44. I Bet You Wanna Know

29.2K 2.6K 87
                                    

Happy Lunar New Year! Kabarin aku kalau 100k besok, please?

*

Wira memangku dagu ketika menatap ke arah layar. Hari ini, tim dari BuyMe datang untuk rapat penutup rangkaian campaign yang selama ini dijalankan dengan menampilkan data hasil usaha mereka selama satu setengah bulan ini. 

Cuma ada Tiwi dan Lia dari BuyMe. Wendy dikabarkan cuti. Sementara, Syailendra katanya ada rapat lain.

Berkali-kali Wira mencoba untuk berkonsentrasi, namun hasilnya nihil. Sudah tiga hari sejak malam itu, namun, Wira masih belum bisa tenang.

Stefani memang tidak berbuat macam-macam. Salsa—dengan upayanya—berhasil membungkam media. Tetapi, hal itu tidak bisa bertahan lama. Stefani pasti akan kembali menyerang dan Wira butuh langkah antisipasi.

"Sekarang kita pindah ke hasil promosi, ya." Suara Tiwi menggema. Membuyarkan lamunan Wira.

Mata Wira terpaku pada Lia yang mengambil kabel proyektor. Tiga hari ini juga, intensitas pembicaraan mereka semakin menurun. Ini kali pertama Wira bertemu Lia lagi setelah malam itu. Walau hubungan mereka tak bermasalah dan masih berkirim pesan, rasanya, kesibukan pekerjaan membuat mereka sedikit berjarak.

Wira memerhatikan Lia dengan perasaan rindu. Wira yakin, semua orang sudah tahu tentang hubungan mereka. Infotainment sudah mengabarkan berita heboh itu ke mana-mana. Dan dengan pemberitaan itu di media, Wira semakin harus menjaga jarak di rapat kali ini.

Wajah Lia mendongak. Sesaat, mata mereka beradu pandang sebelum senyum kecil menyusup dari bibir Lia.

Dang! Wira benar-benar merindukan perempuan itu. Dan... bibir itu. Crap!

Lia memulai presentasinya. Menampilkan hasil baik dari semua aspek. Respon positif juga tampak dari setiap unggahan media sosial. Hasil konversi penjualan menandakan hasil yang positif. Semuanya begitu sempurna. Usahanya tidak sia-sia.

Wira tak begitu memerhatikan detilnya. Ia sudah membaca laporan pre-meeting-nya kemarin. Dan ia tidak punya obyeksi apapun. Bagus ya, bagus. Tidak perlu dikulik-kulik kesalahannya, bukan?

"Pak Wira, ada pertanyaan?" Suara Lia terdengar memenuhi rungu Wira.

Lelaki itu mengerjapkan mata. Kembali ke kesadarannya. Ia mencoba menjaga sikap. "Nggak. Nggak ada. Good job buat semuanya. Saya harap ke depannya, Time Tales bisa terus sustain di BuyMe, ya. Untuk kalender campaign tahun depan nanti akan di-share Sesil. Senin kan ya, Sil?"

Sesil dengan takut-takut mengangguk. "I-iya, nanti saya kirim ke Mbak Lia, ya?"

"Oh, nanti, bisa ke saya dulu nggak apa-apa, Mbak Sesil," sergah Tiwi. "Tahun depan takutnya kita belum tahu Mbak Lia masih di tim campaign untuk kategori kita apa nggak. Biasanya di rolling."

Wira membeliak. Ia menengok ke arah Lia yang membuang wajah. Lia belum memberitahu tentang hal ikhwal itu padanya.

"Mungkin nanti, kita bisa bikin alignment meeting lagi untuk membahas kira-kira mau seperti apa program kuartal satu kita sama yang mungkin pegang campaign-nya." Wira berucap cepat. "Tapi, saya harap Hazelia masih bisa pegang Time Tales, sih. Soalnya, kan udah sama-sama enak juga."

Terserah kalau orang-orang berpikir ia ingin Lia karena perempuan itu pacarnya. Lagipula, itu fakta, kok!

Para peserta rapat mulai berdiri termasuk Lia. Perempuan itu menatap Wira, tersenyum kecil sambil membereskan barang-barangnya.

"Mbak Tiwi duluan aja, udah malam, loh! Nggak usah nungguin aku," ucap Lia dengan volume pelan ketika melihat Tiwi menunggui. Ucapan itu mematah basa-basi dan tunggu menunggu yang ingin Tiwi lakukan.

Lead MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang