15(CdL)

1.1K 161 19
                                    


Matahari bersinar cerah diluar sana.
Avin duduk diam diatas ranjang, menatap cahaya terang yg membuat taman didepan ruangan tempatnya tinggal, sekarang tampak benderang.

Hari ini.
Dokter Sagara sudah mengizinkan nya untuk pulang, setelah empat hari dirawat karena tipus.
Walaupun jika boleh memilih, pemuda itu ingin tinggal dirumah sakit saja selamanya.
Jadi tukang jaga kamar jenazah pun tidak apa-apa.
Daripada harus kembali ke — ahh, sudahlah.
Tak ada gunanya meracau.
Karena Avin tahu, bagaimana pun tuhan sudah menggariskan hidupnya yg menyedihkan ini.

"Hai Pacar."

Avin menoleh.
Mendapati sosok tampan yg memasuki ruangan dengan wajah cerah seperti matahari diluar sana.
Namun, sedikit kernyitan nampak di dahi Avin.
Saat melihat sesuatu selain raut tampan yg cerah itu.
Ada luka kecil di sudut bibir dan pipi kanan lingga, baru Avin sadari saat ini, ketika hari terang benderang.

"Apa.? Gue seganteng itu kah.?"

"Lo habis di hajar massa.?"

Diam Selema beberapa detik, akhirnya lingga mengerti dengan apa yg di maksud Avin.

"Ouh ini.? Biasalah.."

Bagi lingga, baku hantam dengan kawan se-gengnya atau di tampar oleh ayah nya, itu adalah hal biasa yg tidak perlu di besar-besarkan.

"Yuk pulang Yuk.."

Avin tak menjawab.

"Kenapa.? Bukan kalau orang masuk rumah sakit, biasanya pengen cepet pulang ya.?"

"Gue Engga.!!"

"Gue tau.! Lo mau terus bareng sama gue kan.?"

Avin memicingkan mata meski tidak mengatakan apapun.
Sekarang bahkan tidak protes lagi saat lingga menyebutnya PACAR.

"Mau gue peluk ngga.?"

"Engga.!!"

"Tapi gue nya mau.!"

Lingga merentangkan tangan, meraih tubuh kecil yg belakangan ini tampak makin kurus.

"Gue ngga bisa nafas.!" Keluh Avin

"Bodo amat.!"

"Gue ngga mau mati di tangan Lo.!"

"Cuma gue yg boleh ngebunuh Lo.!"

Namun, pelukan itu tak juga usai.
Meski mengeluh dan mengumpat, tapi Avin munafik.
Tetap diam dalam pelukan hangat lingga, walau dirinya tak membalas.

"Davian Alexis.." panggil nya pelan

"Apa.?"

"Kayak nya, gue beneran cinta sama Lo.!"

"Lo pikir gue percaya.?"

Lingga menghela nafas berat.
Melepaskan pelukannya, kemudian menggenggam kedua bahu Avin.
Membungkuk agar wajah keduanya bisa sejajar.

"Apa yg bikin Lo ngga percaya.?"

"Berapa kali Lo bilang jijik sama gue.?"

"Avin, itu dulu.!"

"Dulu atau sekarang sama aja, ngga ada manusia yg bisa di percaya di dunia ini.!"

Sekali lagi lingga menghela nafas berat.
Mengapa bocah ini skeptis sekali.? Apa dia tidak tahu, ada banyak gadis di luar sana yg bisa kejang-kejang, jika mendapatkan ungkapan cinta dari tuan muda Pradipta?

Aahhh... Sayang nya Avin bukan seorang gadis...

"Gue ngga akan maksa biar Lo percaya, tapi jangan pernah nyuruh gue berhenti buat gangguin Lo lagi, oke.?"

Cinta Dan Luka (YoonMin) SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang