25(CdL)

933 143 22
                                    


Pagi datang dengan kelabu, tetesan air langit mengalun lembut, membentuk rinai gerimis yg membasahi semesta dengan damai nya.

Lingga merapatkan jacket, berdecak tidak sabar sembari menatap layar ponsel nya.
Pemuda itu berada di balik kemudi mobil, sudah lima belas menit menunggu di dekat gang masuk rumah Avin.

Namun.
Selama itu pula yg di tunggu tak kunjung muncul.
Juga tak bisa di hubungi karena ponselnya mati.
Lingga nyaris habis kesabaran dan akan menyusul Avin kerumah nya saja.
Sebelum memori tentang bagaimana Raut wajah bocahnya ketika lingga bertemu muka dengan ibu nya semalam, kembali terbayang.

Avin tidak suka.
Maka pemuda itu kembali menghentakkan punggung dan mencoba bersabar entah harus menunggu berapa menit lagi.

Lingga hanya memandang malas, sebelum sosok yg sejak tadi ia tunggu muncul dari gang sempit itu.
Masih seperti biasa, wajahnya yg indah tampak muram dibalik selubung Hoodie oversize kesayangan nya.

"Hai boy.." panggil lingga, melongokkan kepala dari jendela mobil

Avin menoleh.
Langkahnya berhenti sebentar, sebelum kembali diseret dengan raut wajah semakin muram, seperti warna langit di atas sana.

"Selamat pagi.." sapa lingga dengan senyum manis, sembari membukakan pintu dari dalam

Avin tak membalas.
Naik dan mendudukkan pantat nya, kemudian menaruh setumpuk buku yg ia bawa, ke atas dashboard.

"Pacar, gue bilang selamat pagi Lo."

"Iya.."

"Iya doang.? Emang boleh Se-iya doang itu.?"

Avin menghela nafas, menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata.
Kentara sekali tak ingin menjawab sapaan manis dari lingga.

"Ada masalah lagi.? Oh ya, kenapa hp nya ngga aktif dari semalem.? Padahal gue pengen denger suara Lo sebelum tidur. Lupa charger kah.?"

Avin masih diam dengan mata terpejam.

"Pacar, Lo kenapa sih.? Kaki Lo yg tempo hari sakit lagi.? Ngomong sesuatu sebelum gue gila.!" Ada sepercik emosi dalam nada bicara lingga, ia tak suka di abaikan seperti ini, jauh lebih suka mendengar jawaban pedas tanpa perasaan dari Avin seperti biasanya

Lingga terpaksa menepikan mobilnya ke trotoar.
Ia tak ingin berakhirnya tragis jika bertengkar dalam mobil yg tengah melaju.
Apalagi, saat ini ia bersama dengan bocah kesayangannya.

"Lo kenapa.? Ngomong sama gue, penyakit bisu Lo kambuh lagi.?" Lingga berkata tegas, berusaha menahan emosi nya

Pemuda itu meraih wajah Avin, setelah itu ia terkejut.
Ada bekas luka di ujung bibir dan pelipis bocahnya.

"Kenapa Lo selalu babak belur begini.? Apa gue bunuh aja nyokap Lo itu.? Biar hidup Lo agak tenang dikit.!"

"Ide bagus.." lirih Avin... "Tapi sebaiknya ngga usah, biar tuhan aja yg bunuh dia.!"

"Kali ini, apa lagi.?"

"Maaf...." Avin memalingkan wajahnya... "Hp sama tas yg Lo kasih di ambil nyokap, ngga sengaja gue tinggal pas kemarin Lo paksa pergi"

Lagi-lagi lingga hanya bisa menghela nafas, hatinya seperti diremas saat mendengar pengakuan polos itu.

"Dan sekarang dia udah tau tentang Lo, gue takut dia nekat bertindak jauh.!"

Lingga tidak tahan lagi, ia menarik tubuh Avin dan segera memeluknya.

"Jangan terlalu di pikirin, dia ngga akan bisa macem-macem sama gue, sama Lo juga"

"Lo ngga tau gimana jahatnya perempuan itu.!"

Lingga melepas pelukannya... "Lo bisa pergi aja dari rumah, semua ini terlalu nyakitin buat Lo.!"

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang