Jatuh cinta pada adik dari sahabat sendiri?
Ya, Aldrean mengalaminya. Jatuh cinta pada Athea yang merupakan adik dari sahabatnya sendiri. Aldrean jatuh cinta pada Athea bahkan sebelum dia tau apa arti 'cinta' itu sendiri.
"Kissin' and hope they cau...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
Athe menghela nafas sambil melihat ke arah layar laptopnya yang sedang menampilkan adegan dari film action yang tengah dia tonton. Selama libur tidak banyak yang Athe lakukan, gadis itu lebih suka berada di rumah dan menonton film seperti ini di malam hari. Gadis itu sesekali juga memutar-mutar cincin pemberian Ale yang ada di jari tengahnya.
Entah kenapa dia masih saja merasa sedih, padahal sudah lewat dari seminggu sejak kegagalannya memenuhi syarat dari Papi Herman tapi tetap saja dia merasa sedih dan kecewa pada dirinya sendiri.
Meski Ale selalu mengatakan kalau tidak apa-apa dan akan tetap menunggu sampai kapan pun tapi rasanya Athe tidak senang. Dia masih merasa sedih, dia kecewa karena merasa masih kurang berusaha untuk belajar dan mendapat nilai sempurna pada ujian semester kemarin.
Athe menggigit bibir bawahnya, kalau menunggu sampai dirinya lulus masih sekitar setahun lagi. Sebenarnya tidak lama tapi entahlah, sejujurnya dia merasa kalau dia yang sekarang lebih ingin menikah dengan Ale. Dia ingin benar-benar terikat dengan Ale dan memiliki pemuda itu seutuhnya.
"Kak, gue pengen nikah sama lo.." gumam Athe sambil mengusap cincin pemberian Ale yang kini tidak pernah lepas dari jarinya.
Suara ketukan pada pintu balkonnya membuat Athe langsung menoleh. Athe dapat melihat bayangan seseorang dari balik tirai yang menutupi pintu kaca balkonnya itu.
Senyuman di bibirnya merekah karena tau siapa yang kini sedang berada di sana. Athe dengan cepat berdiri dan menuju ke arah pintu balkon. Gadis itu dengan cepat membuka pintu balkonnya.
"Kak Ale!" pekiknya senang.
Ale tersenyum, pemuda itu langsung masuk dan membiarkan Athe menutup pintu balkon lagi. Mereka berdua berjalan menuju ke arah karpet yang ada di samping tempat tidur Athe dan duduk di sana.
"Nih, donat sama lemon tea. Ada churos sama coklat juga, gue tadi nyari cromboloni tapi gak ketemu jadi cuma bawa itu aja. Lo tadi bilang lagi gak mood, kan? Lagi dapet ya?" tanya sambil Ale meletakkan kantong plastik berukuran lumayan besar berisi segala macam jajanan yang di bawa untuk Athe.
Athe menatap Ale, terharu karena pemuda itu membawakan makanan-makanan manis yang dia suka. Gadis itu menatap tangan Ale yang masih memakai penyangga.
"Lo tadi naik tangga?" tanya gadis itu.
Ale mengangguk. "Iya, ya masa lewat depan? Gak bakal boleh lah sama Papi, udah jam dua belas gini gak mungkin gue diizinin buat nemuin lo." jawabnya.
"Kaaak, bahaya tau. Tangan lo masih pake penyangga gini. Apalagi lo sambil bawa kresek gede. Ih lo tadi gimana manjatnya? Lo pegangan gimana Kak? Bahaya banget tau." kata Athe khawatir.
Gadis itu tidak habis fikir, bisa-bisanya Ale nekat memanjat tangga dengan keadaan satu tangannya yang masih memakai penyangga dan membawa kantong plastik besar pula. Bagaimana kalau pemuda itu jatuh? Kan sangat berbahaya.