11 (CdL) Season 2

629 118 31
                                    

Jam tiga sore, davian membuka mata.
Dunia disekitarnya masih terasa terbang melayang selama beberapa saat.
Pemuda itu berbaring menatap lurus atap-atap langit kamar yg terasa bergerak-gerak, seperti awan putih diluar sana.
Wah... Berapa banyak tablet yg ia telan kemarin.?
Efeknya sangat luar biasa, ia tidur sampai mimpi pun tidak.

Setelah putaran di kepalanya agak reda, ia mengubah posisi menjadi duduk.
Mengusap wajah dengan telapak tangan, memikirkan kembali semua hal yg membuatnya merasa begitu putus asa, kemarin.
Hanya saja, setelah lebih dari dua puluh empat jam tertidur, sekarang semua kenyataan itu tidak begitu terasa mengerikan lagi.

Kalau ia cemburu, ya sudah, memang sudah seharusnya.
Tapi di pikirnya, tidak perlu memperpanjang masalah lagi.
Kalau lingga bilang tidak, berarti memang tidak.
Tak ada gunanya ia overthinking sampai seperti ini.
Lihat kan.? Davian Alexis sekarang sudah sedewasa itu.
Ahh, tidak juga sih.
Lebih karena, ia tidak suka ribut saja.

Mungkin sekarang ia perlu sedikit healing dengan menemui manusia lain, pergi bekerja sepertinya ide bagus.
Maka pemuda itu bergegas untuk bangun, melangkah menuju kamar mandi, sebelum langkahnya terhenti ditengah jalan.
Kedua mata hazelnya terbelalak penuh, menatap sosok yg sedang tertidur lelap diatas sofa ruang tengah.

"Lingga.??!"

Apa ini masih pengaruh obat.?
Tapi ini nyata sekali.?

Melangkah perlahan dan berdiri disamping sosok itu, Davian menatapnya lekat-lekat.
Masih mengenakan kemeja putih dan celana kerja.
Jas hitam nya tersampir di ujung sofa yg lain.
Sementara sepasang sepatu pantofel nya teronggok sembarangan di sudut ruangan.
Baiklah, ini memang lingga asli, bukan halusinasi.
Sepertinya sudah berada di situ setelah pulang kantor.
Mau tak mau Avin jadi kasihan juga.
Apakah ia sudah lama tertidur di sofa sana.?

"Lingga.." di sentuhnya pelan pipi pemuda itu, ia bergerak sedikit karena merasa terganggu "Bangun.."

"Hem..."

"Bangun..."

Mata sipitnya terkuak sedikit, menyadari apa yg terjadi, ia buru-buru melompat duduk sembari mengusapi wajah dengan telapak tangan.

"Pacar.? Astaga, akhirnya Lo bangun juga.? Lo ngga apa-apa kan.?"

"Dari kapan Lo disini.?"

"Dari kapan ya.? Rasanya udah berjam-jam yg lalu sih.." lingga mengucek mata sekali lagi, sebelum kembali memandangi bocah kesayangan nya dengan cemas "Lo ngga bisa di bangunin, pacar. Gue takut Lo kenapa-napa.."

Davian hanya balas memandang dengan malas.

"Lo sama sekali ngga bangun dari kemarin siang, Lo tidur selama itu"

"Udah biasa.."

"Jangan di biasakan"

Wajah tampan itu kentara sekali sedang khawatir, ia berkali-kali menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Kalau aja tadi Lo ngga keluarin suara pas gue bangunin, kali udah gue bawa lari kerumah sakit. Untung aja Lo masih nyahutin dikit, jadi gue masih percaya kalau Lo tidur" lagi, lingga menggeleng dengan putus asa "Pacar, jangan sakiti. Diri sendiri. Lo boleh sakitin gue kalau emang harus banget"

"Emang Lo pikir gue ngapain.?"

"Minum obat lagi kan.? Iya kan.? Berapa banyak yg udah Lo Telen sampe ngga bisa bangun kayak gitu.?"

Tentu saja lingga tahu, laci nakas terbuka lebar saat davian menoleh untuk mengecek.

"Lo pikir gue begitu karena apa.?"

"Pacar..... " Lingga meraih kedua tangan Avin, kemudian mendongak dan menatapnya dengan ekspresi memohon "Gue minta maaf. Jangan gini lagi, Lo bener-bener bikin gue takut. Maafin gue pacar, gue salah. Harusnya gue lebih peka, Lo diem bukan berarti Lo baik-baik aja. Gue bego, terlalu anggep enteng keadaan Lo, maafin gue please. Ngga akan gue ulangi lagi"

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang