10 (CdL) Season 2

511 96 30
                                    

"loh bi" bola mata milik lingga yg sipit itu tampak melebar karena kaget.. "ngapain Lo disini.?"

"Ahhh.. gue... Itu.. kan, tadi Lo nelpon gue kelihatan panik banget anjir.!! Gue kan jadi parno, takut pacar Lo kenapa-kenapa.. cuss lah gue kesini"

Bian sedang berdoa dalam hatinya, semoga lingga tidak menaruh curiga.

"Iya Juga sih.. pantes lah gue liat mobil Lo didepan.."

Thanks God.!

"Gue tadi masih meeting, jadi ngga bisa langsung kesini. Thanks banget karena Lo udah perduli sama dia, mana anaknya sekarang.?"

"Tuh.. lagi tidur, gue ngga mau ganggu. Balik deh yaa, gue ada kuliah"

Lingga mengangguk, mengangkat tangan kanan nya untuk high-five dengan bian.
Kemudian berbalik dan mengantarkan sahabatnya itu sampai kepintu.
Setelahnya, menutup pintu kembali dan berjalan dengan langkah pelan menuju kamar.
Bian bilang bahwa davian sedang tidur, maka ia tidak mau berisik.

Aahh.. benar ternyata

"Pacar.." sapanya pelan, tak ada jawaban dari Avin, tapi lingga tersenyum. Ia mendekat dan duduk ditepi ranjang, suara deritnya sama sekali tidak mengganggu, sosok kecil itu masih tampak pulas

Lingga tidak heran, biasanya davian sangat peka terhadap suara atau pergerakan kecil sekalipun sudah terlelap, Apa dia terlalu capek.?
Lalu ia membelai rambut berantakan disekitar kening bocahnya.
Sudah berapa lama memangnya Avin tidur.?
Apa sudah makan.?
Sekarang sudah nyaris tengah hari.

"Bangun, sayang..." Bisik lingga seraya menepuk pelan pipi yg merona itu

Namun tetap tak ada jawaban.

"Pacar.. ini gue, bangun dulu yuk. Belum makan, kan.? Buka matanya sayang.."

Davian berguling perlahan dan sekarang posisinya membelakangi lingga, kemudian menarik bedcover nya sampai menutupi seluruh tubuh.

"Pacar marah ya.?"

Tak ada jawaban kecuali dengung pelan yg teredam dari dari balik selimut.

"Pacar, gue kangen...." Lingga mengguncang Pelan tubuh yg masih tidak bergerak itu "Marah beneran ya.? Pacar, maafin gue ya.."

Lingga tak pantang menyerah, masih mengguncang tubuh mungil Avin, sembari menggumamkan kata maaf sesekali.
Sampai akhirnya, mungkin entah kesal atau karena apa. Davian akhirnya bangun, menyibak bedcover yg menutupi tubuhnya, kemudian menatap kekasihnya lurus tak berkedip.

"Bangun du—"

"Lingga"

Ia menyebut nama dengan sangat jelas, membuat si pemilik nama menelan Saliva dengan gentar.
Davian tidak sedang bercanda jika menyebut namanya penuh penekanan seperti itu, lingga paham sekali.
Dari dulu tidak pernah berubah.

"Lo pulang aja, jangan ganggu gue.!!"

Nah.. benar kan.?!!

"Ma-maksudnya.? L-Lo... Lo beneran marah.?"

"Harusnya Lo cukup pintar buat tahu tanpa harus gue ngomong lebih dulu"

"Maaf..."

"Simpen aja maaf Lo sampe Lo bener-bener ngerti gimana cara make nya.!!"

Lingga tercekat, netra yg biasanya berbinar lembut, kini tampak begitu suram.
Menghujam lurus tanpa ragu sedikitpun kearah lingga.
Davian tidak pernah takut menatap mata lawan bicaranya.

"Pacar, gue cum—"

"Lo boleh keluar sekarang, jangan lupa tutup pintu"

Setelah itu, ia kembali merebahkan diri.
Mengubur tubuhnya dalam bedcover hitam seperti tadi.
Meninggalkan lingga yg tenggelam dalam rasa bersalahnya.

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang