26. Hukuman

2.5K 79 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Athe melempar tasnya ke atas kasur, gadis itu berdiri di depan kaca menatap penampilannya yang sedikit berantakan.

"Aaarggh! Emang bener-bener ngeselin semua! Gak Sam, gak Selena, gak Kak Ale! Semua nyebelin, gue cuma pengen cari makan aja tapi semua malah bikin kesel! Anjing emang!" teriak gadis itu sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

Athe menghentakkan kakinya kesal, gadis itu benar-benar heran. Kenapa sih semua malah semakin membuatnya kesal. Dia tadi mengajak Sam ke acara kuliner karena tidak ingin melihat Ale yang sedang bersama Selena. Dia ingin mengalihkan kekesalannya dengan cara mencari makan di acara kuliner itu.

Tapi kenapa malah Ale dan Selena menyusulnya ke sana? Kenapa juga Selena semakin menyebalkan, gadis itu benar-benar membuatnya kesal. Apalagi dengan kata-katanya yang seolah mendorong agar dirinya dan Sam pacaran. Argh! Menyebalkan sekali.

Sam juga, kenapa malah meladeni Selena. Dia jadi semakin kesal, niat ingin refreshing malah semakin kesal saja. Ale juga, pemuda itu malah berdebat dengan Sam. Kepalanya jadi pusing karena mereka bertiga.

"Bener-bener ya, keknya gak damai banget hidup gue anjir. Pengen tenang aja gak bisa." kata Athe sambil menatap bayangan dirinya di depan cermin.

Athe menghela nafas, gadis itu berjalan menuju ke arah kulkas dan mengambil botol air miliknya. Athe duduk di atas karpet sambil bersandar pada kasurnya. Gadis itu meneguk air dingin yang ada di dalam botol untuk sekedar meredakan rasa haus juga rasa kesal yang kini sedang melingkupi dirinya.

"Hah~" Athe menutup kembali botol minumnya.

Gadis itu menyandarkan kepalanya pada kasur, matanya menatap ke arah langit-langit kamar kostnya.

Athe mulai berfikir, Selena benar-benar niat mendekati Ale. Gadis itu secara terang-terangan terus mendekat dan berusaha untuk akrab dengan Ale. Entah dengan alasan apapun tapi Athe bisa melihat jelas kalau Selena benar-benar ingin mendapatkan Ale.

"Gue gak takut sih, tapi Selena emang cantik.." gumam Athe sambil menghela nafas. Tangan gadis itu bermain-main di atas karpet bulu yang kini tengah dia duduki.

Ale memang selalu mengatakan kalau dia sudah menjadi pemenang dan mendapatkan hati pemuda itu seutuhnya. Athe percaya, sangat percaya. Selama mereka saling mengenal Ale memang tidak pernah 'nakal' kalau soal perempuan. Pemuda itu selalu mengutamakan dirinya.

Tapi sebagai seorang perempuan selalu terselip rasa takut di hatinya. Dia tidak meragukan kesetiaan Ale karena sudah jelas selama ini Ale memang selalu hanya untuknya. Tapi ya tetap saja kalau ada gadis-gadis cantik yang berusaha mendekati pemuda itu dia takut. Namanya godaan ya siapa tau ada yang bisa membuat berpaling, kan?

Athe juga kadang merasa takut kalau misalnya Ale tidak bisa sabar menunggu dirinya yang masih ingin menyelesaikan kuliah dan membuka Bakery dulu.

Belum lagi sekarang orangtua Ale sudah sering kali menyinggung soal pasangan pada pemuda itu. Memang sih umur Ale sekarang sudah pantas untuk berkeluarga, dan wajar kalau misal kedua orangtuanya selalu membahas soal membawa pasangan ke rumah dan dikenalkan pada mereka.

Klandestin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang