18(CdL)

1K 151 17
                                    

"Siapa, gue tanya.?"

"Bukan masalah besar."

"Sebutin namanya.!"

Avin tidak bisa membayangkan, mungkin setelah nya ia akan di cap sebagai cowok cengeng dan tukang ngadu.

"Ngomong ngga Lo.? Jangan bikin gue emosi.!"

"Gue harus ketemu sama wali kelas seb —"

"Sialan.!"

Avin sungguh tidak mengerti mengapa lingga semarah ini.
Bukankah, seharusnya dirinya yg marah.?
Pemuda itu melangkahkan kaki untuk meninggalkan lingga.
Percuma saja memperdebatkan hal seperti ini.
Salinan materi yg di janjikan ibu guru jauh lebih penting dari.....

Bugh...

Bahu Avin di tarik paksa, sesaat bersama pukulan keras yg membuatnya melayang, kemudian jatuh menghantam dinding.

Sesaat, dunia rasanya berhenti...

Keduanya terdiam dalam posisi masing-masing, karena serangan gelombang kejut.
Avin terjatuh.
Badan nya bersandar pada dinding dengan sudut bibir pecah berdarah.
Sementara lingga.
Berdiri mematung dengan mata terbelalak, seakan roh nya yg tadi terbang baru saja kembali menempati tubuhnya, dan menyadari apa yg baru saja ia perbuat.

"A-Avin... Sorry... Sorry..."

Avin bangkit, rambut dan baju nya berantakan.
Menyeka sedikit darah di ujung bibirnya.

"Vin... Gue ngga sengaja.."

"Lingga.!! Apa yg kamu lakukan.?"

Koridor yg awalnya ramai itu mendadak hening.
Seluruh pasang mata menatap kedua pemeran utama yg masih berdiri ditempatnya masing-masing.
Guru wali kelas yg kebetulan berada di tempat kejadian, berlari menghampiri.

"Lingga, apa yg kamu lakukan.?" Teriak ibu guru itu histeris... "Masalah apa lagi ini.? Tolong jangan seperti ini lingga.! Tanpa kamu melakukan ini pun, kami semua sudah mengerti siapa kamu.!"

Tentu saja mereka masih mengira, bahwa lingga melakukan ini untuk bersenang-senang seperti biasanya.

Namun selanjutnya, seluruh pasang mata yg berada ditempat tersebut menatap heran.
Bukan kepada Avin yg sudah terlalu biasa menjadi objek bullying.
Namun pada Arjuna sekolah mereka saat ini.
Lingga terbelalak dengan wajah tak percaya, iris hitam legam di balik kelopak sipitnya bergetar panik.

Kenapa dengan lingga.?
Bukankah biasanya, ia hanya akan meludah dengan angkuh, sekalipun korban nya sudah sekarat.?

Namun sayangnya, mereka yg ada disana tidak mengetahui, bahwa lingga baru saja menghajar bocah kesayangannya.
Yg mana kemarin dirinya telah berjanji untuk tidak melukai dan menyakitinya, sampai mati.

"Avin, kamu tidak apa-apa.? Ibu antarkan ke UKS ya.?"

"Tidak apa-apa Bu, tadinya saya mau menemui ibu untuk menanyakan materi pelajaran" jawab Avin

"Ayo ikut ibu ke kantor"

Pemuda itu berlalu, seakan tidak pernah ada yg terjadi, seakan tidak pernah ada sosok tampan yg mematung di hadapan nya, membawa ekspresi datarnya seperti biasa.

Ekspresi datar yg bagi lingga terlihat sangat mengerikan...

"Nah, gitu dong. Baru kita suka.!" Galang menyikut Gavin sembari menyeringai, keduanya sedang menatap dari jauh, melihat drama kolosal siang itu dengan hati puas

"Lo aja, bukan kita.!" Jawab Gavin

****

Rasanya sudah lama sekali Avin tidak melakukan ini, duduk sendirian saat pulang sekolah, menikmati hari yg beranjak surup, ditemani lampu taman yg temaram.
Langit sudah menggelap, hanya tersisa sedikit bias jingga di arah barat, Avin menatap beberapa bintang, yg mulai bermunculan di atas sana.

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang