02(CdL)

1.2K 127 20
                                    


Happy Reading

Brakk....

Avin mencoba membuka matanya yg masih terasa begitu berat, ia melirik jam weker di atas nakas yg menunjukkan pukul setengah lima pagi, apa gerangan yg membuat suara sekeras itu hingga mengusik tidur nya.?

"LO BRENGSEK..."

"LO YG BRENGSEK, JALANG..."

Di pejamkannya mata kembali setelah mendengar suara teriakan dari luar kamarnya, bukan hal yg cukup memancing rasa ingin tau, ia mendengar suara teriakan seperti itu hampir setiap hari, sampai ia acuh dan tidak perduli lagi.

Dua jam kemudian....

Avin baru keluar dari kamar, seragam abu-abu putih yg mulai lusuh menempel apik di tubuhnya. Dengan tas ransel disebelah bahu, Pemuda itu berhasil memasangkan peniti di resleting tas miliknya yg terkoyak akibat ulah Vani dan kedua budaknya.

"Bangun juga, gue pikir Lo mati.!"

Ucap seorang perempuan berambut panjang berwarna pirang, yg sedang duduk diatas sofa. Avin menoleh, ia tersenyum pada perempuan bernama Lilis yg tidak lain adalah ibu nya, asap rokok menguar melingkupi sekitaran perempuan itu.

"Apa.??" Sentaknya... "Nunggu apa.? Gue ngga ada duit.! Udah, pergi sana Lo.!"

Avin tidak merasa punya jawaban, maka ia bergegas menuju pintu depan, melangkahi ruang tengah rumahnya yg tidak bisa disebut dengan ruang tengah, lebih seperti barak pengungsian.

"Hai anak manis..." Sapa seorang lelaki berperut buncit yg sedang rebahan di atas sofa sembari memainkan ponselnya... "Mau sekolah ya.? Kenapa berdiri disitu.? Atau mau tidur sama om.?"

Avin bergidik ngeri, pria itu menyeringai. Memelototinya seperti serigala yg bertemu dengan mangsanya, buru-buru Avin berjalan keluar rumah dan meninggalkan pria tua itu.

Tujuh belas tahun hidup dalam neraka seperti ini. Tujuh belas tahun atau malah delapan belas.? Ia sendiri bahkan lupa berapa umurnya sekarang.

Masih terlalu pagi untuk sampai di sekolah, karena Avin hanya perlu sepuluh menit berjalan kaki, ia harus memastikan sampai disekolah tepat saat bel berbunyi, karena ia tidak perlu berbasa-basi dengan siapapun.

Apalagi peristiwa yg terjadi akhir-akhir ini sepertinya membuat usaha pemuda itu untuk menjadi bukan siapa-siapa mulai terganggu, Avin sangat menyesal, mengapa begitu bodoh sampai harus berurusan dengan lingga.

Hari-hari nya sekarang tak akan pernah sama lagi dengan sebelumnya, padahal ia sudah berjuang untuk tidak mengenal siapa-siapa selama dua tahun, tinggal satu tahun lagi sebelum lulus.

Sungguh merepotkan....

Apakah ia harus berhenti sekolah saja.? Tapi itu bukan ide yg bagus, lalu apa yg akan di lakukan nya jika tidak sekolah.? Lilis sudah berulang kali hendak menjualnya pada om-om penyuka bocah. Dan sekolah satu-satunya tempat untuk Avin berlindung, sama dengan menyerahkan diri ke lubang buaya jika ia meninggalkan sekolah.

Apakah harus minggat dari rumah.? Atau lebih baik bunuh diri.? Avin memang mencintai tuhan. Tapi nyalinya tidak sebesar itu untuk menemui tuhan nya lebih cepat.

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang