33. Chaotic

40.2K 2.8K 162
                                    

Lia melirik ke arah Wira yang masih menyetir dengan helaan napas. Ia sudah bersikeras untuk pergi sendiri naik taksi online tetapi, pacarnya yang satu itu lebih keras lagi untuk memaksanya pergi bersama. Padahal, arah ke kantor Lia yang berada di dekat Monas dan arah ke gedung Adhyaksa yang berada di Sudirman jelas tak searah.

"Kamu nggak mau stop sewa kos dan pindah permanen di apartemenku?" Pertanyaan Wira tiba-tiba mengudara di dalam mobil.

Bukan sekali pertanyaan itu keluar dari mulut Wira hingga Lia bosan mendengarnya. Tetapi, perempuan itu masih menggeleng.

"Memangnya kalau aku pindah ke apartemenmu, kamu bakalan stop ngerecokin aku dengan permintaan nggak-nggak dari Time Tales?" canda Lia menanggapi.

Wira memutar bola mata. "Ya, kan urusan Time Tales sama kita beda!" Ia menggerutu.

Mendengar itu, Lia cuma tertawa. "Aku masih butuh ruang sendiri," ucap Lia cepat. "Lagian, belum sekarang sih, Mas."

Dagu Wira terangguk. Ia tahu bahwa dirinya adalah satu dari penyebab Lia memijat pelipis setiap hari. Menjelas puncak Harbolnas yang jatuh di tanggal 12 Desember, Time Tales juga akan meluncurkan toko daring perdananya. Banyak hal yang perlu dipersiapkan. Wira ingin membuatnya terlihat 'grande' dengan ikut menyertakan aktivitas luring seperti konferensi pers.

Lia ditunjuk menjadi PIC utama yang menangani keseluruhannya. Bukan hanya terkait kampanye daring saja. Ia juga bertugas mengkoordinasi keseluruhan acara pada pihak-pihak yang berkaitan.

Mobil Wira terhenti sempurna di depan lobi gedung yang disewa BuyMe menjadi tanda bahwa Lia sudah harus turun dari kursi penumpang. Tubuhnya menengok Wira sekali lagi. "Aku duluan," ucapnya cepat.

Lia langsung memegang bukaan pintu namun, "Hazel..." Suara itu membuatnya berhenti sejenak.

"Malam ini, aku lembur," kata Wira tiba-tiba. 

"Sampai jam?"

Kepala Wira menggeleng. "Nggak tahu," ucapnya ringan. "There's a lot to be done today. Nggak cuma tentang Time Tales. Papa ngotot untuk aku ngerjain Living Home juga."

"Hm? Oke..." Lia memiringkan kepala. "Berarti, aku pulang ke kosan aja, ya?"

"No!" geleng Wira cepat. "Kamu ke apartemenku aja. Kamu tahu security code-nya. Kamu juga punya kartu aksesnya."

"Tapi..."

"I just want to hug you later—after a long day, can I?" bisik Wira pelan. 

Lia mendongak. Menatap wajah Wira yang memohon seperti anak kucing. Ia menghela napas dan mau tak mau mengangguk.

"Okay, then..." Napas Wira terhela berat. "See you tonight, Babe."

"See you, Mas." Lia melompat turun dari mobil. Ia berjalan masuk ke dalam gedung dan masuk ke dalam lift. Tak lama, ia sudah berada di area kerjanya.

Baru saja duduk, pandangannya tiba-tiba menumbuk ke arah Feli sejenak. Perempuan itu juga ikut menatapnya dengan nyalang.

Jumat kemarin, Dani—Head of Campaign Team—mengumumkan untuk melepas Feli dari proyek Time Tales. Perempuan itu bahkan dipanggil one on one terkait kinerjanya yang dianggap buruk oleh Wira.

"Sis! What the hell happened last Saturday night, huh?" Rana langsung menyapa dengan pertanyaan dan kerlingan.

Lia menarik napas. Berita tentang dirinya yang disiram Lidya sudah menyebar luas terutama di berbagai kanal dan media sosial gosip. Banyak spekulasi bermunculan dari komentar netizen. 

Lead MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang