41. Kebersamaan

1.5K 67 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Ale membuka matanya, pemuda itu menoleh ke samping namun tidak mendapati siapapun di sana. Helaan nafas berat terdengar dari sela-sela bibirnya. Pemuda itu akhirnya menatap ke arah langit-langit.

"Gue kangen tidur sama lo The, cuddling semaleman. Hah~ lama banget sih nunggu lo semesteran.." kata pemuda itu.

Terbiasa sering tidur berdua sudah membuatnya terlalu nyaman. Dia jadi merasa aneh jika tidak tidur bersama Athe. Rasanya seperti kosong dan hampa karena tidak ada yang dia peluk.

"Kak? Udah bangun?"

Ale menoleh ke arah pintu kamarnya, pemuda tersenyum melihat Athe. "The?"

Athe masuk ke dalam kamar Ale sambil membawa baskom berisi air es dan juga handuk. "Kirain belom bangun, nih kompres dulu muka lo biar cepet mendingan lebamnya." kata gadis itu menaruh baskom yang dia bawa ke atas nakas.

Ale masih menatap Athe, tangannya meraih tangan sang gadis dan menggenggamnya erat. "Gue kira lo pulang ke kost.." ucapnya.

Athe mendengus, gadis itu menarik tangannya dan membungkus es batu menggunakan handuk kecil. "Gue kan nginep Kak, tidur sama Kak Jo di kamar sebelah. Lupa?" tanya gadis itu.

Ale mengedipkan matanya beberapa kali. "Ah iya, udah  biasa tidur bareng sama lo. Jadi kalo lo gak di samping gue ya gue mikir lo udah pulang ke kost." kata pemuda itu.

Athe menghela nafas, gadis itu menempelkan handuk yang dia pegang ke wajah Ale yang lebam. "Gue kan libur hari ini. Jadi bisa nemenin lo.." kata gadis itu.

Senyuman Ale merekah, pemuda itu menarik tangan Athe hingga sang gadis jatuh terduduk di pinggiran ranjangnya. "Beneran? Lo bakal disini seharian kan?" tanyanya antusias.

Athe mengangguk. "Iya, tapi tetep sama Kak Jo. Mami sama Papi gak bakal ngasih izin kalo kita cuma berduaan jadi harus tetep ada Kak Jo yang ngawasin." jawab gadis itu.

Mendengar jawaban Athe membuat Ale langsung berdecak, pemuda itu memajukan bibir bawahnya. Dia kira mereka bisa berduaan seharian ternyata Joan tetap mengawasi.

Melihat ekspresi Ale membuat Athe terkekeh. Dengan wajah yang bengkak dan ekspresinya itu Ale terlihat sangat menggemaskan. Dalam keadaan seperti inipun Ale tetap mempesona di matanya. Dia sudah benar-benar jatuh terlalu dalam pada pesona seorang Ale.

"Ngapain ketawa? Ngetawain muka gue ya lo? Gue kayak gini demi bisa damai sama Barun ya The. Lo jangan ketawa." kata Ale sambil mendengus kesal.

Athe malah semakin terkekeh. Gadis itu meletakkan handuk yang sebelumnya dia pegang dan mengusap wajah Ale. Kekehannya berhenti dan berganti dengan sebuah senyuman.

Satu kecupan singkat gadis itu hadiahkan pada permukaan bibir Ale.

"Makasih ya Kak, udah mau berkorban sampe babak belur gini buat hubungan kita." kata gadis itu tulus.

Klandestin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang