Jatuh cinta pada adik dari sahabat sendiri?
Ya, Aldrean mengalaminya. Jatuh cinta pada Athea yang merupakan adik dari sahabatnya sendiri. Aldrean jatuh cinta pada Athea bahkan sebelum dia tau apa arti 'cinta' itu sendiri.
"Kissin' and hope they cau...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
"Mon, ada apa? Ale mana?"
"Barun juga kenapa? Kok di rumah sakit sih? Ada?"
Remon yang ditanyai oleh Mami Mona dan Mama Selvi menggaruk kepalanya. Pemuda itu menoleh pada teman-temannya meminta bantuan.
Jorgi akhirnya maju, pemuda itu menatap Mama Selvi dan Mami Mona bergantian. "Tadi Ale sama Barun berantem, Tan.." jawabnya.
"Berantem?!" sahut Mama Selvi dan Mami Mona bersamaan.
Remon mengangguk. "Iya, tadi mereka sampe tonjok-tonjokkan. Terus karena kita takut jadi kita nyuruh Joan buat hentiin mereka. Sama Joan mereka dipukul sampe pingsan." jelasnya melirik ke arah Joan.
Papa Johan menoleh pada Joan, Joan pun langsung berdehem pelan. "Maaf ya Om, Tante, tadi aku gak maksud apa-apa kok. Aku cuma mau bikin mereka berenti berantem aja. Soalnya rumah aku jadi berantakan gara-gara mereka. Om sama Tante tenang aja, mereka gapapa kok. Tadi cuma pingsan aja.." kata gadis itu.
"Astaga Jo, kamu ini ya.." kata Papi Herman.
"Maaf Om, abisnya barang-barang di rumah pecah gara-gara mereka. Jadi ya terpaksa aku bikin mereka pingsan aja." sahut Joan sambil nyengir.
"Terus sekarang Ale sama Barun dimana?" tanya Mami Mona.
Mereka pun masuk ke dalam ruang rawat Ale dan Barun, tempat mereka terpisah agak jauh. Menghindarkan agar mereka tidak berkelahi lagi jadi tadi saat sampai di rumah sakit Gavin meminta agar tempat tidur mereka saling dijauhkan saja.
"Barun di sini Tan, kalo Ale di ujung sana." kata Gavin memberitahu.
Mami Mona dan Papi Herman pun menghampiri Barun sedangkan Mama Selvi dan Papa Johan menuju ke tempat Ale.
"Astaga Tuhan, bonyok gini Run muka kamu.." kata Mami Mona melihat keadaan Barun yang terbaring di atas ranjang rawatnya. Wajah putranya itu terlihar bonyok dan hidungnya dibalut dengan plester.
Barun menoleh saat mendengar suara Mami Mona. "Mih.." ucapnya pelan.
Papi Herman menghela nafas menatap keadaan putranya itu. Ternyata lumayan parah juga keadaannya. Rahang Barun terlihat sedikit bengkak dan juga ada bekas lebam di sana.
"Kamu nih berantem sama Ale kenapa sampe kayak gini sih Run?" tanya Mami Mona sambil menatap Barun, memegang tangan putranya itu.
Barun menghela nafas. "Ya abisnya Ale kayak gitu Mih, aku gak terima dia udah megang-megang Athe. Selama ini aku selalu jagain Athe eh dia bisa-bisanya malah megang-megang Athe. Gak terima aku Mih.." sahutnya.
Papi Herman menarik kursi yang ada di belakang Mami Mona dan duduk di sana. "Papi sebenernya juga gak terima Run, tapi mau gimana lagi.."
Barun menoleh pada Papi Herman. "Pih, kata Ale, Papi udah maafin dia ya? Bener Pih?" tanya pemuda itu.