24 (CdL) Season 2

621 133 32
                                    

NOTES: Koreksi Typo ya, Aku ngetiknya sambil ngantuk + kepala kliengan



"Pacar..."

Lingga berlari menghampiri davian.
Netra sipitnya melebar sempurna kala mendapati sang pujaan hati sedang duduk diam diatas ranjang dengan selang infus menancap di punggung tangan nya.

"Lo kenapa.? Astaga, ini kenapa.? Lo sakit.?"

"Kelihatan nya gimana, Bego.!!" Bian yg datang dari arah belakang memukul kepala lingga dengan semena-mena, lantas mendudukkan diri diatas sofa seberang ruangan, tampak sedang berada pada suasana hati paling buruk sepanjang hidup, sesekali meringis menyeka darah dan memar di beberapa bagian wajahnya

"Pacar, kenapa ngga ngabarin gue.?!!"

Davian menatap iris kelabu itu dengan tajam.
Tanpa kata-kata, tapi jelas raut wajahnya meneriakkan 'MENURUT LO KENAPA, BANGSAT.?'

Ekspresi kaget lingga sontak berubah, bahunya merosot turun dengan sorot mata menyesal yg tak bisa di bohongi.
Ia usap perlahan pipi pucat yg semakin tampak tirus itu.

"Maafin gue, Maafin gue... Gue salah, hp gue ilang ngga tau kemana. Harusnya gue langsung hubungin Lo, gue minta maaf pacar..."

Davian muak.
Sudah berapa kali ini terjadi.?
Berapa kali lingga menganggapnya enteng dan tidak perlu dipusingkan.?
Berapa kali di mengecewakan nya hanya karena ia yg terlalu diam, seakan tidak punya rasa.?
Seakan tidak masalah bagaimanapun lingga bertingkah.?
Davian muak sekali, ia ingin marah, ingin menendang manusia bernama lingga itu agar jauh-jauh dari hidupnya.

Tapi nyatanya ia tidak bisa.!

"Gapapa..."

Hanya itu yg bisa ia katakan.
Memaafkan nya lagi dan lagi, karena hanya dengan mendapati lingga berada disini saja, semua amarah dan rasa sakit davian seperti lenyap tak tersisa.

"Gue ngga apa-apa.." lanjut davian lagi

"Maafin gue..."

"Udahlah.."

Lingga bangkit, meraih tubuh kecil itu dan mendekapnya dengan lembut, Hela napasnya terdengar lelah.
Lelah kepada dirinya sendiri, lingga sangat sadar, bahwa semakin lama semakin sering membuat davian kecewa.
Ia tidak ingin melakukan ini, tapi entah mengapa selalu terjadi lagi dan lagi.
Berjanji tidak akan membuat davian kecewa, tapi masih juga mengulanginya.
Lingga merasa bahwa semakin kesini bukannya bertambah dewasa, tapi malah kian seperti remaja labil yg tidak bisa memutuskan atau hidupnya sendiri.

"Lo boleh marah sama gue, pacar. Lo berhak marah dan benci sama gue, gue emang kelewatan banget kali ini. Gue ngga habis pikir sama diri gue sendiri.!"

"Terus untungnya buat gue apa.?"

Nah..
Lingga kembali terhenyak mendengar kalimat itu.
Perlahan melepaskan dekapan eratnya, ditatapnya iris hazel yg tampak sendu berkabut itu.

"Seenggaknya bisa bikin Lo lega.."

"Gue udah cukup lega dengan liat Lo ada disini"

Diseberang ruangan, bian mendengus kesal.
Bukan karena ia cemburu (sebenarnya sih iya) tapi point utamanya bukan hak itu.
Melainkan bagaimana davian bisa sangat mudah lingga setelah berkali-kali dikecewakan.
Cinta dan bodoh itu memang bedanya setipis bayang-bayang.
Rasanya, bian ingin sekali mewakili davian untuk menghajar lingga satu kali lagi, setidaknya sampai pemuda itu masuk rumah sakit dan koma.
Tapi sepertinya davian sendiri tak akan suka dengan hal itu, maka ia biarkan saja rasa muak membakar hatinya sampai hangus.

"Vin, Gue—"

"Gue ngga tau sampai kapan masih punya rasa kek gini ke Lo. Selama rasa itu masih ada, apapun yg Lo lakuin gue ngga akan pernah bisa benci dan marah, tapi bukan berarti bakalan tetep begitu kalau Lo terus-terusan lakuin ini ke gue.!"

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang