22 (CdL) Season 2

440 99 39
                                    


Hal pertama yg davian ingat dan pikirkan saat membuka mata Adalah ponselnya.
Ia meraba-raba nakas disampingnya, terbiasa meletakkan benda pipih itu disana.
Hal itu sudah terekam dengan baik dialam bawah sadar, sehingga dalam keadaan setengah tidur sekalipun, ia bisa meraih ponselnya dengan tepat tanpa meleset.
Tapi kali ini, si bocah davian sudah menjulurkan tangan nya semaksimal mungkin, meraba-raba kesana kemari.
Namun tak sedikitpun ujung jarinya menyentuh permukaan nakas yg menempel dengan ranjang.
Apakah ada yg sudah menggeser benda pipih tersebut.? Bergerak sedikit untuk berpindah posisi, ia meraba-raba lagi.
Tunggu, Sejak kapan ranjang nya menjadi seluas ini.?

Davian paksakan membuka mata selebar-lebarnya, memastikan bahwa dirinya sudah benar-benar sadar.
Pasangan nya yg masih buram perlahan mulai fokus.
Menemukan dirinya tengah duduk diatas sebuah ranjang empuk super king size, dengan bedcover berwarna navy dan abu-abu yg berlapis-lapis.
Rasa hangat dan nyaman menyelimuti separuh tubuhnya.

Dimana ini.?
Ruangan besar dengan perabotan bernuansa abu-abu elegan, ini jelas bukan kamarnya.
Lantai kayu coklat mengkilap, juga jendela seluas dinding dengan lapisan tirai putih transparan membentang di bersebarlah kanan nya.
Serta sebuah smart tv yg juga sebesar dinding, terpasang dengan sempurna menghadap ranjang tempatnya duduk.
Astaga, Dimana ini.?

Davian penasaran, Berusaha bangun dari tempat tidur, namun ketika ia menggeser tangan nya, rasa sakit yg menyengat membuatnya urung.
Saat ia menoleh, tampak selang infus menancap di punggung tangan kiri, sementara kantong nya dipasang ditiang sebelah ranjang.
Pantas saja sakit ketika tak sengaja tertarik tadi.
Batal beranjak dari tempat tidur, pemuda bersurai cokelat itu kembali duduk diam, menikmati rasa penasarannya serta memutuskan untuk menunggu saja seseorang yg mungkin akan muncul setelah ini.

Apakah Dia....

"Hai, Pagi..."

Oh, benar sekali.
Tentu saja, bagaimana davian bisa lupa.?
Semalam, ia menelepon bian, meminta pertolongan karena sudah tidak kuat menahan sakit.
Pagi ini, pemuda itu muncul dengan senyum nya yg kelewat manis.
Bisa jadi, ini adalah kamar milik bian.

"Udah bangun.? Gimana perasaan Lo.? Masih ada yg sakit ngga.?"

"Gue dimana.?"

Pemuda jangkung itu perlahan mendudukkan diri disisi ranjang, kedua netra hitam nya memandang davian lekat-lekat.

"Di apartemen"

Masuk akal, ruangan sebagus ini pastilah apartemen, davian baru tahu jika bian memiliki apartemen sendiri.
Semua anggota geng lingga kan bukan putra dari orang sembarangan.
Seharusnya tidak perlu heran.

"Apartemen Lo.." lanjut bian lagi

Ohh — Tunggu, apa.?

"Iya, ini apartemen Lo Vin. Sama sekali ngga inget ya.?" Bian menatap lurus iris hazel davian "Jadi semalem itu gue Dateng barengan sama bapak-bapak yg ngaku driver pribadi Lo, kita sempet berantem pas mutusin mau bawa Lo kemana. Gue maksa bawa Lo kerumah sakit punya keluarga lingga aja, tapi ngga jadi"

Entah mengapa, davian justru bersyukur karena tidak jadi dibawa kerumah sakit itu.

"Mana gue percaya, kan.? Keajaiban dunia macem apa yg bikin Lo tiba-tiba punya driver pribadi.? Tapi kemudian gue liat Lo udah ngga sadar dan takut keadaan Lo tambah buruk, gue sama sekali udah ngga bisa mikir apa-apa lagi. Dan akhirnya berakhir lah Lo disini"

Davian menghembuskan nafas dengan jengah, ia ingin mengumpat keras dan pulang kerumah nya sendiri saja.
Tapi rasa nyeri yg berdenyut di sekitar perut juga punggung tangan, membuatnya urung.
Jadi, ini adalah ulah laki-laki bernama Frans beserta ajudan presiden nya itu.

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang