31. Not As I Thought

33.2K 3.4K 82
                                    

Lia menelan ludah. Ia melirik ke arah Wira dan Arjuna yang langsung menghentikan perdebatan kosongnya. Kini, Wira memandang Lia yang menunduk dengan mengerutkan dahi bingung.

Lia seharusnya tahu, Lidya pasti akan berada di kerumunan itu. Seharusnya sejak awal, Lia sudah tahu, Lidya pasti akan datang. Sirkel orang-orang kaya itu hanya akan itu dan itu lagi saja.

Mata Lia memandang Bryan yang terdiam kaku di belakang. Laki-laki sialan! Lia tak mengerti apa yang Bryan tanamkan di kepala Lidya. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Lidya menginginkan Bryan terus berada di sisinya. 

Lebih jauh, kenapa Lidya masih terus menyalahkan Lia? Kalau Lia tahu Bryan punya pacar—apalagi sekelas Lidya Kani Melatika—Lia pasti sudah mundur sejak lama.

"Jadi pereknya siapa lagi kali ini? Gatel banget ya?" Kalimat kasar berikutnya yang keluar membuat Lia menarik napas panjang. Ia mengepalkan tangan. Dalam dilema untuk membalas atau mendiamkan.

Lia tidak ingin mencari masalah. Ini pesta keluarganya Wira. Sepatutnya Lia bersikap sopan dan anggun untuk menjaga nama baik Wira. Bukannya membuat keributan. Tetapi, omongan Lidya terasa menyebalkan untuk diabaikan.

"Mind your damn mouth, Lidya." Suara Wira mengudara. Lelaki itu berjalan di antara Lia dan Lidya. 

"Mas Wira?" Lidya mengerenyitkan dahi.

"You better watch your mouth when talking about my girlfriend." Wira berkata tegas dengan suara yang cuku pkeras.

Mata Lidya membelalak. "Mas Wira? Seriously?" Ia menunjuk Lia dengan jari telunjuknya dan menatap perempuan itu dengan pandangan mengejek. "Dia? Pacarmu? Kamu lebih milih dia jadi pacarmu ketimbang Kak Stefani yang udah pacaran sama kamu dari SMA?"

Wira mengangguk.  "Terus masalahmu apa?" 

"Mas! Kamu dipelet apa sama dia?" teriak Lidya dengan nada tinggi membuat semua orang memerhatikan mereka. "Kamu nggak tahu dia siapa, hah? Jangan bilang Mas Wira digoda juga sama cewek ular ini dan akhirnya Mas Wira pilih dia?" Lidya menunjuk-nunjuk Lia dengan amarah. "Dasar cewek gila!" 

Wira memiringkan kepala. Ia ingin membuka mulut, namun Wira merasakan Lia yang memegang lengannya.

"Mas Wira, ud—"

Belum selesai Lia berucap, Lidya dengan kasar mendorong tubuhnya. Kalau Arjuna tidak berada di dekat sana dan langsung menangkap Lia, perempuan itu pasti sudah limbung ke belakang.

"Lidya!" bentak Wira.

Lidya tampak tidak peduli. Ia menabrak Wira. "You better go home, bitch!"

Lia mengepalkan tangannya. "Or what?" balasnya yang mulai tersulut. "Lo masih mempertahankan cowok itu padahal jelas-jelas dia selingkuhin lo."

"Lo yang ngegodain dia!" teriak Lidya tak mau kalah. "Harusnya gue penjarain lo."

Lia memutar bola mata. Ada-ada saja. Dipenjarakan atas tuduhan apa? Jelas ini semua cuma gertak sambal.

Wira berencana mendekat namun Lia mengangkat tangan. Mengisyaratkan Wira untuk tetap di tempatnya.

"Then, gue akan penjarain kalian berdua karena bukti gue lebih kuat!" Lia asal bicara. "Gue bisa bikin tuduhan pencemaran nama baik, kekerasan dan penipuan bersamaan."

Lia melirik wajah Bryan yang pucat mendengar ancaman.

"Nggak usah ngawur!"

"Lo yang nggak usah ngawur!"

"Emang cewek murahan!" Dan seperti orang kesetanan, tiba-tiba Lidya melempar isi minumannya ke arah Lia. Menyebabkan Lia basah kuyup dengan baju putih yang ia kenakan tertumpah anggur.

Lead MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang