14(CdL)

1.1K 160 33
                                    

Sudah berapa waktu berlalu.?
Ketika Avin membuka mata, sudah tak ada lagi cahaya matahari yg menerobos masuk melalui lubang ventilasi kamarnya.
Itu berarti, hari sudah gelap.

Pemuda itu mengerjap beberapa kali untuk mendapatkan atensi yg lebih fokus.
Menatap nyalang langit-langit kamarnya yg kusam dan temaram.
Satu-satunya sumber cahaya hanyalah lampu belajar kecil diatas meja disamping ranjang nya.

Perlahan beranjak.
Menahan pusing hebat yg membuat pandangan nya kembali buram.
Ia perlu ke kamar mandi yg berada di luar kamar nya.

Ketika pintu kamarnya perlahan terbuka, tak di dapatinya manusia lain disana.
Mungkin ini nya tak ada dirumah, itu lebih bagus.
Avin menghela nafas, sedikit lega.
Terhuyung-huyung melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.

Sesaat kemudian....

Tok... Tok....

Masih memegangi kening, pemuda itu membatalkan langkah untuk kembali ke kamarnya.
Suara ketukan pelan menyita perhatian.
Sepanjang yg ia bisa ingat, belum pernah ada yg mengetuk pintu dengan pelan seperti itu.
Karena biasanya, siapapun yg datang akan menggedor-gedor atau berteriak seperti orang kesurupan.
Maka Avin belum bergerak, mungkin ia salah dengar.

Tok... Tok....

Atau tidak.?
Ketukan pelan itu terdengar kembali.
Sepertinya, benar-benar ada sesuatu di luar sana.
Maka, Avin berbalik dan melangkah melewati ruang tengahnya yg awut-awutan.

Cklek....

Pintu terbuka.
Benarkah malaikat maut.?

Avin menyipitkan mata dengan kening masih memegang keningnya.
Pandangan nya buram karena pusing, tapi ia bisa melihat siluet itu.
Apa malaikat maut itu tampan.?
Lalu Avin merasa tubuhnya di tarik paksa, kemudian di dekap sangat erat.

"Aakhh..."

"Pacar, ternyata Lo disini."

Sialan.!!!

Avin memberontak, mencoba melepaskan diri, tapi sia-sia. Pelukan nya terlalu erat, tenaganya sudah tak tersisa.

"Lepasin gue..."

" Lo minta di lepasin, setelah gue nungguin dan cari Lo kemana-mana.?"

"Ngapain Lo cari gue.? Aakkhh.. lepasin gue sialan.!"

Lingga semakin mengeratkan pelukannya, sampai tubuh Avin tenggelam dan rasanya nyaris remuk.

"Lepasin.."

"Ngga mau.."

"Anjing, Lo mau gue mati.?"

Setelah Avin berkata demikian, barulah lingga pelan-pelan melepaskan pelukannya.
Namun, kedua matanya masih menatap lekat wajah pucat yg ada di hadapannya itu.

"Ngapain Lo disini.?" Tanya Avin dengan suara parau, sakit di kepalanya sudah tak tertahankan

"Gue udah bilang tadi, tolol.! Gue cari Lo.!"

"Punya urusan apa sama gue.?" Avin meringis ngilu, berusaha mencari pegangan agar tidak terjatuh

"Anji, songong amat.! Gue susah payah sampe sini padahal."

"Siapa suruh.? Lo pikir, gue bakalan bangga.? Pergi.!"

Lingga mendelik mendengar sambutan yg sama sekali tidak ramah itu.
Padahal, seharian tadi ia sudah berjuang untuk mendapatkan alamat rumah Avin.
Sampai haris merengek-rengek pada wali kelas pemuda itu, padahal dirinya baru saja mendapatkan hadiah, skorsing.

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang