30(CdL)

1K 160 37
                                    


Lingga serius dengan kata-katanya kemarin.
Hari ini Sabtu, dan masih jam setengah sembilan pagi.
Namun, ia sudah duduk di bangku taman dekat rumah Avin dan tengah serius menatap layar ponsel dengan ekspresi tidak sabar.

Avin tidak membolehkan lingga untuk datang kerumah nya, jika Lilis berada dirumah.

Beberapa menit kemudian.
Yg di tunggu akhirnya terlihat dari kejauhan, lingga tersenyum lebar.

"Senyum dikit kenapa sih, pacar.? Biar gue tambah cinta"

"Ngga butuh.!"

"Buset.!"

"Gue bilang tunggu, gue masih jalan. Kenapa Lo terus-terusan nelpon gue kek nenek-nenek.? Ngga sabaran banget.! Gue sampe lupa bawa jaket, kan.?"

Lingga tertawa gemas melihat bocahnya ngomel.
Pemuda itu lantas melepas Hoodie nya dan memakai kan nya pada Avin.

"Nah, udah pake itu aja. Jangan ngomel terus, gue Telen juga Lo lama-lama.!"

"Ini kegedean.!" Avin merentangkan tangan nya, tubuhnya seperti tenggelam ditelan hoodie

"Badan Lo aja yg ngga berkembang.! Tapi imut banget, anjir. Udah yuk jalan, ntar kesiangan"

Mereka berdua benar-benar berangkat ke pantai, di tengah cuaca yg belakangan terus mendung, jarang bertemu matahari.
Avin tak habis fikir, tapi yasudah lah.
Memangnya sejak kapan, keinginan tuan muda Pradipta bisa di tolak.?

Mobil hitam lingga melaju pelan, menembus jalanan yg tidak terlalu ramai lagi itu.
Sebentar-sebentar, pemuda itu menoleh dari balik kemudi, memandangi Avin yg duduk damai di sampingnya.

"Apa liat-liat.?"

"Imut banget pacar gue, give me a kisseu.!"

"Ogah.!"

"Pelit banget lo, Jamal.!"

Avin tidak perduli.
Ia diam, memandangi pepohonan yg ada di luaran sana.
Menikmati perjalanan yg seumur hidup baru kali ini ia rasakan.
Aahh.. ini sangat menyenangkan.
Menjauh sejenak dari kehidupan sehari-hari yg membosankan.

Perlahan kelopak mata Avin mulai berat dan nyaris menutup, sebelum sesuatu yg ganjil mulai di sadarinya.

"Lingga.."

"....."

"Lingga, apa mobil Lo ngga terlalu kenceng.? Pelan dikit kalau nyetir, kita ngga buru-buru."

Avin menoleh perlahan, mendapati pemandangan paling tidak menyenangkan yg pernah dilihatnya.

"Vin..."

Wajah lingga panik, pucat pasi dan mulai berkeringat.

"Anjing, mobilnya ngga bisa di rem.!"

"Nggak lucu..."

"Lo pikir gue harus banget bercandain hal ginian.? Sialan, ini kenapa.?!"

Tidak, ini tidak bagus.!

Mobil hitam itu melaju tak terkendali diatas jalanan yg menurun, lingga tidak bercanda.
Ia berusaha melakukan apapun yg ia bisa, sementara Avin tak bergeming.
Pemandangan diluar sana seperti kilatan flash yg simpang siur.

"Ya tuhan....." Gumam lingga... "Vin, kita bisa mati.!"

Pedal rem di injak nya berkali-kali sampai batas maksimal, namun hasilnya nihil.
Mobil itu tetap meluncur kencang seperti turun dari perosotan.
Suara decitan menyeruak diantara deru mesin.

"Davian..!!"

"Ngga apa-apa.."

Betapa terkejutnya lingga, bocah di sampingnya itu sedang menatapnya dengan wajah teduh.
Senyum nya mengembang, sementara tangan nya menyentuh dan mengelus lengan lingga.

"Lingga, seenggaknya gue mati bareng orang yg tepat. Gue ngga akan nyesel, di akhir hidup gue. Gue udah bahagia"

Begitukah.?

Lingga merasa hatinya seperti di tikam oleh benda tajam, memandang lurus ke depan dan berteriak keras.

"Davian Alexis, GUE NGGA MAU MATI.! GUE PENGEN SELAMANYA HIDUP SAMA LO.!"

BRAK.....


Apakah kalian over thinking.??
😬😬😬😬

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang