

"Lo selalu gitu" Avin menggerutu... "Kalau ciuman aja sat set banget"

"Suruh siapa menggoda iman gue.?"

"Gue ngga ngapa-ngapain"

Lingga terbahak pelan sembari meraih Avin kedalam pelukan nya, ia akan terus memeluknya seperti ini.
Tidak akan ia lepas atau membiarkan sesuatu memaksanya untuk lepas.
Semesta boleh menentang dengan argument apapun.
Tapi lingga sudah memutuskan bahwa ini hidupnya, ini bahagianya, dan bagaimana semua itu berlangsung, tidak akan pernah menjadi urusan orang lain.

"Lo harus sembuh. Lo pasti baik-baik aja, ada gue disini. Sayang pacar banyak-banyak."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang