15. Luka

2.3K 82 4
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Athe berjalan cepat menuju ke kostnya setelah memarkirkan sepedanya di parkiran bawah. Gadis itu menaiki tangga dan langsung menuju ke pintu kamar kostnya.

Dengan tergesa Athe membuka pintu kostnya yang sudah tidak terkunci, gadis itu masuk dan kembali menutup pintunya.

"Kak? Kok bisa?" tanya Athe.

Gadis itu menaruh tasnya dan langsung menghampiri Ale yang sedang tiduran di atas kasurnya. Ada luka di tangan di pemuda itu.

Ale menoleh, pemuda itu mengubah posisinya menjadi berbaring dan menatap Athe. "The.."

Athe memegang tangan kanan Ale, di lengan pemuda itu ada luka yang terlihat belum mengering. "Kok bisa luka gini sih Kak? Gimana?" tanya gadis itu khawatir.

Ale meringis pelan saat tangan Athe sedikit menekan lengannya. "Tadi kaca jendela cafe pecah. Lo tau kan semalem ada tawuran itu? Kayaknya kena lempar batu kacanya soalnya di dalem ada batu. Tadi gue mau nyopot kaca yang masih ada di jendela eh malah kena gini.." jawab pemuda itu.

Athe berdecak. Gadis itu memang juga sudah  tau kalau di sekitaran daerah kostnya semalam ada tawuran. Di grup kostnya ada info. Kejadian seperti ini sebenarnya jarang sekali terjadi tapi mungkin semalam memang hari apes untuk cafe Ale karena sampai terkena lemparan batu.

"Lo tuh kenapa gak ati-ati sih? Mau nyopot kaca tuh yang bener, ini dalem loh lukanya. Pasti sakit? Iya kan?" tanya Athe mendongak menatap Ale.

"Gak kok, cuma perih dikit." jawab pemuda itu.

Athe menatap luka Ale lagi, lukanya cukup dalam dan di sekitaran luka itu ada bekas darah yang mengering. "Lo tuh ih! Gak ati-ati banget!" kata gadis itu.

Mata Athe mulai berkaca-kaca, melihat luka Ale membuat sebuah kenangan buruk yang pernah terjadi kembali melintas di ingatannya.

Ale yang menyadari bahwa Athe akan menangis langsung menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "Hey, jangan nangis dong. Gue gapapa, beneran." kata pemuda itu sambil mengusap punggung Athe pelan.

Athe terisak, gadis itu memukul-mukul dada Ale pelan. "Lo tuh gak ati-ati, gue khawatir Kak.." kata gadis itu dengan lelehan air mata yang mulai mengalir.

Ingatan tentang kejadian di masa kecil mereka kembali terbayang. Kejadian dimana Ale terluka saat menolongnya.

Flashback

"Abang! Kak Ale tungguin! Jangan lari! Tungguin Athe!" Athe berteriak memanggil Barun dan Ale yang sudah berlari di depannya sambil membawa layangan.

Gadis kecil itu memegang erat boneka Keropi yang sedang dia bawa.

"Abang! Tungguin!" teriak Athe. Kaki kecilnya berusaha terus berlari mengejar Barun dan Ale.

Klandestin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang