50. We Better Have A Plan

27.3K 2.8K 371
                                    

Suara pintu terbuka membuat Wira menengok. Di rumahnya kini, sudah hadir hampir seluruh saudaranya dan mereka menunggu kedatangan orang terakhir. Ramdan. Adik bungsu dari Gayatri dan Kartika itu beralasan harus mengantar Kayla, putrinya, ke Rockstar lebih dulu untuk kelas renangnya.

"Si paling karet datang juga," komentar Arjuna begitu melihat Ramdan muncul dari balik pintu.

Mata Ramdan menilik ke sekitar. Menatap ke sekeliling. "Hazelia nggak di sini?"

Wira memutar bola mata sebal. Ia berencana membuka mulut untuk menjawab pertanyaan yang sama dari setiap orang yang datang sebelum,

"Dia ke Sukabumi, ke tempat ayah ibunya ngehabisin masa pensiun. Harusnya Wira juga ikut, tapi malah kejebak di sini," Kartika sudah lebih dulu membuka mulut.

"HAH! Pak Bayu beneran ke Sukabumi? Bukan alasan-alasan bohong? Gue pikir dia lagi ngibul-ngibul karena nggak enak nolak offer gue." Ramdan langsung nyerocos sesuai dugaan.

"Who are you, Boy?  Demi lo masa sampai harus segitunya!" ejek Gayatri yang duduk bersandar di salah satu sofa dengan sekaleng soda di tangan. 

Dulu setiap kepalanya mumet dengan segala urusan, pegangannya adalah bir. Tetapi, setelah menikah dan punya anak, Gayatri mulai mengurangi konsumsi alkoholnya. Apalagi, ada Dikta yang bawelnya minta ampun kalau sudah menyangkut alkohol. Jadi, Gayatri menggantinya dengan soda. Tidak terlalu membantu di awal, tetapi makin ke sini, makin baik.

"Oke, bisa kita mulai," ucap Darma tegas.

Mau tidak mau, adik-adiknya itu menegakan punggung. Wira yang kini jadi fokus hanya bisa menunduk.

"Jadi, sex tape yang tadi sudah di-take down, tapi masih beredar di mana-mana dan jadi pemberitaan di mana-mana juga." Kartika berdecak. "Nggak mungkin Wira bilang itu AI, jelas-jelas itu rumah Baterai dan ada di media sosial kita semua."

Mata Gayatri menatap tajam Wira. "You are lucky cause Dikta warn me for not killing you, Wira." 

Wira bergidik. Gayatri sangat menyeramkan sekarang.

Salsa menarik napas. Ia menerawang. "Yang pasti, Stefani akan membuat pernyataan hari ini. Antara di media sosialnya, atau di konferensi pers. Menurutku, dia akan bikin di media sosialnya, sih."

Ruangan hening. Menunggu Salsa melanjutkan penjelasannya.

Salsa menekuk jari setiap kali mengeluarkan satu kalimat. "Pernyataan yang mungkin dilakukan oleh Stefani adalah mengakui bahwa di dalam video itu adalah videonya dan Wira. Penyataan lainnya yang mungkin adalah akan mencari tahu penyebar video tersebut—mudah buat mereka mencari kambing hitam yang akan mereka jebloskan ke penjara dengan tuduhan penyebaran video asusila. Dan yang terakhir..." Salsa menarik napas. "Menyatakan bahwa dirinya pulang karena hamil dan akan menikah dengan Wira."

"Perempuan gila!" maki Ramdan. "We need to do something."

"Kita nggak akan bisa bergerak sampai dia duluan memulai, Ramdan." Salsa mengingatkan. "We need to stay low for a while."

"Tapi, Sa, kamu tahu Stefani. Dia nggak akan berhenti sampai ngedapetin apa yang dia mau." Darma menyanggah ucapan istrinya. "Dan itu harus buru-buru dihentikan."

"Kenapa nggak langsung nikahin Wira sama Stefani aja?" ceplos Arjuna tiba-tiba.

Mata semua orang langsung mengarah ke Arjuna yang berpias tidak mengerti.

"Kalau memang Wira menghamili Stefani, kenapa nggak menikah?" tanya Arjuna lagi.

"Stefani nggak hamil. Kalaupun bener-bener hamil, itu bukan anak gue!" Wira membela diri. "Gue udah putus sama Stefani sejak dua atau tiga tahun terakhir!"

Lead MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang