30. You Gotta Be Kidding Me

35.3K 3.3K 114
                                    

"You gotta be kidding me!" Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Lia ketika Wira mengutarakan ajakannya akhir pekan nanti ke ulang tahun Gayatri, kakaknya.

Perempuan itu membulatkan mata. Dengan sendok di mulut karena tengah memakan es krim, wajahnya tampak kebingungan dan terlihat panik.

Wira sudah menduga hal ini akan terjadi. Kalau Wira berada di posisi Lia, mungkin, ia akan sama paniknya. Tetapi bagaimanapun, ajakan pesta itu tak dapat ditolak.

Jadinya, sejak tadi, Wira sudah berusaha untuk membuat undangan pesta itu terasa kasual. Ia tidak mengutarakannya dengan bicara empat mata di apartemen. Ia membawa Lia berjalan-jalan di Plaza Indonesia malam ini sebelum membeberkan hal  tersebut.

"Hazel," panggilnya lembut. "It just a birthday party. Oke, bakalan ada lelang amal juga di sana. Itu tujuan pesta yang sebenarnya, tapi ya, itu nggak lebih dari pesta biasa."

Lia jelas mendesis kecil. "It's Gayatri Adhyaksa Putri's birthday party."

Walaupun Gayatri tidak seaktif Kartika dalam media sosial, semua orang tahu betapa ia terlihat begitu tidak terjangkau. Sosialita elit yang membuat siapa saja bertekuk lutut karena auranya yang mencekam. The true business woman, indeed. 

Di sisi yang sama, Gayatri selalu punya selera fesyen yang brilian. Ketika masih muda di usia awal dua puluhan, Gayatri sudah jadi fashion icon. Apa yang dipakainya akan selalu jadi hot item yang akan dibuat tiruannya tak lama kemudian. Bahkan kalau Gayatri cuma mengenakan kaos pasar berharga tiga puluh ribuan saja, kaos itu bisa jadi terlihat seperti barang jutaan.

Imej itu agak berbeda dengan Kartika, adiknya yang menampilkan citra keibuan ala mompreneur di media sosialnya dengan membagikan tips-tips parenting, cara mengasuh anak atau memasak.

"Ya memang ulang tahunnya Ba—I mean—Mbak Atri." Wira menggaruk kepala tak mengerti. Kenapa dengan Gayatri memangnya?

"Ya, dan aku akan ketemu dengan klan Adhyaksa? Like, damn! They are so intimidative as hell!"

Wira semakin mengerutkan dahi. "You date one!" Ia menunjuk dirinya sendiri tepat di hidung. "Kamu nggak menganggap aku intimidatif?"

Lia meringis. Ia terkadang lupa kalau kekasihnya itu adalah bungsu dari keluarga Adhyaksa. Dari semua generasi ketiga mereka, hanya Wira yang sama sekali tidak menonjol. Selain pakaian bermerek—yang juga tak tampak mereknya—melekat di badan Wira, lelaki itu benar-benar seperti orang biasa pada umumnya—poin plus karena punya wajah ganteng dan badan bagus. Malah, Lia masih tidak percaya bagaimana lelaki yang suka cengar-cengir seperti orang aneh itu bisa-bisanya memimpin perusahaan di bawah Adhyaksa.

"Mas," panggil Lia saat Wira sedang menyuap gelato ke dalam mulut.

"Hm?"

"Kenapa kamu nggak aktif di sosmed?"

Alis Wira terangkat. Ia meletakan sendok es krimnya. "Kenapa aku harus aktif di sosmed?" balasnya membali ucapan Lia.

"Saudara-saudaramu aktif semua," jawab Lia pelan.

"Ya, active for the sake of  self image fabrication." Wira mendecih. Wajahnya tampak mengeras. "Nah, I don't need that one." Wira mengibaskan tangannya. "Aku males, padahal semua orang PR di Adhyaksa udah nyuruh dari lama. It's exhausting! Semuanya harus dikontrol, setiap posting-an harus dikirim ke tim terkait. Ogah! Mending aku private aja akunnya."

Lia mengangguk pelan. Ia mencoba meredam canggung dengan menyuap es krim dari cup.

"Kamu takut karena isi sosmed kakak-kakakku itu?"

Lead MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang