17 (CdL) Season 2

610 119 32
                                    

"Makasih kak, sorry ngrepotin. Buru balik deh Lo"

Davian berhenti di mulut gang menuju rumahnya, sengaja meminta aska berhenti disana agar anak itu tidak usah putar balik motor nantinya.

"Ngga usah mampir, udah malem" lanjutnya

"Orang mah dimana-mana kalau udah di anterin ya nyuruh mampir, Bambang.!!"

"Gue bukan orang-orang"

"Untung gue ngga belok, Kalau belok udah gue culik gue bawa pulang Lo kak. Yaudah sana, masuk"

Davian mengangguk, melambaikan tangan sebelum membalikkan badan, melangkah lunglai menuju pintu rumahnya.
Ini hari yg melelahkan, davian berpikir, mungkin tidak usah mandi dan langsung tidur saja.
Tapi, bukankah itu jorok.? Ia banyak berkeringat hari ini.
Meski parfum pemberian lingga yg katanya asli dari Paris itu efektif menjaganya tetap wangi sepanjang hari, tapi tetap saja kan.?
Haahh.. kenapa harus ada istilah mandi dalam hidup ini.?

Pemuda itu memutar kunci, lalu masuk kedalam rumah tanpa menghidupkan lampu ruang tamu yg memang jarang di hidupkan.
Ia selalu pulang larut malam, jadi tak merasa perlu berkegiatan di ruang tamu lagi.
Satu yg selalu davian syukuri dalam hidupnya adalah, ia tak memiliki tetangga satu ekor pun, kenikmatan hidup tak terkira bagi seorang introvert akut sepertinya.

Mengalah dengan ego, akhirnya pemuda itu memasuki kamar mandi.
Kurang dari sepuluh menit kemudian, sudah keluar lagi dengan rambut basah, ternyata semudah itu jika sudah dilakukan.

"Pacar, Lo jahat banget.!"

Terlonjak kaget, ternyata sudah ada makhluk lain yg sedang duduk anteng di atas sofa depan pintu kamarnya.

"Dari kapan Lo disitu.?"

"Lo ninggalin gue, lebih milih pulang sama es lilin itu. Padahal tadi gue harus kabur dari rumah buat jemput Lo"

Davian mendengus setelah mendengar penuturan lingga.
Ia masuk kamar dengan cuek sembari menggosok rambut cokelatnya dengan handuk kecil, mengabaikan wajah merana yg kekasihnya pasang untuk menarik perhatian.

"Pacar denger gue ngga sih.?" Lingga berseru, bangkit dari sofa dan mengekori bocahnya masuk kamar

"Ngga ada nyuruh Lo" tukas davian "Bukan nya Lo lagi dinner sama Justin.? Segitu sibuknya sampe minta bocah itu buat hubungin gue.? Segitu ngga bisa nya ngomong sendiri kah.?"

"Enggak.! Nggak gitu, gue ngga tau kalau papi ngadain acara kek gituan dirumah. Tadinya gue pikir bakalan dinner berdua aja sama mami, gue juga ngga tau Justin dapet nomor Lo dari mana. Sumpah.!!"

Lingga memegang kedua bahu davian, membalikkan tubuh kecilnya hingga mereka berhadapan.
Dengan sungguh-sungguh, lingga tatap iris hazel yg selalu ia sukai.

"Maafin ya.? Mau nolak tapi gue ngga bisa, ngga mau bikin masalah sama papi. Please, sorry. Jangan marah, please..."

Lingga takut bocah kesayangan nya marah lagi, ia merasa dirinya sangat payah karena berkali-kali mengecewakan davian.
Menunduk dalam, akhirnya ia tak sanggup Lagi untuk terus menatap mata cokelat itu.

"Ngga apa-apa.."

Perlahan lingga mengangkat wajahnya.

"Gue ngga marah.."

Pemuda tampan itu hanya terkesima tanpa mengatakan apa-apa, kedua tangan nya yg masih berada di pundak merangkak naik, menangkup sisi rahang davian.
Kemudian merapat, mengikis jarak diantara mereka, ciuman yg lembut ia jatuhkan, menimpa bibir kekasih yg hanya diam.

Tetes air yg masih berjatuhan dari rambut basah davian menimpa tangan, aroma lembut dan deru napas hangat bocah itu membuat lingga lupa ingatan.
Davian selesai mandi, dengan tubuh setengah basah begini, adalah ekstasi dalam takaran paling tinggi yg seketika membuat lingga overdosis.
Menyesatkan akal sehat.!!

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang