22. Kepuasan

3.8K 75 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Ale memandangi Athe yang masih terlelap di hadapannya. Pemuda itu mengusap pelan pipi Athe yang terlihat begitu lembut dan halus. Jari-jarinya dengan  begitu perlahan menyingkirkan helaian-helaian rambut yang menutupi wajah gadis itu.

Ale tersenyum. Bahkan disaat tidur pun Athe selalu terlihat cantik dan manis. Ujung hidung mungil gadis itu masih sedikit terlihat merah karena tangisannya semalam.

Helaan nafas pelan terdengar dari bibir Ale, dia tidak menyangka kalau Athe akan menangis sampai seperti itu hanya karena mendengar perkataan Barun dan Brigitta mengenai dirinya dan gadis lain.

"Kak?"

Ale sedikit tersentak, pemuda itu langsung menatap wajah Athe. Mata gadis itu sudah terbuka dan tengah menatap padanya. "Udah bangun?"

Athe mengangguk, gadis itu memegang tangan Ale yang ada di pipinya dan mengecupnya. "Morning Kak.."

Ale tersenyum dan mengusap pelan pipi Athe. "Morning juga.." balasnya.

Mereka berdua saling berhadapan di atas ranjang Ale. Athe sama sekali tidak memiliki keinginan untuk beranjak, gadis itu hanya ingin berbaring dan memandangi wajah Ale sepuasnya.

"Kenapa?" tanya Ale menyadari bahwa Athe sedari tadi terus menatapnya.

Athe tersenyum dan menyentuh permukaan wajah Ale. "Lo ganteng banget.." jawabnya  jujur.

Mendengar jawaban Athe membuat Ale terkekeh. Pemuda itu mengusap pipi Athe dan menariknya pelan. "Lo juga cantik banget." sahutnya.

Athe mendekat dan menyandarkan kepalanya pada dada Ale. Mendengarkan detak jantung pemuda itu. Senyumannya merekah saat mendengar detak jantung Ale yang semakin cepat. "Jantung Kakak cepet banget detaknya?"

Ale melingkarkan tangannya pada pinggang Athe. "Gue deg-degan.." jawab pemuda itu jujur. Jantungnya memang selalu berdetak lebih cepat tiap kali mereka bersama.

Athe terkekeh. "Gue juga." sahutnya. Gadis itu menyamankan posisinya. Menikmati suara detak jantung Ale yang sama cepat dengan miliknya.

Debaran itu selalu terasa menyenangkan, seperti ada kembang api yang meletup di dalam perutnya. Athe selalu menyukai sensasi itu, debaran jantungnya yang cepat tiap kali dia dan Ale bersama ataupun berdekatan seperti ini.

Ale melihat ke arah jendela, pemuda itu mengusap-usap punggung Athe pelan. "Ujan, padahal masih pagi." kata pemuda itu.

Athe ikut melihat ke arah jendela, melalui sedikit celah diantara gorden gadis itu dapat melihat bahwa di luar sedang hujan. Dan melihat keadaan yang cukup gelap dia yakin kalau hujannya pasti deras.

"Lo ke cafe?" tanya Athe sambil mengeratkan pelukannya pada Ale. Udara dingin semakin terasa menusuk karena hujan di luar.

Ale menggeleng. "Enggak, hari ini anak-anak masih mau natain bangku sama meja. Besok baru bisa buka normal lagi." jawabnya.

Klandestin | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang