First of all, kayaknya baru minggu lalu aku lihat ini 20k (21k for exact) dan bikin triple up.
Should I do the same today? Hehe harus rame loh ya (loh kok maksa?)
P.S. please, final vote, siapa yang mau ditulisin dari antara satu adhyaksa itu habis ini? Hahaha [edisi masih galau]
*
Mata Lia memerhatikan Wira yang kini duduk di bar stool atas panggung. Memegang mikrofon, ia menjawab pertanyaan wartawan dengan luwes dan begitu santai. Lia butuh kekuatan ekstra agar tidak terus menerus memerhatikan lelaki itu dengan senyum salah tingkah.
Berkali-kali ia mengalihkan pandangannya ke laptop, namun, berkali-kali juga ia tergoda untuk mencuri pandang ke arah Wira yang berbicara. Setiap untaiannya begitu tegas dan gamblang. Kalimat-kalimatnya juga sama persis dengan yang ada di rilis maupun yang diberikan Salsa di atas kertas.
Bahkan, Wira bisa menghapal jawaban dari 'Daftar Kemungkinan Pertanyaan' yang dibuat Salsa. Bagaimana Wira menghapal poin itu dalam waktu singkat?
"Don't be too surprised, they were indeed born and have been raised to be like that since early days— to become the successors of their respective businesses." Salsa tiba-tiba berdiri di sebelah Lia dan berucap demikian.
Lia menengok sementara Salsa mengambil tempat duduk di sebelahnya. Dengan jari lentiknya, Salsa menunjuk ke arah Wira.
"Every word spoken is scripted, every behavior rehearsed, and every action performed is an act so ingrained that they become excessively flexible and proficient." Salsa menghela napas. "Pertama kali aku ketemu mereka, aku ngebatin loh, mereka semua apa nggak capek pura-pura seperti itu?"
Mata Lia menatap Wira lagi. Ia tertawa-tawa dengan santai. Tetapi, Lia tahu, itu bukan tawa lepas yang biasa Wira tunjukan.
"Yah... Tapi, yang namanya kristal, mau sekuat apapun, pada akhirnya akan pecah, kan? Masing-masing punya caranya sendiri untuk membangkang dan pecah dengan bentuk yang berbeda." Salsa terkekeh pelan. "Lalu kalau sudah begitu, aku yang harus membereskan pecahannya."
Lia melirik ke arah Salsa. Ia tidak tahu banyak soal perempuan itu kecuali reputasinya yang gilang gemilang di dunia perhumasan. Teman-teman Lia yang mengambil jurusan Komunikasi dan Hubungan Masyarakat selalu punya impian untuk menjadi bagian dalam agensi yang Salsa miliki.
"Yang belum pecah, cuma Wira." Salsa memungkas lagi. "I hope he won't crack. Aku paling takut kalau dia yang crack."
"Kenapa?"
Salsa mengambil napas. "Wira selalu menyalahkan dirinya sendiri," ucapnya. "Aku nggak tahu kamu udah pernah ketemu versi Wira yang seperti itu atau belum. Dia selalu merasa salah, gagal, kecil, nggak punya kemampuan yang sepadan sama kakak-kakaknya karena perbedaan umur yang jauh. Dan, karena..." Salsa yang tiba-tiba berapi langsung diam sejenak. Ia menatap Lia lalu menggeleng dengan senyum getir. "Ya, intinya... jujur aja, aku seneng kalau sekarang, dia mau membuktikan dirinya sendiri kayak gini. Bantuin Wira, ya?"
Dagu Lia terangguk pelan.
Suara riuh rendah membuat Lia sadar bahwa acara konferensi pers sudah berakhir. Pemandu acara mengucapkan salam perpisahan berikut juga mempersilahkan wartawan-wartawan untuk makan siang juga berbelanja dengan mencoba langsung fasilitas Click and Pick yang menjadi hasil kerjasama BuyMe dan Time Tales menggunakan voucher yang sudah dibagikan.
Wira yang baru turun tiba-tiba dihampiri beberapa wartawan. Lia tidak tahu apa yang wartawan itu tanyakan. Tetapi, biasanya merupakan pertanyaan lanjutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lead Magnet
RomanceADHYAKSA SERIES no. 5 🌼 *** Lead Magnet (n.) An incentive to attract and capture potential customer. Lia--Hazelia Salim--nyaris jantungan ketika ia tahu, kekasihnya, Bryan ternyata sudah berpacaran dengan Lidya Kani Melatika, putri pemilik perusah...