48. A Scandal

27.5K 2.7K 152
                                    

Wira berdiri dari sofa. Ada godaan setan yang memintanya untuk membuka pintu. Tetapi, ia urung.

Lia butuh istirahat dan Wira pun demikian. Bukan hanya fisik, tetapi juga mental.

Napas terhela kemudian. Perut Wira baru bermain orkestra beberapa menit ketika ia mulai tenang. Kini, ia berkontemplasi untuk membuat semangkuk mi instan sebagai pengganjal lapar malam ini atau memesan makanan hingga tiba-tiba sebuah telepon masuk ke ponselnya.

Mbak Salsa?

Ia selalu tegang ketika Salsa yang menelepon karena bisa dipastikan, ada masalah besar yang datang.

"Halo, Mbak?" sapa Wira.

"Kamu di mana?"

"Rumah, kenapa?" Wira menjepit ponsel di antara pundak dan telinga sambil mencoba santai dan mencari mi instan kesukaannya yang tertumpuk dengan mi instan impor milik Lia.

"There's something on the internet about you."

Mata Wira memicing. Ia tahu pasti akan terjadi hal seperti ini.

"A sex tape." Salsa berucap lagi.

"A... what?"

"Sex tape of you and Stefani." Bukan Salsa yang berbicara. Darma tiba-tiba berucap dengan nada geram. "Wherever you are planning to go to, please, cancel it and stay here. We need to sort this mess ASAP."

Panggilan itu mati. Namun, tiba-tiba, sebuah pesan berisi tautan terkirim ke aplikasi percakapan dari Salsa. Membuka video itu, mata Wira melotot dan tubuhnya nyaris limbung ke tanah. Kakinya seperti jeli. Ia melirik ke arah pintu kamarnya. Berharap bisa menghambur ke seseorang yang berada di balik pintu itu secepat-cepatnya.

Tetapi, belum Wira berjalan ke pintu kamar, Lia langsung keluar begitu saja. 

"MAS!" teriaknya melengking. Ia memegangi ponsel, napasnya terengah.

Wajah Wira yang sendu dengan kepala yang menggeleng lemah membuat Lia mencelus. Ia tidak butuh bertanya, tatapan Wira sudah menjawab semuanya.

Dalam sekali lihat semua orang tahu, dua orang dalam video itu adalah Wira dan Stefani. Gambar bergerak itu menampilkan cuplikan satu menit dirinya dan Stefani tanpa busana di kamar rumah Gayatri. Satu minggu sebelum kepergian Stefani ke London. 

Wira yakin, kakaknya yang satu itu nanti pasti akan datang sambil mengamuk-amuk.

Wira tahu, itu salahnya. Wira langsung percaya, ketika Stefani mau merekam dengan alasan agar bisa menontonnya kalau rindu. Lagipula, yang perempuan kan Stefani. Jadi, ia tak mungkin menyebarkan video itu. Atau, itu pikirnya.

Wira berjalan ke arah Lia. Ia mengambil tangan Lia dan membawanya ke sofa. Mendudukan diri mereka berdua di sana.

"Mas... apa yang terjadi?"

Lagi, Wira menggeleng. "Aku nggak tahu, Hazel. Aku nggak tahu."

"Itu kamu? Sama..." Lia tak bisa melanjutkan. Lidahnya kelu.

Lia bukan manusia tanpa dosa. Catatan kenakalannya mungkin lebih buruk dari Wira yang cuma pernah pacaran dengan satu perempuan. Tetapi, melihat bagaimana Wira melakukannya di depan mata terasa menyesakan dada.

Wira menutup wajah. Kalimat yang baru saja dilontarkan Lia terdengar begitu menakutkan untuknya.

"Hazel..." Suara Wira terdengar begitu memelas. Ia tak bisa membela dirinya.

"Kamar tamu Mbak Atri yang kata kamu udah jadi kamar maksiat Masmu yang lain itu jadi kamar itu tempat kamu maksiat sama Stefani juga?" Nada tinggi Lia terdengar.

Lead MagnetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang