09 (CdL) Season 2

670 121 34
                                    

Hari ini terasa panjang dan melelahkan, davian hanya mempunyai dua jam mata kuliah.
Dan selebihnya ia habiskan di cafe yg kebetulan sekali sedang ramai sejak pagi.
Pukul setengah sebelas malam, akhirnya ia bisa mengunci pintu dari luar bersama Aska.

"Lo ngga dijemput lagi kak.?" Tanya Aska sembari memakai jaket nya, Davian hanya menggelengkan kepalanya. "Serius, yg tadi itu pacar Lo.?"

"Hem.."

"Woah.. keren"

"Ngga juga.."

"Sorry kak, tapi sejak kapan Lo—"

"SMU, dia yg bikin gue belok.!!"

Baiklah, Aska rasa sudah cukup.
Ia bukanlah jenis manusia yg kepo dengan urusan orang lain, tak menyangka sebenarnya jika davian bisa menjawab dengan jujur pertanyaan nya itu.

"Well, Your life is yours. Ya udah, gue balik duluan, gua juga bawa motor tuh.."

Davian hanya membalas dengan lambaian tangan, mengawasi teman kerjanya yg perlahan meninggalkan cafe bersama motor biru nya, meninggalkan dia sendirian.
Menghela napas lelah, davian merosot, mendudukkan diri dilantai berundak depan pintu.
Suasana gelap karena sebagian besar lampu sudah dimatikan, membuatnya nyaman.
Menikmati lelahnya kemudian, ia diam terpekur memandangi lalu lalang kendaraan dijalan raya sana.

Pikiran nya mengawang dalam diam, dan tak pelak ia teringat dengan..... Justin.
Pertemuan tak terduga tadi sungguh meninggalkan impact yg nyata dalam harinya.
Entah sejak kapan davian jadi sedemikian peduli dengan orang-orang yg dekat dengan lingga.
Tapi mau tak mau, ia jadi membandingkan dirinya dengan Justin.

Pemuda berlesung Pipit itu benar-benar seperti matahari, semua yg berada didekat nya akan ikut mendapat sinar hangat.
Ceria dan penuh daya hidup, apalah Avin yg menyapa orang lain saja tidak mampu.
Baiklah-baiklah, lingga bilang Justin hanya teman masa kecilnya yg baru saja bertemu lagi setelah sekian lama berpisah, tapi haruskan sedekat itu.?

Sekali lagi, menarik napas dengan gusar, davian rasa harinya seperti monokrom.
Mungkin besok ia perlu berdiam diri dirumah seharian penuh.
Self-charge, seperti dulu yg sering ia lakukan saat mendiang mama nya masih ada, mengurung diri didalam kamar yg gelap.

*****

Lingga menarik napas panjang, ia gelisah.
Menatap layar ponselnya yg tengah menampilkan chat dengan bian, ia menanyakan keadaan davian tadi.
Namun bian berkata jika bocahnya itu tidak masuk kuliah.
Jawaban yg sama saat ia menanyakan pada bang tria, davian ijin tidak masuk kerja.
Dari semalam ponsel pemuda itu tidak bisa di hubungi, sementara meeting evaluasi bulanan masih berlangsung, dan lingga belum bisa meninggalkan tempat untuk mencari keberadaan bocah tersayang nya.

Rasa bersalah merambatu hati lingga.
Seharusnya ia tahu, meski bocah pendiam itu tidak menunjukkan ekspresi apapun ketika bertemu dengan Justin kemarin, namun bukan berarti davian baik-baik saja.
Lingga merutuki dirinya sendiri, bodoh.!!
Kian sebal ketika jarum jam di pergelangan tangan nya seperti tak bergerak, meeting sialan ini kapan selesainya.?

Sementara itu.....

Davian berdecak sebal dibawah buntalan bedcover, suara pintu terus-menerus diketuk dari luar.
Membuatnya terpaksa meninggalkan dunia mimpi yg sejak tadi ia coba nikmati sendiri.
Ia sedang berpura-pura mati, makhluk macam apa yg berani mengganggu ketenangan nya.? Mengetik pintu terus-menerus selama lima belas menit tanpa henti.
Tak memperdulikan bagaimana rupa dirinya, davian dengan kesal sekali bangkit dari ranjang, hendak membuka pintu depan.
Awas saja kalau....

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang